CHAPTER 1
Suasana kantin yang tadinya sunyi sepi mendadak riuh ketika bel istirahat berbunyi. Seluruh murid berhamburan keluar kelas menuju ke kantin untuk mengisi perutnya yang sejak pagi belum terisi atau bahkan hanya sekedar duduk santai saja dikantin liatin orang makan sambil bersenda gurau.
Suasana kantin semakin bertambah ramai dengan adanya suara gitar yang menemani istirahat. Senar Gitar itu dipetik menimbulkan alunan musik oleh salah satu pria yang duduk diatas meja sedangkan teman - temannya duduk di bangku panjang menatapnya dengan serius.
" Yok kita nyanyi! " ucap lelaki berkepala botak itu yang posisinya masih tetap diatas meja dengan gitar yang berada dipangkuannya. Nama lelaki itu adalah Boma atau biasa di pangil BOM oleh teman-temannya.
" Eh jangan nyanyi dulu. Sebentar, gue mau rekam dulu biar di masukin snap i********:! " sahut temannya yang berkacamata sambil mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi i********:. Lelaki berkacamata itu bernama Nugi. Dia benar - benar gak mau melewati setiap momen dengan cara di rekam dan diupdate di i********:.
" Udah belum? " Tanya Boma yang sudah siap memainkan gitar.
" Udah nih nyanyi yang keren ya ! 1....2.....3 , " Nugi menekan tombol tengah yang artinya sudah mulai merekam aksi boma yang sudah memetik gitarnya.
Jreng....jreng....
" Siti Ropeah... urangnya bungas... urangnya seksi.... pintar baaksi , " lelaki itu bernyanyi dengan santai diikuti petikan gitar, namun membuat teman -temannya dan juga Para murid yang berada dikantin kesal dibuatnya.
" Apaan sih Bom ! lo nyanyi gak jelas banget ! udah cepet turun biar gua aja yang nyanyi . " Celetuk temannya yang jengkel dibuatnya. Dia langsung mengambil gitar yang berada di tangan boma lalu di pindahkan kepangkuannya.
" Ah rusuh lo ! " teriak Boma kesal.
" Tau nih lagi gue snap juga lu ganggu aja ! " Nugi ikut mengomel.
" Nugi , rekam gue sekarang juga ! gue mau nyanyi nih , pasti Para wanita pada terpesona ! jangan lupa tag i********: gue biar di follow cewek – cewek cantik." Ucap lelaki itu penuh percaya diri dengan gaya yang sok cool . Sebut saja dia Delon . Cowok ganteng yang suka gonta - ganti cewek dan sering tebar pesona kepada setiap wanita.
" Pasti cewek - cewek pada baper kalo gua nyanyi HA HA ! " lanjut Delon dengan rasa pede tingkat Dewa.
" Delon... Delon kerjaan lo baperin anak orang mulu . Kasihan mereka ! ingat karma itu ada , loh! " ujar salah satu temannya yang duduk di sebelahnya. Namanya Adrian , dia orangnya bijaksana dan sering jadi tempat curhat teman - temannya saat di landa masalah.
" Iya – iya . " Delon memutar kedua bola matanya malas .
" Jangan iya - iya aja ! denger ya delon , para wanita itu punya hati untuk di jaga bukan di sakitin ! " sahut lelaki yang sejak tadi hanya diam kini mulai angkat suara .
" Halah gak usah banyak bacot ! lo aja banyak nyakitin cewek. Udah berapa banyak cewek yang deketin dan ngejar - ngejar lo, tapi dengan mudahnya lo tolak mereka! " sahut Delon dengan sedikit nyolot.
" Ya karena emang gak ada yang gue suka. Lebih baik di tolak, biar mereka gak berharap. " Balas lelaki itu dengan santai.
" Ah sama aja itu lo nyakitin juga! " sahut Delon lagi.
"Terserah lo deh !" ucap lelaki itu dengan nada pasrah , ia lebih memilih untuk mengalah berdebat dengan delon.
Lelaki yang sejak tadi berdebat dengan Delon adalah Bian Attala Devano. Dia anak kelas 12 IPS sama seperti teman – temannya, mereka satu kelas. Ada banyak perempuan yang mengejar Bian, mulai dari adik kelas sampai satu angkatan dengannya.
Meskipun mempunyai wajah yang ganteng dan keren, tetapi sampai saat ini Bian belum juga punya pacar. Ia sudah lama jomblo dan tidak ada yang mengisi hatinya. Entah menapa, mungkin saja dia terlalu pemilih atau bisa jadi dia tidak suka perempuan? Ah tidak mungkin! Bian normal kok!
Barangkali diantara kalian berminat untuk dekat dengan nya? He he.
" Tuh liat fans berat lo dateng. Pasti bawa puding. " Ucap Delon sambil menunjuk sosok wanita yang berjalan kearah gerumunannya dengan sekotak tempat makan yang melekat ditangannya.
" Ini semua gara - gara lo bilang ke dia kalo gue suka puding! " omel Bian ke arah Delon yang kini hanya cengar - cengir tidak jelas.
" Bidadari datang. " Ujar Delon sambil geleng - geleng kepala. " Makin hari dia makin cantik aja ya? " puji delon menatap ke arah gadis itu.
Bian menoreh ke arah sumber yang sejak tadi dibicarakan. Terlihat sosok gadis yang kini sudah semakin dekat ke arahnya dengan senyuman yang lebar dan terlihat bersemangat. Sampainya di dekat Bian, gadis itu menyodorkan tempat makan yang ia bawa ke arah Bian.
" Hai Bian! ini aku bawain Puding Cokelat buat kamu. Kali ini pudingnya di campur Buah Melon, aku yakin pasti kamu suka. " Jelas gadis itu penuh semangat, sedangkan Bian hanya melongo sebelum akhirnya ia mengambil kotak makan itu.
" Makasih ya. Besok - besok lo gak perlu repot bikinin gue puding terus! " nada bicara dan ekspresi wajah Bian datar.
Gadis yang sejak tadi dibicarakan adalah Casilda Larisa Alysia atau biasa di panggil Casie. Dia anak kelas 12 IPA yang smart, cantik, lucu dan periang. Casilda sudah lama suka dengan Bian, namun sampai saat ini Casilda belum juga menaklukan hati Bian. Padahal, gadis itu sering kali membuatkan puding untuk lelaki itu agar punya alasan untuk bertemu Bian di jam istirahat, ia juga sengaja memberi puding dengan tempat makan miliknya agar di jam pulang sekolah ada alasan lagi untuknya bisa bertemu Bian.
Padahal, Casilda bisa saja memberi makanan itu dengan Cup Plastik yang habis makan bisa langsung dibuang, tapi itulah cara Casilda. Ia bahkan tidak perduli dianggap berlebihan oleh banyak orang khususnya Para Wanita yang juga suka dengan Bian menganggap Casilda murahan.
" Gak apa - apa kok. Casie senang bisa bawain Bian puding, itu aku bikin sendiri, loh. " Ucapnya malu - malu sambil mencuri - curi padangan menatap Bian.
" Ok! terserah lo aja! " Bian menghela nafas pelan. " Yaudah nanti gue makan kok. " Ucap Bian seperti memberi isyarat agar gadis itu segera pergi dari hadapannya sekarang juga karena ia mulai merasa risih terus saja ditatap.
" Ya… yaudah Casie ke kelas dulu ya, Bian. " Casilda bicara sambil meremas - remas jarinya, ia menahan rasa gugup saat berada di dekat Bian meskipun lelaki itu tidak terlalu perduli dengan kehadirannya.
" Ok. " Bian menganggukkan kepalanya.
" Bye… Bian, " Casilda masih saja berdiri didekat Bian sambil melambaikan tangannya kearah lelaki itu. Casilda belum juga beranjak pergi dari sana.
" Iya Bye..., " jawab Bian dengan tatapan heran karena gadis itu belum juga pergi dan masih berdiri di dekatnya yang terus saja menatapnya.
Casilda terlihat meremas kuat – kuat rok nya sambil mengigit bibirnya seperti menahan sesuatu yang bergejolak dan rasa gugup.
" Jangan teriak, Casie ! jangan teriak ditatap Bian! Jangan! " batin Casilda saat Bian menatapnya. Padahal, lelaki itu menatapnya karena bingung melihat tingkahnya, tetapi casilda tetap merasa senang bahkan membuatnya ingin teriak karena merasa sangat bahagia ditatap oleh sang pujaan hati.
" Casie lo cacingan ya? " celetuk Boma saat melihat Casilda berdiri tidak bisa diam dengan gerakan refleks dari tubuhnya.
" Ah! " Casilda terkejut, ia terkekeh sambil mengusap leher belakangnya menahan malu. " Gak kok ! Casie gak cacingan. Yaudah aku pergi dulu ya." Ucapnya grogi, ia membalikan badannya dengan cepat sampai akhirnya menabrak murid lain yang sedang membawa minuman hingga airnya itu tumpah membasahi seragam Casilda.
" Yah nabrak lagi deh! " teriak Bian dan teman – temannya secara bersamaan saat melihat Casilda menabrak murid lain karena kecerobohannya. Ternyata hal itu sering terjadi setiap Casilda terlihat grogi setelah memberikan sesuatu untuk Bian.
" Aku gak apa - apa kok. " Kata Casilda menoreh kearah Bian dan teman – temannya, setelah itu dia segera pergi menjauh tanpa merasa bersalah karena baru saja menumpahkan minuman orang.
" Woy minuman gue gimana? ganti woy b**o! gue udah ngantri capek - capek di tabrak sampe tumpah tinggal setengah! gua haus k*****t! " teriak siswa berkepala botak yang baru saja Casilda tabrak.
" Eh botak, udah sih sama perempuan ngalah aja! " teriak Boma yang di tujukan kepada lelaki botak yang baru saja memaki Casilda yang sudah pergi menjauh.
" Eh kepala lo juga botak, kan! " jawab siswa itu tak kalah emosi.
" Kok lo ngomongnya nyolot! berani lo sama gue, hah? " Boma langsung turun dari meja mendekati siswa itu. Setelah sadar siapa yang baru saja dia ajak bicara, siswa itu terkejut dan langsung ketakutan karena yang baru saja ia maki adalah Boma temannya Bian. Ya, karena Bian dan teman - temannya cukup disegani oleh siswa - siswi di sekolah itu.
" Eh kak Boma? maaf kak, gue gak ada maksud apa - apa! maklum tadi lagi emosi! " ujarnya dengan nada bicara merayu agar Boma tidak marah dengannya.
" Kita kan sesama botak he he. Jadi, damai aja ya, " ucap lelaki itu sambil tertawa yang dipaksakan tetapi ekspresi wajah Boma datar menatapnya.
" Ya… yaudah gue pergi dulu ya kak. Punten. " Ucap lelaki itu sambil permisi dan segera berlari menjauh dari Boma.
" Ha ha ha. " Terdengar suara tawa dari Bian dan teman - temannya melihat tingkah Boma yang sok jago.
" Boma, lo itu sama kembaran sendiri gak boleh berantem! " celetuk Nugi.
" s****n lo ampas keong! " sahut boma seraya berjalan mendekati teman -temannya.
" Kasihan ya Casilda, udah berjuang cukup lama tapi gak di respon. " Ucap Boma sambil naik keatas meja lagi untuk duduk di sana.
" Iya, diantara banyak perempuan di sekolah ini kayaknya yang paling serius deketin lo si Casilda! " sahut Nugi yang ditujukan kearah Bian.
" Tau lo bian. Nyuruh gue jangan nyakitin cewek, tapi lo sendiri menyakiti dan menghancurkan harapan orang untuk menjadi kekasih mu! " ucap Delon dengan nada berlebihan.
"Bisa gak sih lo semua gak usah bahas itu! " gertak Bian merasa jengkel karena sejak tadi dirinya di sudutkan.
" Habis seru sih. " Sahut Boma dilanjuti tawa yang lainnya .
" s****n! " Bian mencibir.
" Lo bayangin aja ya, itu si Casilda udah sering banget kasih puding ke lo. Udah berapa banyak duit yang dia keluarin untuk membeli bahan - bahan puding? " ledek Nugi.
" Hmm.. lumayan lah ya kalo sebulan dihitung – hitung, duit yang Casilda keluarin. " Sahut Delon.
" Iya, belum lagi tiap pulang sekolah nungguin Bian di parkiran cuma mau ambil kotak makan. Harusnya kan Bian yang anterin itu tempat makan karena udah dibawain! Eh, ini mah udah di anterin makanan terus yang ambil tempat makannya Casilda juga lagi. Ha ha ha. " Boma dengan senang hati mengejek Bian yang terlihat semakin jengkel.
" Sabar ya, Bian. " Adrian yang sejak tadi diam akhirnya angkat suara, ia menepuk pelan bahu Bian sambil menahan tawanya mendengar teman yang lainnya terus saja menggoda Bian.
" Setan lo Semua! " Bian menoyor kepala temannya satu - persatu kecuali Adrian karena sejak tadi dia tidak ikut campur.
" Udah ayo makan puding nya. " Ucap Delon yang tak sabar menunggu Bian membuka kotak makan itu.
**
Casilda berjalan keluar kantin, di sana sudah ada kedua sahabat sekaligus teman sekelas nya yang menunggu kedatangannya, yaitu Mira dan Alisa. Sudah menjadi kebiasaan setiap Casilda menemui Bian dikantin, mereka menunggu nya di depan kantin atas permintaan Casilda.
" Basah lagi deh itu baju! " omel Mira saat Casilda berjalan kearahnya dengan seragam nya yang sedikit basah.
" Gimana? Tadi ketemu Bian? " tanya Alisa penasaran sambil meraih satu tangan Casilda.
" Udah dong. Dia juga udah ambil puding nya. " Jawab Casilda penuh semangat, ia mengenggam erat tangan Alisa.
" Terus gimana? ada perubahan gak sikap dia ke lo? " tanya Alisa lagi.
" Ya, dia sih tadi kelihatan senang gitu waktu Casie kasih puding. " Bohongnya.
" Lo yakin dia senang? " tanya Mira dengan ketus.
" Yakin sih. He he he. " Jawab Casilda sambil terkekeh.
" Casie... Casie... udah deh lo gak usah sandiwara kayak gitu! gue tau banget pasti si Bian itu bersikap bodo amat sama lo! " Mira berjalan mendekati Casilda. " Dia itu gak pernah perduli sama lo, Casie! " lanjut Mira membuat senyum Casilda perlahan memudar, tapi memang benar itulah kenyataan yang sebenarnya.
" Mira, jangan gitu! " celetuk Alisa, ia melepaskan tangannya dari genggaman Casilda lalu menarik Mira sedikit menjauh dari Casilda. " Lo itu harus nya semangatin Casilda dong! bukan bikin dia sedih gitu, Mir! "
Mira menghela nafas berat, " Iya - iya ! maafin gue ya Casie, gue Cuma gak suka aja liat sahabat gue berjuang sendirian tapi gak ada respon sama sekali dari itu cowok! "
" Lo tau kan gue kayak gini bukan karena benci, tapi gue perduli dan sayang sama lo! " ucap Mira sambil mengusap lengan Casilda.
" Iya Mira, gue faham kok. Makasih ya, kalian berdua selalu support gue. " Casilda tersenyum lebar, ia merasa sangat bersyukur punya kedua sahabat yang selalu membantunya dan menjadi tempat curhatnya meskipun yang dibahas topik nya hanya itu - itu saja, apa lagi kalau bukan tentang pria cuek itu si Bian Attala.
" Yaudah, yuk kita ke kelas. "
Mereka bertiga berjalan menuju kelas, namun saat diperjalanan ada tiga orang wanita yang menghadang jalannya. Ketiga wanita itu menatapnya dengan sinis sambil bertelak pinggang. Pakaian seragamnya ketiga wanita itu terlihat sedikit berantakan dengan baju yang dikeluarkan dari rok dan satu kancing paling atas seragam di biarkan terbuka.
Mereka bertiga disebut ‘3M’ yang terdiri dari Mery, Mela, Dan Meicha si tukang bully dan pembuat onar. Mery adalah pimpinan ‘3M’ yang sangat tergila - gila pada Bian. Namun, sampai saat ini ia juga tidak berhasil menaklukan hati lelaki itu.
" Dia lagi ! " seru Casilda sambil memutar kedua bola matanya. " Ya Allah kuatkan hamba menghadapi cobaan ini. " Gumamnya pelan.
Untuk mendekati Bian saja Casilda sudah harus banyak bersabar karena lelaki itu sangat cuek dengannya. Belum cukup sampai disitu ada hal lain yang harus Casilda hadapi, yaitu Para Wanita di hadapannya saat ini sangat tidak suka dengan dirinya yang begitu antusias mendekati Bian. Mereka selalu saja menganggu dan menjaili Casilda agar gadis itu berhenti mendekati Bian. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa menghentikan Casilda untuk mendapatkan Bian sampai titik darah terakhir.
" Hai cewe murahan! " sapa Mery tidak ramah, matanya menatap tajam ke arah Casilda. " Udah berapa kali gua bilang, hmm…, " ucapnya lagi.
" Jauhi Bian! " sahut Mela dan Meicha membantu memperjelas maksud Mery.
" Casie laper mau makan, gak ada waktu buat ribut. " Ucapnya tersenyum tipis sebelum akhirnya melewati mereka bertiga yang menghadang di ikuti Alisa dan Mira berjalan dibelakangnya.
" b***h! kurang ajar! " tangan Mery terkepal kuat, ia berusaha menahan emosi nya.
" Enaknya kita apain itu anak? " tanya Meicha kepada Mery.
" Berani - berani nya songong kayak gitu sama kita! " sahut Mela tak terima.
" Lihat saja nanti! " Mery menatap sinis Casilda yang sudah melangkah menjauhi dirinya. Terlihat api kebencian di mata Mery.
***
JANGAN LUPA KLIK TOMBOL LOVE NYA UNTUK MENSUPORT :)
TUNGGU PART BERIKUTNYA YA :)