Love at First Sight Ellisa

1166 Kata
Suasana di rumah cukup membuatku senang pagi ini, tapi suasana di sekolah berbeda lagi. Aku berjalan memasuki gerbang sekolah sendirian, kulihat diujung koridor ada Rumi tengah asik berbincang dengan Rio, Rumi melihatku kemudian Ia mengacuhkanku. Aku kembali berkutik dengan gadgetku, membuat beberapa postingan di twitterku ‘mungkin dia telah terasuki oleh makhluk planet lain hingga mengacuhkanku begitu saja’ Aku masih asyik menulis postingan lain tanpa memperhatikan jalan DAAGGGG!! Aku membentur seseorang cukup keras, hingga tubuhku jatuh tersungkur, kaca mataku lepas. “hati-hati” ujar orang itu yang tepat berdiri di depanku Sepatunya hitam mengkilat, celana yang disetrika dengan baik, sabuk yang bagus, kemeja yang rapih, dan poninya yang tersisir ke samping kiri. Aku mengurutnya dari bawah kakinya, wajahnya tidak begitu jelas terlihat. Ia membantuku berdiri, mengambilkan kacamataku, dan dalam sekejap mata kami bertemu, entah mengapa rasanya.. aneh. Ada sesuatu dimatanya yang bening seperti kelereng Jantungku rasanya berhenti berdegub, mata yang menatapku seperti kelereng itu benar-benar mata terindah yang pernah kutatap “kamu nggak apa-apa?” ujarnya Aku tidak mendengar apapun, matanya telah berhasil menghipnotisku, terasa ada iringan backsound lagu romantis dan hanya ada aku dan si pemilik mata itu diatas awan “kamu kelas berapa?” tanyanya lagi “halo” kali ini Ia melambaikan tangan padaku Aku tersadar, banyak siswa yang memperhatikan kami, aku juga baru sadar Ia membungkuk untuk berbicara padaku, Ia terlihat bukan seperti anak SMA, karena perswakannya yang tinggi dan berisi, wajahnya yang dewasa, dan tentunya tidak memakai seragam seperti kami, tapi yang jelas aku suka matanya “kamu kelas berapa?” tanyanya lagi “e.. kelas 2 IPS B” ujarku tidak bisa beralih dari matanya dan wajahnya yang sangat memikat “Saya guru baru disini dan kebetulan mengajar kelas 2 Ips, sampai ketemu ya” Pria itu tersenyum padaku, menunjukan sederet giginya yang putih Ia perlahan menjauh, dan aku masih tercengang, pandanganku masih melihatnya sampai bayangannya menghilang masuk ke kantor guru. “Ellisa, lo nggak papa?” Rumi berlari mendekatiku dan backsound lagu romantis berhenti berputar, aku kembali tersadar, banyak orang yang tengah memperhatikanku akibat insiden menabrak guru tadi “ng-nggak nggak papa” ujarku sambil berlalu pergi dari Rumi *** “apa harus seperti ini?” Jullya menggerutu melihat rambutnya yang dipasang dengan hairclip agar terlihat lebih panjang dan menawan di Hi Salon “namanya juga ngedate sama orang kantoran, mapan, masa pake celana jeans sobek-sobek dan sepatu kets bau” ujar Renata memoles make up ke wajah Jullya “hisss.. berlebihan” gerutu Jullya lagi “hari ini kamu harus jadi cewek anggun bukan berandalan” tukas Renata menarik lengan Jullya dan membersihkan kuku Jullya dari kutek hitam, kemudian menggantinya dengan warna yang lebih cerah “duh, tante yakin nyuruh gue buat kencan buta begini?”gerutu Jullya menjulukinya ‘kencan buta’ seperti kata Ellisa. “mulai sekarang pikirin masa depan deh Jul, nurut sama tante pasti selamat” jelas Renata “bukan om-om kan???” Jullya berbisik, Ia masih tidak yakin “ngaco aja kamu Jul, kamu nggak akan nyesel sama pilihan tante ini, percaya deh” Renata meyakinkan Jullya Beberapa menit mereka terdiam, Jullya memandangi wajahnya yang telah dipoles dan dipasang rambut palsu dikaca, tampak terlihat seperti bukan dirinya,tampak seperti sesosok wanita anggun dan lemah lembut yang saking lemah lembutnya musti mengunyah makanannya sebanyak tiga puluh tiga kali sebelum ditelan, berbeda dengan dirinya yang makan langsung telan tanpa dikunyah *** Aku sedang sibuk dengan gadgetku saat aku merasakan Rumi yang duduk di belakangku begitu memperhatikanku. Aku menoleh, wajahnya ditekuk, kemudian pandangan kami berpindah pada Guru mata pelajaran yang baru saja masuk ke kelas kami. Dan alangkah kagetnya saat 'mata kelereng' yang kutemui tadi pagi itu sudah berada didepan white board kelas. “waah itu guru baru ya, ganteng bangeetttt” beberapa suara ribut di belakangku membicarakannya “bakalan betah gue di kelas” ujar yang lainnya “ih poninya nggak nguatin” suara lain ikut menyerbu “gantengan juga gue” celoteh siswa cowok yang lain “EHHHMMMM!” deheman dari ‘mata kelerengku’ itu membuat kelas menjadi hening “pelajaran geografi sekarang saya yang mengajar untuk kelas ini, silahkan siapkan buku pelajarannya” ujarnya lantang “loh pak, kan belum kenalan, kenalan dulu dong pak” ujar siswi yang paling sok cantik di kelas Aku mencibirnya dengan memonyongkan bibirku diam-diam “baik, nama saya Harevan Mulky, kalian bisa memanggil saya pak Evan, usia 26 tahun, belum menikah, hobi saya olahraga, oke baik sekarang silahkan buka materi di buku paket halaman 165” penjelasannya singkat, padat dan membekas di itakku “huu bapak, cerita-cerita dulu atau gimana kek” gerutu siswa yang lain. Suara pak Evan benar-benar terasa merdu, indah dan mendamaikan hati. Mata kelerengnya, poninya yang lucu, badannya yang tegap dan tinggi, hmmm.. sangat sempurna. Caranya melangkah, caranya berbicara, sangat sangat sangat sempurna. Entah mimpi atau tidak, Ia sudah berdiri tegap di depanku, terlihat bersinar, indah sekali.. sangat indah “KELUARKAN BUKU PAKET KAMU” wajahnya tepat didepan mataku Aku tersadar dari lamunanku “oh e i-iya pak” sekejap jemari kakiku mendingin, bukan karena takut tapi karena gerogi saat mendapati wajah kami sedekat ini walaupun itu hanya terjadi satu milidetik Ia kembali melangkah kearah papan tulis. Ya Tuhan, kenapa aku bisa begini “tujuh belas lapan belas sembilan belas duapuluh.... dua puluh enam” Aku menghitung dengan jariku, umurku 16 dan dia 26 tahun Selisih umur kami 10 tahun dan.. ah... kenapa Aku menghitung selisih umur kami? “tapi bukannya banyak pasangan dengan selisih umur belasan tahun?” batinku menghayal terlalu tinggi “Ellisa... apa yang kamu pikirin sih! pasti otakmu bermasalah karena nabrak Pak Evan tadi” aku mengutuki diriku sendiri Tapi pelajaran geografi yang dulunya menjemukan menjadi sangat menyenangkan dan rasanya berlalu begitu cepat, mungkin karena yang mengajar adalah Pak Evan, yah mata kelerengku. ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Jullya merasa menjadi orang lain sore ini. Dengan dress simple yang Ia kenakan dan sosok berkemeja putih rapih yang duduk tepat di depan matanya. Sebenarnya ini bukan pertama ‘ngedate dadakannya’ berjalan, Tantenya selalu mencomblanginya dengan orang yang tidak Ia kenal dan hasilnya adalah tidak pernah ada yang berjodoh. Tapi baru kali ini Jullya merasa dibuat perfect dan berbeda dari biasanya. Di meja mereka hanya tersaji dua minuman dingin, Jullya menolak memesan makanan karena Ia takut lipstiknya akan luntur saat makan, Renata menyuruhnya sebisa mungkin jangan merusak penampilannya sedikitpun. Sesekali mereka tersenyum canggung. Pria bernama Juna itu perlahan meminum jusnya dengan sedotannya yang kecil, begitupun juga dengan Jullya, Ia mengikutinya. Berubah menjadi lemah lembut seperti ini memang benar-benar menyiksanya, Jullya tidak terbiasa menenggak jusnya dengan sedotan sekecil itu dan yang pasti akan memakan waktu lama dan tidak bisa menghilangkan rasa hausnya, berpura-pura menjadi oranglain memanglah tidak nyaman. Sebenarnya Jullya dehidrasi dan kelaparan, karena saat di salon Ia tidak sempat makan ataupun minun. Jullya tidak tahan lagi, gelas yang berembun karena es batu benar-benar menggodanya, Ia menelan ludahnya demi menghilangkan rasa hausnya. Tanpa pikir panjang Jullya mengambil sedotannya dari gelas dan menenggak jusnya sampai habis. Juna tercengang melihat kelakuan wanita yang tadinya anggun di depannya itu berubah seketika
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN