Naomi tampak gembira sekali bisa menggendong bayi. Sepertinya dia sudah lama mendambakan seorang anak. “Wah, Mbak Naomi sudah cocok punya anak. Kebutin usahanya, kencengin doanya. Atau jangan- jangan memang mau menunda momongan nih?” ucap Orin dengan senyum. Oh ya ampun, Osman memejamkan mata sepersekian detik sambil mengernyit kuat. Apa yang dia takutkan akhirnya terjadi juga. Kenapa secepat ini kejadiannya? Naomi mendadak tegang. Wajahnya gusar. Mentalnya seperti kena tampar setiap kali disinggung soal anak. Osman baru saja membuka mulut hendak bicara, namun kalah cepat oleh gerakan Naomi yang berkata, “Aku tidak makan. Kalian saja.” Ia langsung balik badan, kemudian meninggalkan dapur membawa dua bayi itu. “Loh, Mbak! Tadi minta aku masak. Ini aku sudah masak.” O