Bab 21. Satya yang Kacau

1161 Kata
Berlian yang berjalan ke arah kantornya itu terhenti sejenak dan berbalik. Dari arah kejauhan, ia melihat Agam yang berdiri di samping mobil setelah mengantarnya. Berlian pun tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Agam. Agam membalasnya. Setelah itu Berlian kembali melanjutkan masuk ke dalam gedung perusahaannya. Bersamaan dengan itu, Agam terlihat kembali masuk ke dalam mobil. Berlian sekali lagi menoleh dan melihat mobil Agam sudah mulai melaju. Berlian kembali tersenyum bahagia melihat mobil Agam menjauh itu. Berlian lalu masuk ke dalam lift dan menuju ke arah kantornya. Ketika sudah sampai di dalam kantor, kaki Berlian kali ini terasa sangat ringan. Tentu saja karena hatinya sangat bahagia. Bagaimana tidak? Karena Berlian sudah tidak lagi hidup sendiri. Hatinya tidak lagi kosong. Kini, ia sudah melangkah bersama dengan Agam. Berlian menyalakan laptopnya. Begitu laptop baru menyala ponsel tiba-tiba berdering. Berlian mengambil ponsel dari dalam tas dan melihat layarnya. Ada nomor tidak dikenal sedang menghubunginya. Berlian ingat, hari ini akan ada salah satu mitra bisnis yang akan menghubunginya. Ia pun mengangkat panggilan tersebut. "Halo? Dengan Berlian Ambarwati dari Glory Garment?" sapa Berlian tenang. "Ber ...?" Berlian terhenyak mendengar balasan sapaan dari dalam ponsel. Ia langsung tercekat dan jantungnya berdebar. Jelas-jelas ini adalah suara Satya. Suaranya terdengar bergetar memanggil nama Berlian. "Mas Satya? Bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor telponku?!" ujar Berlian menautkan kedua alisnya. "Ber, aku ingin bicara sebentar denganmu." Satya terdengar memohon. "Tidak!" jawab Berlian tegas dan ingin segera langsung menutup panggilan Satya. "Tunggu, Ber! Kali ini aku tidak menemuimu! Aku hanya ingin bicara sebentar saja. Tolong beri aku kesempatan supaya aku bisa bicara denganmu," ungkap Satya setengah merengek. Berlian memejamkan kedua mata sembari mendesah panjang karena kesal. "Baiklah. Aku punya waktu lima menit. Katakan dengan cepat dan singkat!" "Aku benar-benar bingung? Chika tiba-tiba pergi dari rumah dan dia membawa semua uang dan kartu kredit ku. Dia juga menyadap ponselku sehingga aku tidak bisa memblokirnya. Aku tidak tahu harus mengadu pada siapa lagi selain kamu, Ber," adu Satya. Mendengar hal itu, Berlian benar-benar tidak habis pikir. "Kamu gila ya, Mas? Apa harapanmu mengatakan masalah rumah tanggamu padaku. Mantan istrimu?! Kamu pikir aku harus apa?!" seru Berlian yang kini nampak marah. "Ber, tolong aku sekali ini saja. Kalau bukan kamu, aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi ...?" "Kenapa kamu tidak meminta tolong pada ibu kesayanganmu itu?!" Berlian yang semakin kesal segera menutup panggilan Satya dengan kasar. Berlian dengan cepat segera memblokir nomor Satya. Setelah itu Berlian menghela nafas beratnya. "Wah ... dia benar-benar mengacaukan suasana hatiku yang seharusnya bahagia di pagi ini!" ungkap Berlian kesal. Sedangkan Satya, benar-benar terkejut karena Berlian mematikan panggilan darinya begitu saja. Sama sekali tidak terduga. Berlian tidak pernah menjadi sangat dingin seperti ini sebelumnya. Satya menjauhkan ponsel dari telinga dan mengkerutkan kening heran. Ia kembali menghubungi Berlian. Sayangnya, ponsel Berlian sudah tidak aktif. Membuat Satya kebingungan setengah mati. Tidak! Satya tidak bisa seperti ini terus! Ia harus menemui Berlian sekarang juga. Dulu, Berlian adalah orang yang paling peduli padanya. Saat Satya sedang ada masalah, orang pertama yang datang menolongnya adalah Berlian. "Ini semua pasti gara-gara laki-laki yang terus menempel pada Berlian itu! Aku yakin, Berlian masih peduli padaku! Aku hanya harus menemuinya!" gumam Satya berbicara sendiri. Satya segera berdiri dari duduknya. Ia yang akan berjalan ke arah pintu keluar itu, mendadak terhenti karena ada panggilan masuk ke ponselnya. Satya terhenti dan mengangkat panggilan tersebut. "Pak Satya?" Ternyata itu adalah asisten Satya. "Ada salah satu supplier yang meminta pembayaran karena sudah dari enam bulan belum dibayar, Pak. Dia bilang kalau tidak dibayar sekarang, dia tidak akan mengirim bahan lagi, Pak. Selain itu, dia juga bisa melaporkan pada hukum karena tenggat waktu yang terlalu lama," jelas seorang laki-laki yang berbicara dengan Satya melalui ponsel. Satya pun panik dan kebingungan. "Apa?! Masih enam bulan saja sudah rewel sekali?! Sudah! Biarkan saja kalau dia tidak mengirim bahan lagi!" jawab Satya termakan emosi. Setelah itu, Satya segera menutup panggilan dari sekertarisnya dengan kasar. Lalu ia segera mematikan ponselnya agar tidak bisa dihubungi. Satya kebingungan dan mendadak ia berkeringat dingin. Saat ini, perusahaannya sudah diambang kehancuran. Satya yang diliputi kemarahan itu, membanting segala sesuatu yang ada di dekatnya sambil berteriak kencang. Ia tidak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan sekarang? *** Satya lamat-lamat membuka kedua matanya perlahan yang terasa berat. Tenggorokannya sakit dan kepalanya sangat pusing sekali. Ia bahkan tidak bisa membeli sebotol bear untuk minum. Satya yang tiduran di sofa itu perlahan bangun dengan susah payah. Ia menyapu pandangan ke seluruh ruang tamunya. Benar-benar sangat berantakan sekali. Ia pun hanya bisa menghela nafas berat dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. "Satya?!" Tiba-tiba dari arah pintu masuk, terdengar suara ibunya yang baru masuk. Satya pun menoleh cepat dan terkejut mendapati ibunya yang tiba-tiba datang ke rumah itu. Ia segera berdiri dan berlari ke arah ibunya. "Ada apa Mama ke sini?!" tanya Satya setelah berdiri di depan ibunya. "Apa maksudmu? Tentu saja Mama ingin menjengukmu! Mama juga merindukan cucu Mama," jawab ibu Satya yang langsung masuk melewati Satya begitu saja. Namun, baru melangkah ke arah ruang tamu ia melebarkan kedua mata. "Astaga ...! Kenapa rumahmu sangat berantakan seperti ini?! Di mana istri dan anakmu?!" tanya ibu Satya yang semakin membuat Satya kebingungan. "Chi ... Chika sedang liburan di luar kota dengan Arya," jawab Satya terbata. "Liburan?! Suami sedang bekerja keras dia malah liburan?! Bukankah seharusnya dia ada di rumah melayani suaminya?!" gerutu Ibu Satya. Satya semakin panik. Keringatnya mengucur deras karena ia tidak mau ibunya tahu kalau Chika sebenarnya sedang pergi dari rumah membawa Arya. Apa yang harus ia lakukan?! "Ada apa denganmu? Kenapa kamu terlihat berantakan begini?!" tanya ibu Satya kembali. Membuat Satya terhenyak kaget. "Aku baru bangun tidur." "Baru bangun tidur?! Lihat! Ini masih pukul tujuh malam! Memangnya kenapa kamu tidur begitu cepat?!" "Aku hanya merasa lelah saja dari kantor tadi," jawab Satya berbohong. Karena sebenarnya hari ini ia hanya bergelimpungan di rumah dan sama sekali tidak ke kantor. Bahkan ponselnya pun tidak aktif. "Aneh sekali? Ya sudah! Mama bawakan makanan untukmu. Cepat makanlah. Sepertinya istri barumu itu tidak becus mengurusmu! Lihatlah! Badanmu kurus begini!" ujar ibu Satya dengan setengah kesal. "Tapi kenapa Mama tiba-tiba ke sini?" "Sebenarnya Mama ada acara besok malam dengan beberapa alumni teman-teman Mama. Mama ingin mengajakmu bertemu dengan mereka, karena salah satu dari teman Mama adalah pengusaha desainer yang sukses yang memiliki perusahaan desain di seluruh cabang Indonesia. Pasti sangat cocok dengan perusahaanmu," jelas mama Satya. Mendengar penjelasan ibunya itu, Satya langsung merasa tercerahkan. Pengusaha desainer sukses?! Tentu saja dia juga bisa menjadi calon investor untuk perusahaan Satya yang sedang mengalami kemunduran saat ini. "Dia teman Mama? Kenapa aku belum pernah mendengar Mama cerita sebelumnya?" "Karena Mama jarang bertemu denganmu, kan? Besok kita bisa bertemu dengannya. Kau bisa menjalin hubungan baik dengannya dan mungkin saja bisa bekerja sama dengannya," ujar mamanya lagi. Satya semakin melebarkan kedua mata. Kali ini ia merasa tertolong. Semoga saja perusahaan Satya tidak jadi hancur dan ia bisa menyelamatkan perusahaannya. Baiklah! Satya harus menyiapkan diri dan akan ikut di pertemuan alumni ibunya besok.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN