"Nah, akhirnya mengaku juga. Pak Ikmal yang menyuruhmu, kan?" tegas Osman setengah menebak setelah trik yang tadi berhasil mengelabui Arkana. Tidak maksud berbohong, Osman berharap bisa mendapatkan bukti dari pengakuan Arkana. "Benar, Pak. Saya minta tolong bapak jangan sebut nama saya di depan Pak Ikmal. Saya bisa mati dibunuh." "Apa motivasimu melakukan ini? Uang?" "Tidak, Pak. Saya sungguh tidak mendapatkan upah apa pun. Saya hanya seperti jongos yang diperintah bos dan tidak berani membantah, itu saja." "Baiklah. Aku paham posisimu." Osman berdiri, memutari meja dan menepuk pundak Arkana. Wajah Arkana yang sejak tadi menegang, berubah menjadi sedikit lebih tenang. "Bapak tidak marah lagi kepada saya?" Osman menapakkan salah satu telapak tangannya ke meja, tangan lainnya memega