Episode 15 : Manusia utusan Tuhan bagian 1

1007 Kata
Semua mata tertuju pada Sang Raja yang tersenyum lembut pada calon istrinya, wajahnya terlihat sangat pucat, darah mengalir segar dan mulut dan luka di d**a kirinya. Arsy menatap tak percaya apa yang dilihatnya, ia sangat menyesali keputusannya, dia berniat melindungi pria yang paling dicintainya dari serangan mematikan kakek tua yang menjadi lawan bertarungnya, tetapi nyatanya dirinya justru melakukan tindakan ceroboh yang mengakibatkan kekasihnya terluka untuk kedua kalinya. Sedangkan Sekar, wanita itu merosot tak berdaya, dadanya terasa sesak melihat pria yang begitu dicintainya terluka sangat parah. Bruk… Tubuh Zein Zulkarnain terjatuh ketanah dengan mata terpejam. Tak disangka melihat lawannya terkapar dengan luka sangat parah bahkan mungkin telah tiada, Kata kiof merasa tidak senang karena luka yang diderita musuh bebuyutannya itu bukan karena dirinya melainkan sesuatu yang bahkan tak dapat dia lihat. Suasana mendung menjadi gelap, mendadak udara dingin membeku, membuat manusia yang ada di situ bingun dan ketakutan karena tak mengerti apa yang sebanarnya sedang terjadi. Sebuh sinar berwaran putih kebiruan keluar dari pedang pelangi milik Zein, dari sinar itu keluarlah sosok pria bertubuh tinggi besar kulitnya berwarna biru semua, iris matanya berwarna ungu dan bibirnya berwarna merah darah, ia menggunakan ikat berwarna emas di kepalnya, di tengahnya ada garis melintang berwarna merah, matanya menatap penuh kemurkaan kakek tua tersebut. “KAKEK TUA TIDAK TAHU DIRI! BERANI SEKALI KAU MELUKAI MANUSIA YANG TELAH DIGARISKAN UNTUK MENEGAKKAN KEBENARAN DAN KEDILAN DI MUKA BUMI!” suaranya menggelegar bagai guntur membela bumi, semua orang yang melihatnya ketakutan bahkan tubuh kakek tua itu sampai gemetar karena terlalu takut. “SEHARUSNYA KAU TIDAK MENGGUNAKAN TOMBAK NERAKAMU UNTUK MELUKAINYA! KAU AKAN MENANGGUNG AKIBAT PERBUATANMU!” lanjutnya. Kakek tua itu semakin ketakutan, ia merasa sangat bersalah, seharusnya dirinya sudah menyadari tentang kehadiran seorang manusia utusan Tuhan bukan justru melukainya dan membela orang yang tersesat. Tidak ada seorang pun yang diizinkan untuk melukai manusia utusan Tuhan karena Tuhan sendiri pasti akan membinasakannya karena telah melampaui batas dan telah menyakiti manusia tersebut. “Maafkan saya tuan, saya telah melampaui batas. Saya bersedia menerima hukuman.” Kakek tua itu menjatuhkan tubuhnya di atas kedua lututnya, dengan pandangan tertunduk dan menyesali segala dosanya. “BAGUS JIKA KAU PAHAM.” Seketika tubuh kakek tua itu lenyap, bukan karena hilang melainkan binasa, setelah itu manusia penjaga pedang pelangi itu menatap tuannya yang telah sekarat. Dia mengeluarkan cahaya biru kehiajaun dari matanya, cahaya itu menyinari luka yang mengaga di d**a Zein, setelah dirasa cukup ia menghilang dan kembali menjadi sebilah pedang yang tergeletak di samping tubuh Zein. Tak lama kemudian, Zein tersadar, matanya memperhatikan sekelilingnya, ia melihat Arsy duduk bersimpuh di dekatanya dengan tatapan mata kosong dak ketakutan tak jauh dari sana Sekar juga tak kalah buruk, Ratu cantik itu memandang dirinya dengan tatapan kosong dan penuh kesedihan, ia mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi terhadap dirinya, setelah semua ingatannya terkumpul, dia menarik napasnya dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Perlahan pria itu mendudukkan dirinya, tangannya megusap air mata yang keluar dari mata calon istrinya tersebut. Arsy seperti menemukan cahaya hidupnya, ketika melihat pria yang paling dikasihinya duduk di depannya dalam keadaan sehat dan bibir tersenyum, hatinya kembali terhiris melihat noda darah yang masih tersisa di baju Zein. “Zein…” lirihnya. Pra itu tersenyum meneduhkan. “Maaf, membuat khawatir. Semua baik-baik saja.” Zein merasa menyesal karena telah membuat seorang gadis yang begitu sangat perduli padanya menangis ketakutan. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi putih bersih Arsy, ia merasa sangat lega karena seorang pria yang sangat dicintainya telah kembali, dia pun segera menghambur ke dalam pelukannya. “Aku takut… aku takut, Zein. Aku takut kau akan mati, hiks… hiks…” Arsy menangis dalam pelukan Raja Bintang tenggara tersebut. Zein membalas pelukan calon istrinya tersebut, ia membelai lembut surai hitamnya setelah itu, matanya teralih pada Ratu Sekar yang kini berdri tidak jauh dari mereka, wanita itu juga tersenyum lega mungkin karena dirinya telah baik-baik saja. Zein melepaskan pelukannya setelah dirasa Arsy mulai merasa tenang. “Jangan menangis lagi,” pintanya. Gadis itu mengangguk lalu … Cuup… Zein membulatkan matanya, ia tak menyangka gadis 19 tahun itu berani mencuri ciuman pertama darinya bahkan Sekar Wangi yang pernah menjadi kekasihnya saja tidak pernah melakukan hal itu. Arsy langsung menundukkan wajahnya karena malu setelah mencium orang tanpa permisi. Terlihat sekali Ratu Sekar sangat tidak suka melihat pelayan itu mencium seorang raja, meski pun sekarang pelayan itu telah menjadi calon ratu tapi tetap saja baginya, Arsy tetap seorang pelayan dan tidak pantas untuk mendapingi seorang Zein Zulkarnain yang sekarang telah menjadi raja Bintang tenggara. Zein bukannya tak sadar kalau ratu hatinya cemburu melihta dirinya dicium oleh wanita lain, tetapi ia hanya pura-pura tidak perduli anggap saja itu sebagai balasan karena telah mengkhianati cintanya serta mempermainkan dirinya. Setelah itu dia kembali mengalihkan perhatiannya pada sang calon istri yang masih menunduk malu, pria itu tersenyum penuh arti. “Kau sudah mencuri ciuman pertamaku, gadis kecil.” Zein pura-pura kesal dengan sikap gadis itu. Arsy tidak menjawab, dia sudah sangat malu karena berinisiatif mencium seorang pria tanpa permisi, ia pun segera bangkit dan membalikkan tubuhnya lalu menghampiri ratu Sekar wangi. Zein menghela napas lelah dengan semua ini, kalau saja Sekar bukan istri orang sudah tentu dia tidak akan memilih orang lain sebagai pendamping hidupnya, ia akan dengan senang hati mengatakan pada seluruh dunia bahwa dirinya hanya mencintai Sekar, hanya sekar dan akan menjadikan wanita sebagai ratunya dengan gelar Ratu sejagad. Tapi sekarang itu semua hanya menjadi impian yang ia sendiri juga tidak tahu apakah akan menjadi nyata ataukan hanya menjadi sebuah rahasia dalam hatinya. Pria itu bangkit dari posisinya lalu berjalan menghampiri kedua wanita yang dikasihinya itu. “Kita berangkat sekarang?” tanyanya. “Apakah kita akan jalan kaki menuju hutan, kak Zulka?” tanya Sekar lemah lembut. Ya, wanita itu memang selalu lemah lembut dan anggun, sangat berbeda dengan Arsy yang selalu cerewet dan manja tapi baik. “Aduh, Zein. Bagaimana nanti kalai di tengah hutan kita diserang lagi? Kau pikir aku suka melihatmu nyaris kehilangan nyawa lagi?” Arsy kembali mengoceh. “Baik- baik, kita naik naga langit saja,” balas Zein. Sekar tersenyum sedang Arsy melotot horor.vv

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN