Beberapa hari setelah putus dari Stella, Deri tidak pernah keluar rumah, ia mendekam terus di kamarnya. Sibuk dengan kanvasnya. Berusaha melupakan kekasih yang sudah menghianati dirinya.
Sang Mami tampak cemas memikirkan putranya. Deri tidak mau turun untuk sekedar makan bersama. Ambar memang selalu mengirim makanan untuk Deri tapi hanya sedikit yang disentuhnya.
"Deri, sudah dong kamu jangan seperti itu terus. Mami khawatir sama kesehatan kamu," ucap Bu Ratih ketika ia menemui anaknya di kamarnya. Deri tampak kurus dan kusut.
"Deri baik-baik aja kok Mi," ucapnya.
"Kalau baik-baik saja tidak mungkin kamu mengurung diri seperti ini. Sebaiknya kamu refreshing dulu, mungkin pergi jalan-jalan ke luar negeri atau ke suatu tempat," ucap Bu Ratih. Ia sedikit memberi saran.
"Deri malas Mi." Deri melangkah lalu duduk di tepi ranjangnya.
"Soal Stella lupakan saja. Kamu itu ganteng Deri, masih banyak jutaan gadis di dunia ini yang siap menjadi pendampingmu. Mereka lebih baik dari si Stella itu. Lagian apa bagusnya sih tuh cewek. Cuma pinter bersolek. Kalau main ke sini kapan dia mau nyentuh dapur. Bukan tipe menantu Mami," ucap sang Mami lagi dengan nada tidak senang.
Deri hanya diam. Ia memang harus segera move on. Tapi bagaimana caranya. Ia tidak tahu mesti berbuat apa. Baginya Stella adalah wanita terakhir yang ingin dinikahinya. Mengingat usianya yang tak lama lagi 25 tahun.
***
Seminggu kemudian.
Deri akhirnya mengikuti saran ibunya untuk pergi ke luar negeri. Menenangkan diri di sebuah tempat mungkin akan membuat suasana hatinya kembali normal. Siapa tahu di tempat baru ia bisa berkenalan dengan seorang gadis.
"Deri pamit dulu ya Mi, Pi." Ia mencium tangan ayah dan ibunya. Orangtuanya tidak bisa mengantarnya ke bandara.
"Hati-hati ya. Kamu ke tempat Om Yusril atau Dany? " Tanya Bu Ratih saat melepas kepergian putra ke 3 nya.
"Mau ke rumah Om Yusril dulu Mi, Dany ga tahu kalau Deri ke sana," jawab Deri.
"Bagus lah, sekalian bikin kejutan buat Dany," ucap Bu Ratih.
"Maaf kami tidak bisa mengantar. Salam buat Om Yusril dan Tante Clara," ucap Pak Yusuf. Pria itu berdiri di samping istrinya.
"Ga papa kok."
"Assalamualaikum." Deri melambaikan tangannya. Segera menuju mobil yang akan mengantarnya ke bandara.
"Waalaikumsalam," jawab Pak Yusuf
***
Ambar sedang bersih-bersih dapur. Tugas ART itu adalah membersihkan rumah bagian belakang.
"Mas Deri pergi ke Amerika, dia lagi patah hati putus sama pacarnya." Sri membuka gosip di pagi hari.
"Jangan asal ngomong mbak." Ambar memberi peringatan.
"Beneran. Emang kamu ga merhatiin mas Deri. Belakangan ini ia tampak stres dia juga di kamar terus. Aku tahu infonya dari Bu Ratih," ucap Sri lagi.
"Iya juga sih. Jadi keadaannya kacau tuh gara-gara seorang gadis. Pacarnya itu yang suka ke sini kan. Yang cantik dan tinggi itu ya." Ambar baru sadar.
Diam-diam Ambar mulai suka dengan Deri. Apalagi Deri selalu baik kepadanya.
"Iya, Model terkenal. Tapi tuh orang sombong banget," ucap Sri penuh kebencian.
"Terus kalau mbak cantik yang ramah yang sering ke sini itu siapa?" tanya Ambar kepo.
"Itu Bu Heni sekretarisnya Bapak," beritahu Sri.
Ambar memang jarang berinteraksi dengan tamu-tamu. Ia lebih sering berada di belakang. Nonton berita gosip artis di TV pun jarang. Ia lebih senang membaca n****+ atau merenda jika ada waktu luang.
"Oh...kayanya lebih cocok sama dia daripada sama mbak Stella," ucap Ambar polos.
"Hush, Bu Heni itu janda umurnya juga udah 30an udah punya anak lagi," beritahu Sri.
"Kasihan mas Deri ya. Aku pernah nanya lho mbak tentang keadaan dia kalau pas anter makanan tapi mas Deri kayanya ga suka aku kepoin," ucap Ambar mengingat kembali sikap Deri akhir-akhir ini.
"Mas Deri walaupun tampang seram tapi melankolis banget," timpal Sri sambil tersenyum geli.
"Aku dulu sempat takut sama dia," ucap Ambar. Ia ingat waktu pertama kali ketemu mengira Deri adalah salah satu preman stasiun.
Semua orang pasti takut dengan penampilan Deri yang acak-acakan rambut gondrong, pakai anting, tumbuh brewok, pakai perhiasan kalung dan gelang serta batu akik bajunya juga seperti anak jalanan dengan celana sobek dan tambal-tambal. Di lengan bagian atasnya juga bertato.
"Aku juga. Tapi sebenarnya baik. Mas Deri itu ganteng, Eh tapi semua anak Bu Ratih emang beneran pada ganteng banget," Ulucap Sri sambil senyam senyum kecentilan.
"Anak lelakinya ada 4 ya." Ambar tahu dari foto.
"Iya, ntar kalau lebaran biasa ngumpul. Aku sih paling ngefan sama mas Dany, orangnya ganteng, ramah dan ga pelit. Dia paling sering nongkrong di dapur sekedar masak atau bikin minuman. Kalau nyuruh ini itu suka ngasih upah yang lumayan jumlahnya. Paling ga suka sama mas Dimas. Rada judes kalau ke ART dan pelit. Istrinya punya dua," ucap Sri. ART yang satu ini selain kepo dan bigos dia juga matre.
***
Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya Deri mendarat dengan selamat di New York, USA. Ia sudah berada di rumah adik Pak Yusuf yang bernama Yusril.
"Kok tiba-tiba sekali kamu ke sini, Om kaget. Emang lagi ada kerjaan?" tanya Pak Yusril.
Sengaja saja buat libur panjang. Deri mau tinggal sebulan di sini," jawab Deri tanpa memberi alasan yamg sebenarnya.
"Bagus lah. Biar Indri ada yang jagain. Om sama Tante sibuk bolak balik ke Ottawa," ujarnya.
"Sekarang Indri mana?" tanya Deri.
"Di apartemen temannya. Om khawatir dengan pergaulannya. Indri tuh sulit diatur beda sama Indra." tutur pria paruh baya itu.
" ndra ga pernah ke sini?" Tanya Deri.
"Jarang, dia sibuk. Apalagi istrinya kan habis melahirkan," jawab Pak Yusril.
Saat keduanya sedang bercakap-cakap datanglah Clara istri Pak Yusril. Wanita blesteran Indonesia Amerika itu langsung menyambut keponakannya.
"Deri apa kabar?" Ia memeluk dan mencium keponakannya.
"Baik Tante. Tante sendiri gimana?"
"Alhamdulillah seperti ini lah keluar masuk rumah sakit sudah biasa. Dan saat ini Alhamdulillah sedang sehat." Wanita yang usianya lebih tua 5 tahun dari suaminya itu tersenyum.
"Syukurlah. Oh iya ada salam dari Mami dan Papi." Deri menyampaikan salamnya.
"Waalaikumsalam. Gimana kabar Mami sama Papi?" tanya wanita yang masih terlihat cantik itu.
"Alhamdulillah sehat," jawab Deri.
"O ya, Dany sudah dikasih tahu kamu ada di sini?" tanya Bu Clara.
"Belum," jawab Deri.
"Tuh anak berkunjung ke sini tuh kalau lagi butuh uang saja." Pak Yusril mengadu.
"Tante sengaja ke apartemennya bareng indra eh, ujung-ujungnya malak. Minta duit." Ibu dua anak itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Deri juga sengaja ga bilang sama Dany. Mau ngasih kejutan," ucap Deri. Ia sudah bisa membayangkan ulah sang adik.
"Tapi kabar dia baik-baik aja. Sehat walafiat walau hobinya makin menjadi. Apalagi kalau bukan judi bola sama nonton balap sambil taruhan," Bu Clara kembali membuat laporan penting.
"Masih untung ga masuk kasino," ucap Pak Yusril.
"Eh kita malah ngobrol terus. Kamu istirahat dulu sana," ucap Pak Yusril kepada keponakannya itu. Deri pasti lelah.
Deri pun langsung menuju kamar tamu yang telah disediakan.
***
"Bang Deri...." Indri langsung memeluk Deri. Anak ke 2 Pak Yusril itu terlihat gembira dengan kedatangan Deri yang hampir setahun tidak dijumpainya.
"Kemana saja Ndri dua hari Abang di sini baru ketemu?" tanya Deri.
Indri tidak pernah berubah sejak dulu ia tidak pernah canggung sama pria. Selalu manja kepada Deri.
"Sepi di rumah. Mami sama Papi kan jarang di rumah. Ya udah mending di apartemen teman dekat kampus," jawab Indri.
"Katanya punya pacar baru ya." Deri menggoda Indri.
"Aihh...pasti Mami ya yang buka rahasia." Indri tertawa kecil.
"Siapa? Anak kuliahan?" Deri penasaran.
"Temannya Bang Dany, Pembalap." Indri dengan bangga menginformasikan kekasihnya. Bahkan ia menunjukkan ponselnya memperlihatkan foto sang pacar yang jadi wallpaper.
"Gimana ganteng kan?" Gadis itu meminta pendapat.
"Haduh, kalau teman Dany mah pasti bukan cowok baik-baik," seru Deri.
"Sembarangan saja. Tom itu pemuda baik di kampus dan juga mahasiswa terpintar. Di sirkuit juga hebat. Anak pengusaha," Beritahu Indri.
"Terserah lah. Kalau gitu berarti siap-siap saja dimanfaatin Dany." Deri menyeringai.
"Oh iya, Abang lama ga disini?" tanya gadis berusia 20 tahun itu.
"Sebulan," jawab Deri.
"What? Tumben. Tapi syukurlah Jadi aku punya bodyguard." Indri tersenyum.
"Asas manfaat banget sih." Deri menjitak kepala Indri.
"Awww...Sakit Bang.....Tampang Abang emang cocok kok. Ga bosan Bang penampilan gitu-gitu aja. permak dikit lah biar ganteng." Indri tertawa.
Deri hanya nyengir mendengar ucapan adik sepupunya yang bawel itu. Ternyata berada di rumah pamannya membuat dirinya terhibur.
***
Deri menghabiskan liburannya dengan mengunjungi tempat-tempat indah tentunya bersama Indri dan kekasih Indri yang bernama Tom. Sementara Dany enggan ikut bersama mereka karena ia sibuk dengan Caroline pacarnya.
Kesibukan travelingnya di Amerika membuat pikiran Deri tidak lagi mengingat Stella. Ia bertekad melupakan gadis penghianat cinta itu.
Banyak teman-teman perempuan Indri yang dikenalkan oleh Indri namun Deri tak tertarik.
"Gimana Bang ada ga teman aku yang abang suka?" tanya Indri.
"Ogah ah, Abang ga suka bule. Mau yang lokal aja." Deri tersenyum. Sampai detik ini ia tidak suka menjalin hubungan lebih dari teman dengan wanita bule.
"Aku doain segera dapat pengganti Stella yang lebih baik." Indri mendoakan Abang sepupunya.
Tak terasa waktu sebulan berlalu begitu cepat. Deri pun kembali ke Jakarta dengan penampilan barunya. Ia memotong rambutnya, mencukur semua rambut di wajahnya. Bajunya juga rapi jadi lebih mirip model pria dibanding seniman.
***
TBC