bc

Desahan Mencurigakan dari Kamar Adikku

book_age18+
5
IKUTI
1K
BACA
forbidden
love-triangle
family
HE
playboy
heir/heiress
drama
tragedy
bxg
city
disappearance
harem
affair
polygamy
like
intro-logo
Uraian

Wisnu hidup dalam kebahagiaan semu bersama Linda, istrinya, yang tak pernah mencurigai ada badai besar di balik senyuman suaminya. Di balik pernikahan mereka yang tampak sempurna, Wisnu terjebak dalam perselingkuhan dengan Mita—adik kandung Linda sekaligus cinta pertamanya di masa lalu. Saat cinta lama bersemi kembali, mereka tergoda untuk melanggar batas. Namun, ketika rahasia kelam itu terungkap, hidup mereka bertiga berubah drastis. Cinta, pengkhianatan, dan kehancuran saling bertautan dalam cerita ini. Bagaimana Linda akan menghadapi kenyataan pahit ini? Akankah ada ruang untuk pengampunan, atau semua sudah terlambat?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Misteri Suara dari Dalam Kamar
"Mas! Mas Wisnu! Aku sudah pulang," teriak Linda sambil masuk ke dalam rumah. "Tumben sepi? Apa mungkin Mas Wisnu belum pulang." "Mit, Mita!" Linda berteriak memanggil nama Mita, adiknya. Ia berjalan ke arah sofa yang ada di ruang tamu. Malam itu, suasana terasa sunyi ketika Linda baru saja pulang dari perjalanan dinas dari luar kota. Lampu depan rumah sudah menyala, memberi kesan bahwa penghuni rumah masih terjaga. Namun, begitu Linda membuka pintu dan memanggil nama Wisnu serta Mita, ia tak mendengar respons apa pun. Suara langkah kakinya menggema di dalam rumah, membuat keheningan malam semakin terasa. Linda bekerja sebagai manajer di perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, dan dengan jabatan tersebut, sering kali ia dituntut untuk melakukan perjalanan dinas ke berbagai cabang perusahaan di luar kota. Setiap kunjungan biasanya berlangsung beberapa hari, bahkan terkadang lebih lama jika ada masalah di cabang yang perlu diselesaikan langsung olehnya. Linda selalu berusaha menjalankan tugasnya sebaik mungkin, karena ia menyadari tanggung jawab yang besar dalam jabatannya. Linda melangkah masuk ke ruang tamu, melepas sepatunya, lalu meletakkan tas kerjanya di sofa. Setelah seharian penuh dengan rapat dan pekerjaan di luar kota, tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya terus melayang ke rumah—tempat yang ia anggap sebagai sumber ketenangan dan kenyamanan. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan suaminya, Wisnu, dan menyapa Mita, adik perempuannya, yang sejak beberapa waktu lalu ikut tinggal bersama mereka. Merasa heran dengan keheningan yang menyelimuti rumah, Linda kembali memanggil nama Wisnu dengan suara sedikit lebih keras. “Mas … Mas Wisnu! Mita! Apa kalian ada di dalam?” tanyanya, berharap mendapatkan jawaban. Namun, suasana tetap sunyi. Linda berpikir mungkin Wisnu dan Mita ada di kamar masing-masing atau sedang sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Setelah beberapa saat berdiri dalam keheningan, Linda memutuskan untuk berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Ketika ia melewati ruang makan, sekilas ia melihat meja yang masih terlihat rapi, menandakan bahwa tak ada tanda-tanda makan malam bersama. Ia sedikit heran, biasanya Wisnu akan meninggalkan catatan atau pesan jika ada sesuatu yang perlu ia ketahui. "Apa mungkin mereka belum pulang,” gumam Linda dalam hati, mencoba meredam rasa penasarannya. Linda meminum air dari gelas yang dipegangnya, kemudian berjalan pelan menuju kamar tidur utama untuk mengganti pakaian dan membersihkan diri. Namun, begitu melewati lorong menuju kamar, telinganya menangkap suara bisikan pelan dari kamar Mita. Linda berhenti sejenak, merasa penasaran. Linda yang baru saja melewati kamar Mita merasa terganggu oleh suara yang samar terdengar dari balik pintu. Ia memperlambat langkahnya, sedikit ragu dengan apa yang baru saja didengarnya. Awalnya, Linda mencoba mengabaikan perasaan curiga yang muncul, tetapi suara itu kembali terdengar, membuatnya semakin gelisah. Meskipun berusaha tetap tenang, pikirannya mulai dipenuhi berbagai spekulasi. Dia tahu bahwa mungkin ada penjelasan sederhana di balik apa yang ia dengar, namun nalurinya terus mendesak untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Linda pun memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Mita, ingin memastikan apakah adiknya baik-baik saja. "Mita?" panggil Linda dari luar pintu dengan nada khawatir. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya pintu terbuka sedikit, dan Mita muncul dengan ekspresi yang tampak tegang. Linda mencoba tersenyum, berusaha untuk tidak memperlihatkan kegelisahan yang sempat muncul dalam dirinya. "Mbak Linda! Mbak udah pulang." Mita terlihat begitu terkejut. Namun, ia segera berusaha terlihat lebih tenang, Mital tersenyum kecil, meskipun senyumnya terasa dipaksakan. Linda berdiri di depan pintu kamar Mita dengan alis yang sedikit mengernyit. Tadi ia jelas mendengar suara-suara aneh yang terdengar asing dan cukup keras dari dalam kamar. Ketika Mita membuka pintu, Linda tak bisa menahan rasa penasarannya dan langsung melontarkan pertanyaan yang terlintas di benaknya. “Kamu di dalam kamar sama siapa, Dek?” tanya Linda sambil melongok sedikit ke dalam kamar Mita, matanya menyusuri ruangan itu dengan cepat. "Aku sendirian aja dari tadi, emang kenapa, Mbak?" tanya Mita dengan mata sedikit melebar. "Kamu yakin, sepertinya tadi Mbak mendengar suara laki-laki dari dalam kamarmu." Linda menyipitkan matanya, ia terlihat tidak percaya dengan apa yang diucapkan Mita. Mita terlihat terkejut sejenak namun segera menguasai dirinya. Dengan senyum tipis dan nada suara yang tenang, ia menjawab, “Iya, Mbak. Aku cuma nonton TV tadi. Suaranya mungkin terlalu keras, aku lupa mengecilkannya.” Linda mengangguk perlahan, namun tetap ada rasa ragu yang mengusik pikirannya. “Suara apa itu tadi? Seperti … bukan suara dari acara TV biasa,” Linda mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan nada yang lebih lembut namun serius. Mita menelan ludah, namun ia mencoba mengendalikan kegugupannya. “Oh, aku lagi nonton film thriller, Mbak. Mungkin memang terlalu heboh suaranya,” katanya sambil tersenyum tipis dan berjalan sedikit ke samping agar Linda bisa melihat TV yang masih menyala, memutar adegan yang memang cukup menegangkan. Linda menatap Mita dengan sedikit lebih lama dari biasanya, berusaha mencari tanda-tanda ketidakjujuran di wajah adiknya. Namun, Mita tampak cukup tenang dan meyakinkan dalam penjelasannya. Linda segera masuk ke dalam kamar Mita, ia memperhatikan setiap sudut kamar. Kamar itu terlihat begitu bersih, tidak ada yang mencurigakan di dalamnya. Hanya saja tempat tidur Mita sedikit berantakan. Linda berjalan ke arah kamar mandi, ia seolah benar-benar penasaran dengan suara yang baru saja di dengarnya, tapi lagi-lagi Linda tidak menemukan hal yang mencurigakan di kamar itu. Linda berpikir sepertinya ucapan Mita benar jika suara yang ia dengar adalah suara televisi yang begitu keras. Akhirnya, Linda memutuskan untuk tidak menekan lebih jauh. “Baiklah, kalau memang begitu,” ujar Linda, lalu menambahkan, “Tapi kalau kamu merasa ada yang mengganggu atau ada masalah, jangan sungkan untuk bilang ke aku, ya.” Mita tersenyum sambil mengangguk. “Iya, Mbak. Aku pasti bilang, kok.” "Oh ya, Dek. Mas Wisnu kok nggak ada di rumah? Apa dia belum pulang?" tanya Linda. "Oh iya, Mbak. Mas Wisnu memang belum pulang, beberapa hari ini dia memang selalu pulang larut malam." "Gitu ya," jawab Linda. "Apa mungkin dia sedang lembur … ya udah kalau gitu Mbak ke kamar dulu." Linda segera keluar dari dalam kamar Mita. Linda akhirnya berbalik dan meninggalkan kamar Mita, sementara Mita menutup pintu dengan pelan, menarik napas panjang setelah Linda pergi. Ia berusaha mengendalikan perasaannya yang masih diliputi ketegangan. Sementara itu, Linda melangkah perlahan ke kamarnya sendiri. Namun, benaknya masih dipenuhi tanda tanya. Linda khawatir jika adiknya menyimpan sesuatu atau sedang mengalami masalah yang tak ingin ia bagi. Namun, disisi lain, ia merasa tak enak untuk mendesak Mita agar bercerita. Linda memahami bahwa Mita adalah orang yang kuat dan jarang mengungkapkan kelemahannya pada orang lain, bahkan kepada Linda sendiri.

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook