episode 7: Jati diri yang sesungguhnya

969 Kata
Ratu Anasya benar-benar tidak bisa menerima ini, dia menatap suaminya dia seakan tidak perduli tentang kedudukan pria itu juga dirinya. Raja Warui terkejut mendapatkan tatapan tajam dari istri keduanya memang ratu satu itu terkenal suka berbuat seeanaknya, tapi dia tidak menyangka kalau ratu itu akan menatapnya dengan tatapan menantang. "Yang mulia, aku tidak pernah ditentang oleh siapapun, dan sekarang demi wanita rendahan itu kau menentangku Yang Mulia". Protesnya. "Jaga ucapanmu Ratu Anasya, Ratu Sekar, juga Ratu disini, dia adalah istriku jika kau lupa," Balasnya mengancam. "Aku tidak perduli Yang mulia, biarkan aku menghancurkannya Yang mulia, kau jangan menghalangiku," Katanya masih berusaha menahan emosi. Ratu Sekar sudah sangat ketakutan, dia takut suaminya akan membiarkan istri kedua suaminya membunuhnya, rasanya wanita itu harus menyesali karena telah menantang Ratu kejam itu. Sekar menoleh pada Zein, pria itu terlihat tenang tapi matanya tidak lepas dari dirinya, entah karena apa Ratu cantik tersebut merasa sangat tenang. "Kak,Zulka," Batinnya. Zein menatap Sekar teduh seakan menenangkan wanita itu. "Dengar!, aku akan memenjarakan mu atas tindakan ini, meski kau adalah ratu kerajaan ini". Ancam sang raja. Ratu Anasya sudah kalap dia hampir saja membunuh sang raja dengan kekuatan besarnya kalau lagi-lagi Zein tidak menahan serangannya menyebabkan ledakan besar terjadi dan tubuh ratu itu terpantal cukup jauh sementara pria itu sudah kembali memuntahkan darah dari bibirnya tangannya masih memegangi dadanya yang semakin terasa nyeri dan sesak. Raja Warui dan kedua istrinya yang lain menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya selama ini tak ada yang bisa menandingi kekuatan ratu iblis itu tapi kini seorang pelayan mampu menangkis serangan yang akan dilancarkan oleh ratu iblis tersebut pada rajanya. Sekar menatap pria yag dicintainya khawatir karena pria itu nampak kesakitan. Sedangkan Ratu Anasya yang kini sudah dipegangi oleh para prajurit menatap nyalang pada Zein. "Dasar pelayan rendahan! siapa kau sebenarnya kenapa kau bisa menangkis seranganku?!" Teriaknya. Zein masih bungkam dia tidak mengatakan siapa dia sebenarnya. "Putra pertama raja Ryuga kakak kandung raja Warui," Sahut seseorang tiba-tiba. Semua orang terbelalak, sontak mereka mengalihkan perhatiannya pada Zein seakan meminta penjelasan. Tapi pria itu enggan untuk berkomentar. Pria yang tadi mengatakn tentang jati diri Zein berjalan mendekati Raja Warui, dia menunduk hormat untuk memberi salam. Lalu memandang remeh Ratu Anasya. "Anda pasti terkejut yang mulia Ratu, putra pertama dari Raja Ryuga ternyata masih hidup setelah anda dan kerajaan anda menyerang kerajaan ini dan membantai semua anggota kerajaan tapi pangeran Zulkarnain masih hidup". Katanya. Raja Warui nampak terkejut dia tidak mengira kalau ratunyalah yang melenyapkan nyawa saudara kandungnya. "Apa maksudmu mentri?" Tanyanya mintak penjelasan. Pria yang merupakan mentri kerajaan itupun menunduk hormat. "Maafkan saya yang mulia, saya tidak berhak menjelaskan ini tapi biarkan pewaris sah kerajaan ini yang menjelaskan," Pintanya. "Aku tak akan menjelaskan apapun, besok aku akan meninggalkan kerajaan ini pemisi," Potong Zein. Pria itu langsung berbalik dan meninggalakn tanda tanya pada seluruh penghuni istana. ******* Ratu Anasya telah dipenjara karena tuduhan membunuh seluruh anggota kerajaan yang dulu, tapi Raja Warui serta Ratu Yufa masih bingung tentang siapa Zein, kalau memang pria itu adalah putra kakaknya maka dia akan sangat dengan senang hati menyerahkan tahta kerajaan bintang tenggara padanya. "Rajaku apa tidak sebaiknya kau bertanya langsung padanya". Usul Ratu Yufa. "Kau benar ratuku, aku lihat tadi dia juga seperti masih kesakitan aku akan menemuinya," Jawabnya. Setelah itu Raja Warui pun pergi untuk menemui putra Raja Ryuga. ***** Zein duduk disebuah pondok yang ada ditaman belakang dia mengamati langit yang nampak mendung dan petir yang terus menyambar serta tiupan angin yang sangat kencang udara juga sangat panas. "Apa yang membuatmu murka Rajawali?". Gumamnya. "Pangeran Zulkarnain." Suara seorang memanggil namanya menyentakkan dari lamunannya dia melihat raja Warui berdiri tidak jauh darinya, diapun segera bangkit lalu menunduk hormat pada sang Raja. "Ada gerangan apa yang mulia menemui saya?" Tanyanya sopan. Raja itu tersenyum melihat putra saudaranya yang terlihat begitu sopan tidak seperti putranya dari ratu Anasya. "Terimakasih sudah menolongku," Katanya sungguh - sungguh. "Itu sudah menjadi tugas saya sebagai seorang pelayan," Jawabnya. Sang Raja hanya menggelengkan kepala melihat keponakannya masih menyebut dirinya sebagai pelayan. "Kau bukan seorang pelayan kaulah raja yang sesungguhnya, jika kau mau aku akan menyerahkan tahta kerajaan padamu," Katanya meluruskan. "Tidak yang mulia, saya tidak ingin menjadi raja, andalah yang pantas, bagi saya hidup seperti ini sudah membuat saya merasa bahagia," Tolaknya halus. Raja Warui merasa terharu baru kali ini dia melihat seseorang ditawari tahta kerajaan jutru menolak padahal dia adalah pewaris tahta yang sebenarnya. "Oh ya maaf atas tuduhan istriku padamu,' Sesalnya. "Tidak apa yang mulia, kami memang dekat dan sudah dari dulu kami dekat tapi yang mulia menganggap saya sebagai saudara jadi mungkin banyak orang yang salah mengartikan," Ucapnya ada nada kegetiran didalam nadanya. Raja Warui mengangguk mengerti. "Tapi bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" Tanyanya memastikan. "Permintaan anda adalah perintah bagi saya yang mulia," Jawab Zein Zulkarnain. "Baiklah, aku mintak kau jangan tinggalkan istana ini, lalu panggil aku paman!" Katanya multak. Belum sempat Zein Zulkarnain protes raja itu kembali berbicara. "Dan kau akan diberikan gelar sebagai raja muda dan aku tidak terima penolakan keponakanku," Perintahnya mutlak. Kalau begini dia tidak bisa membantah lagi tapi dia juga mempunyai permintaan. "Kalau boleh saya juga punya permintaan paman," Katanya. Raja Warui menganggukkan kepala. "Izinkan aku untuk mengambil kembali pedang rajawali milikku dan menghentikan kekacauan ini," Pintanya. Raja Warui mengerutkan keningnya. "Pedang itu milikmu?" Tanyanya memastikan dan dijawab dengan anggukan oleh Zein Zulkarnain . Raja Warui nampak tak percaya dia sangat tau dari cerita para warga yang terkena dampak pedang itu dan kekuatan pedang itu. "Tapi raja muda kaukan masih terluka?" Katanya. Sungguh Zein Zulkarnain tidak biasa mendengar panggilan itu untuknya hingga dia masih risih. "Percayakan saja pada saya paman!" Katanya meyakinkan. "Baiklah, kalau begitu aku percaya padamu besok kau akan dinobatkan menjadi raja muda karena kau tidak mau menjadi raja penguasa yang tunggal," Katanya. Zein hanya mengangguk terpaksa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN