Luvina melangkahkan kaki menuju kamar Mutiara dan Arsya. Tak sengaja, dia mendengar wanita itu berbincang dengan seseorang di seberang telepon. "Aku sudah bilang, kan? Arsya adalah anak Fahri," ujar Mutiara geram. "...." "Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku bisa saja membunuhmu, jika aku mau. Kamu aku bayar hanya untuk menjadi dokter pura-pura, bukan menjadi detektif." "...." "Apa keuntungan yang aku dapat?! Aku akan mendapatkan semua yang aku mau. Meskipun Arsya bukan anak Fahri, tapi tes DNA itu membuktikan, bukan? Itu real yang dipercayai Fahri." Mendengar hal itu, Luvina menganga tak percaya. "Sudahlah. Aku sudah muak denganmu!" Mutiara mengakhiri telepon, dan mengempaskan ponselnya ke atas sofa. Sungguh kejam hati Mutiara. Ia datang di dalam hidup Fahri, dan membawa an