Bab 16 : Takut Khilaf

1715 Kata

"Bapak mau makan siang di meja atau saya bawakan ke sini?" tanya Alea, saat ia masuk kamar dan melihat suaminya sudah bangun. "Saya belum lapar. Nanti aja," jawabnya dengan nada datar, seraya menyimpan ponselnya di atas nakas. Benda pipih itu menyala tanpa suara. Sekilas Alea melihat ada pesan masuk dari seseorang yang namanya tertulis jelas di sana. Hal itu cukup membuat suasana hati gadis itu bertambah tidak baik. "Tapi Bapak harus minum obat." "Nanti, Alea!" "Baik, Pak. Saya permisi," pamit Alea, lalu keluar kamar tanpa banyak bicara. Fahry menatap Aneh pada istrinya itu. "Tumben gak banyak bantah. Biasanya mulut dia merepet aja kayak petasan," gumamnya. Pria itu kembali merebahkan diri. Ia hanya bangun untuk melaksanakan kewajiban, dan sempat melihat ponsel karena ada notifikasi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN