Bab 12. Satya dan Istri Barunya

1132 Kata
Semua orang masih melihat ke arah kolam renang. Di dalam kolam, ada Chika yang berenang setelah diceburkan Berlian tadi. Satya yang juga ada di atas, melihat ke arah Berlian. Berlian membalas dengan tatapan tajam. Melihat sorot mata Berlian, Satya jadi takut sendiri. Ia tidak pernah melihat Berlian memasang raut wajah seperti itu sebelumnya. Satya yang bingung hanya bisa panik sendirian. Ia segera berjalan di tepi kolam. Mengulurkan tangan untuk istrinya dan membantu Chika naik ke atas. Berlian masih mendiamkannya. Setelah berada di atas, Chika yang tadi tercebur secara tiba-tiba itu masih beradaptasi. Ia yang terkejut sempat menelan air kolam. Sekarang ia terbatuk-batuk sebentar dan Satya menepuk punggungnya. Setelah reda Chika melihat ke arah Berlian dengan marah. "Dasar perempuan jahat!" teriak Chika yang berusaha berdiri dan akan menyerang Berlian. Namun, Satya memeganginya. "Sudah ... sudah ...! Kita ada tempat umum. Jangan buat malu ...," lirih Satya memegangi istrinya. Chika pun menoleh ke arah Satya cepat. "Minggir, kamu!" Chika mendorong Satya menjauh darinya. "Kenapa kamu tidak menolongku?! Saat istri tercebur ke kolam, seharusnya kamu ikut masuk ke kolam dan menolongku! Bukannya malah diam seperti monyet kecil?!" bentak Chika semakin marah saja. Satya pun semakin panik dan kebingungan bercampur malu. "Ke ... kenapa aku harus ikut menceburkan diri? Kamu, kan bisa berenang? Tapi, bukankah tadi aku juga sudah menolongmu?" ujar Satya dengan suara terdengar ragu-ragu. Chika hanya melebarkan mata tidak habis pikir dengan sikap suaminya. Sedang Berlian melihat ke arah Satya dan tersenyum remeh. Satya bahkan tidak turun menyelamatkan istrinya. Membuat Berlian mendengkus pelan. "Dia benar-benar tidak berubah. Masih tetap menjadi laki-laki tidak berguna," gumam Berlian yang memang sudah menduganya. Berlian lalu berjalan menjauhi mereka. "Hei! Aku belum selesai denganmu! Berhenti di sana!" teriak Chika yang akan berjalan ke arah Berlian. Namun, lagi-lagi Satya memegangi untuk mencegahnya. Sehingga ia tidak bisa menyusul Berlian yang mengabaikannya. Berlian nampak puas dan terus berjalan menjauh. Satya masih berusaha menahan istrinya untuk tidak menyerang Berlian lagi. Akan semakin membuatnya malu. Sedangkan Agam, segera berjalan menyusul Berlian. Sembari melepas jasnya ia terus berjalan ke arah Berlian. Ketika sudah sampai di samping Berlian, ia segera memakaikan jas miliknya pada Berlian. Membuat Berlian menoleh ke arahnya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Agam cemas. "Hm! Aku baik-baik saja." Berlian seraya menganggukkan kepala menjawabnya. "Tidak! Wajahmu menyiratkan kamu tidak baik-baik saja. Sekarang, kita tidak perlu mengikuti acara ini. Aku akan mengantarmu pulang," kata Agam lagi. Berlian nampak berpikir sejenak. Tapi akhirnya ia kembali menganggukkan kepala menuruti Agam. Mereka berdua pun berjalan menuju keluar arena acara di hotel itu. Sedangkan Satya masih berusaha memegangi istrinya yang kemarahannya semakin membabi buta. "Mau pergi ke mana, kamu?! Aku belum membalasmu! Aku pikir aku juga tidak bisa menceburkanmu ke kolam?!" teriak Chika yang terus berusaha membalas Berlian. Sedangkan para tamu undangan yang lain mencibir mereka dengan meneriaki mereka. "Sudahlah ...! Malu dilihat orang. Semua orang sedang memperhatikan kita sekarang ...!" Satya kesusahan memegangi istrinya. "Lepaskan aku! Dasar suami tidak berguna!" teriak Chika sambil mendorong tubuh Satya menjauh untuk kedua kalinya. Satya yang kehabisan kesabaran pun segera menarik tangan Chika dengan paksa, membawanya pergi dari pesta itu. Ia tidak kuat lagi menahan malu. Semua orang melihatnya dengan saling berbisik dan beberapa menertawakannya. "Lepaskan tanganku!" seru Chika sembari menggeliatkan pergelangan tangannya. "Cukup, Chika!" bentak Satya dengan sangat keras. Membuat Chika langsung terdiam kaget. Chika yang juga takut dengan bentakan suaminya itu pun, akhirnya diam. Ia mengikuti langkah suaminya untuk ikut pergi dari pesta ini. Chika kembali melihat ke arah Berlian yang berjalan berlawanan dengannya. Mata Chika berfokus pada Agam, laki-laki yang tengah bersama Berlian itu. Dari kejauhan, Chika terus memperhatikan dan mencoba menajamkan penglihatannya. Sepertinya ia kenal dengan laki-laki itu? Pikir Chika. *** Satya membawa Chika masuk ke dalam rumah dengan masih menariknya paksa. Chika berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Satya. Namun, tentu ia kalah kuat. Satya lalu melepaskan pegangannya dengan setengah melempar istrinya. Chika terlempar dan duduk di sofa dengan cukup keras. "Kenapa kamu menarik tanganku dengan sangat kasar?" gumam Chika berdecak sembari memutar pergelangan tangannya. Satya menghela nafas beratnya. "Apa yang kamu lakukan? Dari mana kamu tahu aku di sana. Di mana Arya?! Kenapa kamu meninggalkannya?!" Satya bertanya pada istrinya dengan masih berdiri dan menahan kesal. Chika yang tidak terima itu pun, langsung berdiri. "Apa yang aku lakukan? Seharusnya aku bertanya padamu! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu diam-diam menemui Berlian?! Begitu tahu dia pemilik perusahaan besar, kamu mau mendekatinya lagi, kan?!" Chika balas berteriak ke arah Satya. "Tutup mulutmu itu! Kenapa pikiranmu sempit sekali?! Aku berusaha mengembalikan saham yang sudah ia cabut dari perusahaanku! Aku juga ingin menyelamatkan perusahaanku! Ingin membenahi keuanganku! Tapi kamu datang dan langsung mengacaukannya! Dengar, bukan? Tadi Berlian masih mempertimbangkannya. Gara-gara kamu, semuanya kacau!" Satya mengalihkan badan dari Chika. Chika mendengkus kasar. "Kamu benar-benar tidak tahu permainannya, ya? Dia tidak serius mengatakan itu! Yang ia inginkan hanyalah membuatmu berlutut padanya! Setelah itu aku yakin dia tidak akan memberikan sahamnya lagi!" "Tahu apa, kamu?! Yang kamu tahu hanya berbelanja, mengkoleksi tas atau mencari tahu make up yang sedang viral! Kamu sama sekali tidak bisa membantu masalah keuanganku di perusahaan! Apa kamu tahu, kalau sekarang aku sedang menghadapi krisis besar?! Paling tidak bantulah aku mengerjakan laporan keuangan seperti yang dilakukan Berlian dulu!" ujar Satya lagi yang sama sekali tidak menurunkan nada bicaranya. Chika kembali mendengkus kesal. "Lihatlah dirimu? Apa kamu sekarang mulai membandingkanku dengan mantan istrimu itu? Karena dia sekarang sudah cantik dan bisa memimpin perusahaan? Siapa yang tahu kalau mungkin dia sedang menggoda laki-laki kaya untuk dirinya?!" "Diam kau! Berlian bukan perempuan sepertimu!" "Apa?! Apa maksudmu mengatakan itu padaku?! Apa kamu pikir aku tidak bisa seperti Berlian?! Kamu sudah jatuh cinta lagi pada mantan istrimu itu, kan?! Kamu tadi bahkan tidak menolongku saat aku diceburkan di kolam olehnya! Dasar laki-laki br*ngsek!" umpat Chika pada suaminya sendiri. Chika tidak bisa lagi bersabar. Mendengar ungkapan Chika, Satya pun langsung tersulut emosinya. "Dasar perempuan tidak tahu diri!" Satya akan menampar Chika. Namun, Chika segera duduk menjauh dan berteriak sekencang mungkin. Membuat Satya terhenti dan bingung dengan teriakan Chika itu. "Toloooong! Suamiku mau membunuhku ...!" Chika masih berteriak seperti itu sambil menangis kencang. Satya semakin kebingungan dan panik. Ia pun segera duduk di sebelah Chika dan menutup mulut istrinya. "Diamlah! Apa kamu mau tetangga mendengarnya?!" bisik Satya menutup kulit Chika. Chika pun menggigit telapak tangan Satya sehingga Satya refleks menjauhkan tangannya dari Chika. "Aduh! Apa yang kamu lakukan?!" seru Satya mengipat-ipatkan tangannya. "Lihat! Aku berbeda dengan Berlian. Kalau dulu Berlian hanya bodoh diam saja dengan perlakuan kasarmu! Jangan harap aku akan begitu!" "Kamu ...!" Satya kembali mengangkat tangannya untuk memukul Chika. "Aku akan berteriak lagi kalau kamu sampai memukulku!" ancam Chika lagi. Sehingga tangan Satya pun terhenti di atas. Ia nampak sangat geram dan marah pada Chika. Tapi, ia harus tetap menahannya. Akhirnya ia pun berdiri meninggalkan Chika begitu saja dengan menahan amarahnya yang seharusnya sudah pecah saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN