Pagi yang cerah, di kota Tokyo. Seorang gadis berlari ke arah gerbang sekolah yang baru tertutup, penjaga gerbang yang melihat hanya menggelengkan kepala.
Gadis yang sama setiap hari, siswi paling menyebalkan seantero sekolah.
Lihat saja, rambut merah dengan poni membingkai wajah, rok di atas lutut, seragam sekolah terlihat pas di tubuh, tas yang terlihat berat, rambut diikat menjadi dua bagian kiri dan kanan.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
"Huh ..." Gadis itu memegang lutut, membungkuk, mengatur napas yang terengah, mata menatap penjaga gerbang yang kini melipat tangan di d**a.
Wajah menyebalkan, itu kesan pertama yang dilihat dari penjaga gerbang sekolah.
"Kau terlambat lagi Elkira!" Ucapnya tajam. Baik, itu bukan hanya Elkira dapat hari ini, tapi hampir setiap hari.
"Oh ayolah, aku hanya terlambat beberapa menit saja. Bukakan gerbang untukku, aku mohon," rengek Elkira sambil menghentakan kaki.
Elkira mengedipkan matanya, tersenyum manis pada penjaga gerbang sekolah.
"Tidak!" Ucap penjaga gerbang tegas.
"Tapi aku harus mengikuti Ujian akhir. Ayolah penjaga gerbang Ma, aku mohon." Elkira kembali membujuk penjaga gerbang sekolah.
Pria paruh baya itu mengembuskan napas lelah. Ingin tegas tapi jelas dia tak tega, masih terlalu banyak hati nurani untuk gadis menyebalkan nan manis seperti Elkira, apalagi kedipan matanya yang seperti anak kucing kelaparan. Baik lupakan itu!
Dia tak berucap apa-apa, hanya membuka gerbang dan memandang Elkira penuh putus asa.
"Kali ini aku mengampunimu lagi, Huh ... entah apa yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sampai harus berhadapan dengan siswi menyebalkan sepertimu," omel penjaga gerbang.
Elkira hanya cengengesan, lalu berlari ke dalam kawasan sekolah. Kakinya menggema di lorong, berlari cepat menuju kelasnya. Dia berharap guru yang mengawasi ujian belum masuk.
Sesampainya di depan kelas, Elkira melihat kedalam. Kepalanya masuk lebih dulu, sedangkan tubuhnya masih berada di luar kelas. Dia melihat keadaan di dalam kelas, masih ramai seperti pasar raya di dekat daerah tempat tinggalnya. berarti, guru belum masuk kedalam kelas.
"Tara ... aku datang ...!" Teriakan Elkira membuat satu kelas memandangnya. Dia tak sadar jika seorang guru sedang duduk di kursi miliknya, menutupi wajah dengan buku seakan membaca, Elkira tak mengenalnya.
Elkira menatap sahabatnya, Koshiro Ryuga. Ryuga kini sedang memberi kode dengan pandangan mata padanya.
"Ada apa Ryuga? Kenapa kalian semua diam? Ayolah siapkan contekan ... aku belum belajar di rumah," ucap Elkira, dia masih belum menyadari jika guru saat ini memandangnya dari celah buku yang di geser sedikit, dengan aura membunuh.
"Elkira Kenichi!" Suara itu cukup bisa membungkam mulut Elkira, matanya kini memandang seorang wanita berkacamata.
Elkira menelan kasar ludahnya, memandang guru dengan baju berwana putih dan rok ketat berwarna hitam, guru yang menjadi musuh bebuyutannya.
Apa kalian mengerti kata Musuh bebuyutan? Baik, dia selalu berurusan dengan guru ini, guru yang tak pernah bosan menghukumnya.
"Jadi, di hari pertama ujian kau terlambat nona muda Kenichi?" Tanya guru tersebut sambil berdiri dan menghampiri Elkira. Tangannya dengan bebas menjewer telinga Elkira, membuat Elkira meringis tanpa suara.
Baiklah, sekedar pemberitahuan. Elkira terlambat karena tak ada satupun pelayan di rumah yang berani membangunkan dirinya, ia memilih menaiki bus, lalu berjalan kaki untuk sampai di gerbang sekolah.
Elkira adalah putri seorang Menteri Keuangan, kakaknya bernama Hakuro Kenichi dengan nama panggung Ritsuki.
Nama panggung? Baik-baik, Elkira mempunyai seorang saudara laki-laki, seorang artis dari Band Historia. Band yang beranggotakan lima orang pria tampan.
Kakaknya seorang gitaris, salah satu dari lima pria yang selalu membuat para gadis menjerit histeris.
"Ahh ... Itu, aku ... emm aku--" Belum selesai perkataan Elkira, namun guru yang menatapnya tajam menaikan sebelah alis, jangan lupakan tangan yang masih setia menjewer telinga Elkira.
Menyebalkan! Batin Elkira, gadis itu mengembuskan napasnya gusar lalu menatap gurunya penuh permohonan.
"Aku terlambat bangun, guru maafkan aku untuk hari ini saja." Pinta Elkira sambil membuat wajahnya seperti sangat tersiksa.
Guru menarik napas, lalu mengembuskannya pelan.
"Hentikan kebiasaanmu, dan hari ini kau diampuni! Duduk, dan jangan coba-coba mencontek seperti keinginanmu beberapa menit yang lalu!" SKAK MAT!
Elkira terdiam, teriakannya benar-benar terdengar seisi kelas. Dia terjebak dengan permainan gurunya, Permainan jebak menjebak dengan suasana kelas berisik.
Setelah jeweran itu dilepaskan, Elkira melangkahkan kaki, lalu duduk dan menatap Ryuga, sahabatnya.
"Kau terlambat L, kau tahu bukan jika ini ujian akhir?" Tanya pria muda itu.
"Diamlah! Aku semalam menemukan banyak tumpukan n****+ lama kakakku." Elkira mulai tak ingat tempat, tak ingat situasi dan kondisi.
"Berhentilah, kau akan membuat macan gila di depan sana bangun dan kembali berteriak kesal!" peringatan keras dari Ryuga.
Elkira memandang ngeri pada wanita yang kini duduk di kursi guru sambil memperhatikan lembar demi lembar soal yang akan dia bagikan di dalam kelas.
"Dia--" Elkira memberi jeda pada ucapannya, lalu memandang guru di depan sana dengan ekor matanya, "Ayolah Ryuga, apa kau percaya adanya dunia immortal? Aku sangat tertarik!" Ucap Elkira setengah berteriak kecil pada sahabatnya.
Ryuga mengalihkan tatapan keluar jendela, sahabatnya memang agak sedikit gila, bahkan beberapa menit lagi ujian akhir akan di mulai dan gadis sinting itu masih larut dalam imajinasinya.
"Kyaaa, kau tahu? Aku membaca baris saat seorang pangeran neraka bertemu dengan gadis pujaannya," ucap Elkira lagi, Ryuga yang tak tahan mendesah pasrah lalu memandang Elkira.
"Ka-Gu-Me!" ucap Ryuga tajam, membuat Elkira menatap Ryuga kesal.
"Berhenti memanggilku dengan nama itu. Kau tahu aku sangat membenci ibu. Dia meninggalkan aku, kakak, dan ayah!" Ya, tak banyak yang tahu jika Elkira mengubah nama aslinya, Elkira membenci ibunya, dan nama Kagume Kenichi adalah pemberian sang ibu padanya.
Ryuga, memberi kode pada Elkira untuk memperhatikan guru yang mulai menatap mereka, guru matematika.
"Sudah selesai untuk rapat tak berguna kalian Elkira? Ryuga?" Tanya guru tersebut.
"Sudah ..." Jawab Elkira malas.
Guru Katsayu, guru yang terkenal dengan kecantikannya, guru yang selalu berurusan dengan anak donatur terbesar sekolah, guru yang tak pernah membedakan Elkira dengan murid lainnya.
Elkira memandang keluar jendela. Bosan, dia tak suka keramaian dan dia benci ada di tengah orang-orang berisik. Menurutnya, hal itu menuntut dia harus bersikap sama seperti mereka.
Sejatinya Elkira hanya gadis penyendiri yang membangun imajinasi liarnya, Elkira terobsesi menjadi hal yang luar biasa, dia percaya dengan adanya dunia lain, selain dunia manusia.
Terkadang dia akan merengek agar Ritsuki berdandan layaknya seorang Vampire, dan dengan bodohnya Ritsuki menuruti keinginan Elkira.
BRAK !
Selembar kertas soal, dengan pertanyaan yang berjejer bak prajurit neraka kini mendarat dengan kasar di atas meja milik Elkira.
Elkira menatap pelaku yang membuat kaget dan keluar dari lamunannya, di lihatnya guru yang sedari tadi ada di kelas berdiri dengan alis yang curam, menatapnya penuh emosi.
"Perhatikan lembar soal dengan benar nona muda nakal. Kau pasti tahu jika ayahmu tak akan segan mengamuk pada pihak sekolah jika kali ini kau tak mendapat nilai yang baik." Ya bukan rahasia umum, jika Tuan Kenichi akan mengamuk pada pihak sekolah.
Tindakan yang salah memang, Tapi itulah yang terjadi. Ayah Elkira adalah ayah yang tak pernah mau anak gadisnya di persalahkan, Elkira adalah anak kesayangan Menteri Keuangan.
"Huh ... baiklah," ucap Elkira malas, dia meraih kertas soal dan juga lembar jawaban yang diberikan guru Katsayu, lalu membaca bait demi bait.
Elkira bukan gadis yang bodoh, otaknya terlalu cerdas dibanding warga sekolah lainnya. Hanya saja dia malas untuk serius dalam segala hal, tidak, dia hanya akan serius pada imajinasinya.
Terlalu banyak imajinasi liar dalam otaknya, sampai dia harus mengontrol diri untuk tak merengek pada kakaknya untuk tak belajar atau membaca buku membosankan.
Seisi kelas diam, mereka mencurahkan Cinta mereka pada lembar soal yang kini ada di depan mata. Kelulusan adalah hal yang utama dan pertama, jika mereka tak mendapat surat kelulusan, lalu melanjutkan pendidikan dengan standar yang baik, maka tamat-lah riwayat mereka di masa depan.
Mereka tak akan bisa mendapat pekerjaan yang layak, hanya akan menjadi sampah negara yang tak berguna.
Namun, Elkira adalah orang dari sekian banyak warga kelas. Dia berbeda, pikirannya hanya ada sebuah keinginan untuk menjadi hal yang luar biasa. Bisa dikatakan dia gila akan fantasi liarnya sendiri, tujuan hidupnya mendapat pasangan yang sesuai dengan imajinasinya.
Berapa banyak-pun yang mendekatinya, semua akan berakhir patah hati. Karena apa? Ingat standar Elkira akan membuat semua orang kebingungan. Dan Ryuga sahabatnya sering kali memberi nasehat, namun berakhir dengan rasa kesal.
Ujian masih berjalan, Elkira menatap malas pada semua orang di kelas yang terlalu fokus pada lembar soal menyebalkan di depannya, gadis itu menjawab sembarangan, dia tak membaca soal yang diberikan oleh pihak sekolah padanya.
"Selesai," desahnya pelan, Elkira bersandar di kursinya, lalu menggambar dengan kertas kosong yang ada di mejanya, sesekali senyumnya merekah. Membuat kecantikan di wajah oriental miliknya semakin bertambah. Ini berlebihan, dia hanya gadis manis dengan jiwa menyebalkan.
"Kau sudah selesai L?" Bisikan itu berasal dari Hana, teman sekelas Elkira. Elkira menatap gadis berkaca mata tebal di belakangnya, lalu mengangguk.
"Ada apa?" Tanya Elkira.
"Tidak, hanya bertanya saja," jawab Hana.
Elkira kembali menatap kedepan, dan melihat guru menyebalkan itu sedang duduk sambil mengawasi ujian.
♠️♠️♠️
"Apa yang kau lihat nak?" Pertanyaan itu berasal dari seorang pria tua dengan janggut berwarna putih, pria itu mengenakan pakaian putih bersih dengan lambang matahari pada bagian belakang jubahnya.
Ya, dia adalah Dewa Matahari. Sedang menjalankan tugas di siang hari.
"Aku hanya melihat dunia tengah, ingin sekali turun kesana, tapi portal tak kasat mata itu menghalangi niatku," ucap putra sang dewa. Dewa Matahari menarik napasnya jengah lalu menatap anaknya.
"Seribu tahun kau mengurung dirimu. Kenapa hari ini kau keluar dan melihat kehidupan manusia?" Tanya sang dewa pada anak tunggalnya itu.
"Aku hanya melihat ke bawah sana, dan berharap dia kembali," jawab pria itu sambil menatap ke arah dunia yang berada jutaan meter atau bahkan lebih di bawah sana.
"Kau masih belum bisa melupakan sang rubah. Berhentilah Raiyu! Kau membuat semua orang khawatir padamu. Kau seharusnya sudah menikah, dan memberiku seorang cucu, lalu menggantikan aku sebagai Dewa Matahari yang sah. Kau tahu bukan? Aku semakin tua dan aku sudah lelah," ucap Dewa Matahari pada putranya.
"Bisakah ayah diam? Aku sama sekali tak tertarik dengan wanita manapun dari kalangan Dewi, aku hanya menginginkan Kagume," ucap Raiyu datar. Tak tahan, Raiyu bergegas pergi meninggalkan ayahnya yang saat ini menatap ke bawah sana.
"Kagume, ini sudah seribu tahun. Apa yang akan kau lakukan saat kau kembali? Apa kau akan mengacaukan tiga dunia atau kau akan mengubahnya menjadi lebih baik." Dewa Matahari menarik napasnya, lalu duduk berdiam diri di kursi yang ada di taman itu, matahari bersinar beberapa meter dari dirinya.
♠️♠️♠️
Elkira baru saja keluar dari kelasnya, seperti biasa Ryuga akan mengekor sambil berceloteh ria tentang keberuntungan yang dia dapatkan saat bersembunyi di balik dandanan ala wanita, dan masuk ke dalam toilet wanita di sebuah club terkenal.
"Kau tahu, buah dadanya sangat menggoda. Mereka tak menyadari jika aku seorang pria. Ah apa kau juga melakukan itu jika di toilet? Membuka bajumu dan berceloteh ria tentang p******a mereka yang sering disentuh oleh pria," ucap Ryuga sambil tersenyum m***m, Elkira memutar bola mata bosan. Bisakah sahabatnya ini berhenti untuk berpikir m***m? Hanya untuk sehari tak membicarakan masalah wanita? Astagaaa ...
Elkira selalu mendengus kesal, bila Ryuga bertandang ke rumahnya dan bertemu dengan kakaknya yang juga maniak Blue Film. Kedua manusia itu akan berkurung di kamar kakaknya, lalu akan bergantian ke toilet hanya untuk melakukan hal yang tak Elkira tahu.
"Ahh ... dan juga, mereka bertanya tentang payudaraku. Jelas saja aku kaget dan langsung menunduk malu. Mereka bahkan mengatakan tak bisa menemukan seorang pria malam itu untuk di ajak ber--" perkataan Ryuga terpotong, Elkira menatap sahabatnya itu sambil menyeringai ria.
"Kenapa kau tak menawarkan dirimu saja pada mereka?" Tanya Elkira sambil menatap sahabatnya.
"Yak !!! aku masih perjaka!" Teriak Ryuga kesal, membuat seisi lorong yang sedang berjalan dan sibuk sendiri menatapnya dengan pandangan aneh. Mereka tentu tahu jika Ryuga di sekolah adalah remaja pria dengan ketampanan di atas rata-rata, "Ke-- kenapa kalian menatapku?" tanya Ryuga sambil melotot ke arah semua orang yang ada disana.
"Sudahlah, aku ingin pergi ke tempat biasa." Elkira kembali berjalan, dan dengan bodohnya Ryuga mengikuti sahabatnya.
Keduanya berjalan kearah belakang sekolah, lalu duduk di bawah pohon besar yang teduh dan menyegarkan.
"Apa yang kau bawa kali ini?" tanya Ryuga sambil menatap sahabatnya yang mengeluarkan beberapa buku dari tas besarnya.
Elkira tak peduli, dan tetap mencari buku kesukaannya, buku yang dia curi dari kamar Ritsuki
"Hanya buku usang yang disembunyikan kakak, katanya jika aku membaca buku ini maka hayalanku akan semakin parah. Salahkan saja dia yang membuatku penasaran." Jelas Elkira sambil membuka buku berwarna hitam, sampulnya terdapat berbagai lambang membingungkan. Elkira tersenyum manis, membuka buku itu dengan mata berbinar.
Rambut merahnya di terbangkan oleh angin yang terasa semakin menyejukan. Sedangkan Ryuga, mengambil beberapa n****+ yang berserakan di dekat sahabatnya itu
Seperti biasa, hanya buku dengan semua fantasi yang membuat sahabatnya semakin tak normal. Kadang dia bingung, kenapa sahabatnya ini selalu berpikir di luar kotak. Dia bahkan sering berkhayal menjadi seorang wanita tercantik di dunia lain yang tak Ryuga tau apa nama dunia itu.
Ryuga, melirik sebuah komik yang tak lain adalah salah satu komik langganan sahabatnya.
"Kau membeli seri baru sang Noblesse?" tanya Ryuga, dan hanya mendapat anggukan dari Elkira. Tak menunggu lama, Ryuga membuka lembaran komik itu lalu ikut membacanya.
Walau dia tak terlalu menyukai hal yang hanya bisa ditulis tanpa sebuah kenyataan, tapi dia cukup tertarik dengan jalan cerita yang disajikan.
Hanya, beberapa hal yang membuatnya bingung. Apa yang terjadi jika manusia memiliki kekuatan seperti manusia yang ada di dalam cerita itu.
"Ryuga, apa menurutmu, iblis memang bisa dipanggil? Atau secara sederhana, apa kau percaya dengan adanya iblis yang mengikat perjanjian dengan manusia?" Tanya Elkira sambil memandang ke atas pohon, memasang pose konyol yang membuat Ryuga menganga lebar.
ZONK!!!
Ryuga mengalihkan tatapan matanya pada Elkira, pandangan datar dan kesal.
Kenapa dia memiliki sahabat yang tak pernah bisa berpikir dengan logis? Ayolah! Dia masih ingin menjadi manusia normal setidaknya dia tak berfantasi liar seperti Elkira.
"Bisakah kau berpikir normal L? Aku tak percaya dengan semua hal itu," jawab Ryuga.
"Ya, kau hanya percaya pada video p***o, aisss kenapa kau tak berkunjung ke rumah wanita itu?" Tanya Elkira sambil mengalihkan tatapannya kepada buku yang sedari tadi dia baca.
"Wanita? Wanita mana?" Tanya Ryuga.
"Maria Ozawa!" jawab Elkira tajam
Ryuga menggeram kesal, lalu membaca komik yang ada di tangannya, dia berhenti untuk mengganggu Elkira.
Dia jelas saja kesal, bagaimanapun juga Maria Ozawa adalah artis idolanya dan parahnya Elkira pernah mendengar dia mendesahkan nama wanita pemain film dewasa itu.
Kejadian yang terjadi karena dia yang memaksa untuk melihat Blue Film. untuk pertama kalinya, dan sialnya dia malah membayangkan jika dia b******a dengan Maria Ozawa.
Keperjakaannya hanya di manjakan oleh sabun, dan sebuah imajinasi liar. Bahkan dia harus mendengar Kakak dari sahabatnya tertawa keras saat adiknya memaksa masuk kedalam kamar dan mendengar desahan menjijikan milik Ryuga.
"Hahaha ... keperjakaamu telah berakhir dengan lima jari dan satu genggaman tangan. Beserta sabun sebagai pelicin ..." Ejek Elkira yang membuat Ryuga semakin menundukan wajahnya sambil mendengus kesal.
Tak lama, keduanya saling terdiam, dan sibuk dengan dunia baca mereka masing-masing.
Mereka seakan masuk kedalam imajinasi yang mereka miliki, tak peduli dengan angin yang bertiup semakin kencang, langit kini telah menghitam, jelas akan turun hujan yang lebat.
Elkira menatap langit, lalu membereskan barang-barangnya dan berdiri.
"Ayo, sebentar lagi hujan. Dan kurasa sudah waktunya berkumpul dan melihat nilai hasil ujian beberapa waktu yang lalu."
Ryuga mengangguk, lalu berdiri dan memberikan komik di tangannya pada Elkira.
"Baiklah, ayo L." ucap Ryuga lalu berjalan, dan di samping Elkira juga melangkah. Mereka kembali ke kerumunan warga sekolah yang mulai ramai.