Orin melirik ke arah Balqis, temannya itu sama sekali tidak pernah mengajaknya mengobrol seperti biasanya meski mereka duduk satu ruangan. Jarak meja mereka juga dekat. Sepertinya Balqis benar- benar marah atas kejadian di telepon kemarin. Orin menarik kursi dan menggesernya ke arah Balqis. "Bal, kamu marah ya?" Orin lagi- lagi memanggil dengan sebutan singkat 'Bal'. Balqis menoleh, tersenyum. Ia menggeleng. "Tidak. Aku tidak marah." "Kupikir kamu marah karena sejak tadi mendiamkan aku." "Aku diam karena aku sedang fokus kerja." "Biasanya fokus kerja juga tidak seperti itu." Balqis menaruh pena tang sejak tadi membuatnya terlihat sibuk dengan menulis. "Aku diam karena aku tidak mau membuatmu merasa terganggu. Aku tidak mau menjadi penyebab kemarahanmu. Aku mau kamu tenang dan sant