Eva pikir, dunianya baru saja runtuh saat mendengar keputusan yang dibuat oleh Dion. Ia ternyata tak percaya. Ini seperti Dion yang tidak ia kenali. Dion yang selalu menemaninya selama ini, sangat berbeda dengan Dion yang ada di hadapannya.
"Kamu bilang apa?" tanya Eva sekali lagi. Ia berpikir, mungkin saja telinganya salah menangkap ucapan Dion.
"Maafkan aku, Va. Ini semua terlalu sulit untukku."
Terlalu sulit? Apa ia tidak tahu, bahwa Eva-lah yang paling sulit dari dirinya. Eva adalah gadis baik-baik, keluarganya sangat terpandang, dan jika apa yang dialaminya terbongkar, maka ia tidak yakin bahwa kedua orangtuanya akan berdiam diri saja.
"Kamu ngomong kaya gitu, apa pernah kamu pikirin dulu mengenai perasaanku, hah?!"
Dion ternganga. Ia tahu. Jika Eva sudah mengubah nadanya, maka gadis itu benar-benar marah.
"Kamu nggak tahu gimana sulitnya ada di posisi kaya aku. Aku cewek dan aku yang nanggung malu," lanjut Eva.
Dion mengepalkan tangannya erat.
"Kamu seharusnya mikir, Di! Kamu yang buat kesalahan, jadi kamu yang harus selesaikan ini semua!"
"Oke, aku bakalan selesaikan. Kamu punya dua pilihan! Tunggu sampai aku lulus dan aku bakal nikahin kamu, atau kamu gugurin kandunganmu dan tetap sama aku, gimana?"
Eva terdiam tidak percaya. Sekarang, Dion juga sudah merubah nada bicaranya. Dan apa ia bilang? Ia meminta Eva menggugurkan kandungannya? Jangan harap. Ia tidak ingin hamil tanpa seorang suami dan ia tidak ingin menggugurkan kandungannya. Ia tidak ingin itu semua. Yang ia inginkan adalah, fakta bahwa Dion harus menikahi dirinya sekarang juga. Hanya itu yang ia inginkan saat ini.
"Kamu gila, Di! Ini anak kamu! Dan kamu seenaknya ngomong kaya gitu? Kamu ngomong pakai otak, kan? Ingat Di! Ini semua nggak akan terjadi kalau kamu nggak mabuk waktu itu!"
Rahang Dion tampak mengeras, ia kemudian berdiri. "Aku tahu pilihanmu apa, tapi maaf, Va. Aku nggak bisa nikahin kamu sekarang. Kalau kamu berubah pikiran, temui aku di sini besok dengan waktu yang sama."
Dion langsung berlari keluar dari kafe dan meninggalkan Eva yang masih termenung di tempatnya berada. Ia tidak percaya bahwa Dion akan melakukan hal yang sangat menyakitkan seperti ini.
Ia tidak percaya, Dion yang sangat ia cintai bisa melakukan ini.
***
Eva pulang ke rumah dalam keadaan yang kacau. Wajahnya terlihat pucat dan melebihi kepucatannya dari kemarin. Ia berjalan ke ruang tengah dan membaringkan dirinya di sofa itu.
"Kamu kenapa?"
Eva menoleh dan melihat Emma yang berjalan ke arahnya. Eva membenarkan posisi duduknya dan membiarkan Emma duduk di sampingnya. "Aku tidak apa-apa, Ma. Hanya kecapean," jawab Eva bohong. Kemudian, ia mulai memeluk tubuh Emma dengan erat. Ia merasa hangat di pelukannya.
"Ma, kalau Eva buat kesalahan, Mama dan Papa akan maafin Eva?" tanyanya serius.
"Tentu saja, sebesar apa pun kesalahan yang kamu perbuat, Mama dan Papa pasti akan maafin. Tapi, jika kesalahan itu berhubungan dengan martabat keluarga kita, maka Mama tidak jamin apakah Papamu akan memaafkanmu. Kamu tahu sendiri kita berasal dari keluarga mana."
Deg...
Perkataan Emma sudah membuat tangan dan seluruh badan Eva menjadi dingin. Gadis itu membeku, dan Emma merasakannya.
"Eva, kamu kenapa?" tanya Emma cemas.
Ini pertama kalinya putri bungsunya terasa dingin.
Eva tersenyum. "Eva nggak apa-apa, Ma. Eva ke atas dulu ya?"
Eva langsung melepaskan pelukan Emma dan berjalan dengan langkah yang berat menuju kamarnya. Setelah tiba di sana, ia hanya membaringkan dirinya di sofa panda kesayangannya. Ia mulai tertidur.
***
Di lain tempat, Dave sedang sibuk memeriksa laporan keuangan yang menurutnya sangat aneh. Minggu kemarin dengan minggu sekarang mengalami penurunan yang drastis, dan Dave khawatir, khawatir bila terjadi penghianatan di perusahaannya.
"Jangan terlalu fokus, Bro!"
Dave menoleh ke arah Arsen yang sedang fokus dengan lego berbentuk tinker bell-nya. Ia adalah Arsen Lachowski, Lelaki dengan tinggi yang sempurna, wajah tampan seperti dewa Yunani dan bentuk tubuh yang sangat proporsional, ditambah perutnya yang memiliki eight pack. Beda dengan Dave yang memiliki six pack. Intinya, lelaki blasteran perancis itu memiliki hidup yang sempurna.
Oke, hidupnya mungkin sempurna. Tapi, tidak dengan kehidupan cintanya. Ia sangat tragis. Tragis karena mencintai Ibu tirinya yang memiliki usia yang sama dengannya. Menyedihkan bukan?
"Kamu lebih baik pergi, daripada berdiam diri di kantorku sambil memainkan lego aneh itu!"
Arsen tampak kecewa ketika mainan favoritnya dikatakan aneh oleh Dave. "Ayolah, Dave. Ini lebih baik daripada melihat Selena b******u dengan Jason."
Selena adalah Ibu tiri Arsen, dan Jason adalah Ayah kandungnya.
"Sial!" Ia mengumpat dan memukul sofa, yang ia duduki saat ini.
Dave menatap Arsen dengan tatapan bingungnya.
"Hari ini Selena ulang tahun. Apa yang harus kuberikan pada perempuan jalang itu?" Arsen bertanya pada Dave, ia memaki wanita itu, tapi mencintai wanita itu. Dave tidak pernah bisa membaca pikiran sahabat terbaiknya itu.
"Berikan barangmu," ucap Dave lalu kembali fokus dengan kerjaannya.
Arsen tampak terkejut dengan perkataan Dave.
"Kamu ... bilang apa?"
"Memangnya aku mengatakan apa?" tanya Dave dengan wajah sok polosnya.
"Barang?" ucap Arsen.
Dave tampak berpikir, kemudian ia mengingat kembali perkataannya dan terkejut, seperti apa yang dilakukan Arsen tadi.
"Maaf, maksudku, berikan mobilmu, seperti yang kamu berikan pada gadis-gadis jalangmu!"
Gadis jalang yang dimaksud Dave adalah pacar-pacar Arsen. Ia memang terkenal sebagai playboy kelas kakap. Berbeda dengan Dave, yang hanya berpacaran tiga kali seumur hidupnya.
"Aku sudah melakukannya, Dave. Kamu tahu apa yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahunnya kemarin?"
Dave menggeleng. Memangnya ia memiliki mata-mata untuk mengetahui semua tentang Arsen? Jangan gila.
"Rumah seperti artis kesayangannya, Rain. Mobil seperti Oh Sehun, dan gaun yang pernah digunakan Kate Middleton."
Dave ternganga. Temannya memang sudah tidak waras. Walaupun ia tidak mengetahui tentang Sehun dan Rain, tapi ia dapat mengetahui bagaimana mahalnya barang-barang itu.
Tapi, kenapa ia malah mendengarkan curhatan Arsen? Dave harus mengusir teman gilanya itu.
"Sudahlah! Aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkan curhatanmu tentang Ibu tirimu. Sekarang, pergi dan temui Marco yang sedang bersedih, karena baru saja ditampar oleh artis yang ia hamili!" pinta Dave kesal. Ia pun melanjutkan kerjaannya.
"Dasar, baiklah. Aku akan ke Marco, dan omong-omong, aku ingin memberitahumu sesuatu."
Dave tampak tertarik, ia lalu menoleh ke arah Arsen.
"Kamu tahu, sepertinya Marco menyukai adik tunanganmu."
Deg...
Entah mengapa, Dave merasa .... Tidak suka.
"Baiklah, aku akan menemuimu besok bersama Marco," ucap Arsen. Arsen bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan Dave. Dan meninggalkan Dave yang masih memikirkan perkataan Arsen.
Marco Alexander, ia merupakan sahabat Dave. Sama seperti Arsen, ia adalah seseorang playboy tingkat dewa. Walaupun ia tampan, tapi ia tetap tidak bisa mengalahkan ketampanan yang dimiliki oleh Arsen.
Oke, Dave akui bahwa ia berada di peringkat kedua setelah Arsen.
***
Malam ini, Dave berniat untuk menemui Diana, sekaligus melihat kondisi Eva. Ia turun dari mobil bugatti nya dan berjalan memasuki rumah besar itu.
Plak...
Dave terkejut. Ia terkejut menyaksikan Tara menampar keras pipi kiri milik Eva. Gadis itu menangis dan Dave merasakan nyeri yang teramat sangat di hatinya.