Luvina turun dari lantai atas, matanya sembab dan bengkak, karena ia semalaman menangis. Luvina juga sudah bersiap pergi untuk menjemput anak-anaknya, karena semalam ia sudah menangis, artinya ia sudah membaik, perasaannya sakit tapi saat ini itu tak penting, ia harus menjemput Rafki di rumah ibunya, sementara Arsya akan di antarkan bis sekolah kembali kemari. Luvina sudah mengirim pesan pada guru yang bertanggung jawab antara jemput Arsya sekolah. “Pagi bu,” ucap Inem. “Sarapan udah siap.” Luvina mengangguk. “Inem, semelama bapak gak pulang?” tanya Luvina. “Enggak bu,” jawab Inem. “Udah di cek? Bapak gak ada pulang?” “Bapak gak pulang semalam bu, mobilnya juga gak ada,” jawab Inem lagi. Luvina menautkan alisnya dan bingung, suaminya itu tak pernah tak menginap di rumah setelah merek