Langkah Orin agak tersendat, namun ia tetap berjalan maju. Perasaannya mulai tidak enak. "Mbak, ada perlu apa?" tanya Orin, berusaha untuk bersikap biasa saja. Dan berhasil. Dia terlihat sebagai sosok profesional yang seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal baru saja ia mencium Osman di hadapan Naomi. Naomi menelan saliva. "Apa yang kau lakukan?" Suara Naomi bergetar. Dia terlihat sangat sedih sekali. Bahkan menahan tangis. Duh, Orin mesti berakting di hadapan wanita berhijab panjang ini. Pura- pura tidak terjadi apa- apa. Wajah Naomi natural sekali, tanpa make up. Hanya mengenakan lipstik tipis, alis digaris dengan pensil sedikit, dan eye liner saja. “Aku tidak buta, baru saja aku menyaksikan kamu mencium suamiku!” geram Naomi dengan gigi menggemeletuk. Orin menelan saliva. Mampus