Kecemasan Donghyun

1279 Kata
“Baiklah anak-anak perkuliahan hari ini selesai, tolong kalian kerjakan laporannya dan kirimkan padaku malam ini, terima kasih!” ucap dosen yang baru saja mengajar mata kuliah kedoteran saat itu, dan hal itu membuat Donghyun yang baru saja memerhatikan sang dosen dan mata pelajaran yang tengah diterangkan olehnya pun kini menghembuskan napasnya dengan lega setelah akhirnya menyelesaikan jadwal di pagi itu. Drrt … drrt … Getaran dari ponsel Donghyun saat itu pun membuat ia kini mengerutkan dahinya merasa aneh karena ia tidak biasa mendapatkan sebuah sms di pagi hari seperti ini, yang membuatnya kini mengeluarkan ponsel itu untuk kemudian mengecek isi dari pesan yang ia dapati. “Eoh?? Mark-ssi?” gumam Donghyun ketika menyadari jika pesan yang ia dapati merupakan pesan yang di kirim dari Mark untuknya. Karena penasaran, Donghyun pun segera membuka pesan itu dan membelalakan matanya ketika mendapati pesan tersebut, dan membuat Donghyun seketika saja beranjak dari kursinya untuk pergi menemui Woojin detik itu juga. “Donghyun-ssi, kau mau ke mana?” tanya teman-temannya kepada Donghyun yang berlari dan tidak menghiraukan pertanyaan mereka sama sekali. ‘Apa yang terjadi?? apakah dia baik-baik saja? Tidak … aku yakin Woojin tidak baik-baik saja saat ini, sialan!’ gumam Donghyun yang kini segera mencegat taksi untuk pergi ke apartemen Woojin. … “Harmoni, No!!” “Uahhh …” decak kagum Woojin ketika ia menonton Film Harry Poter, karena sebelumnya ia tidak tahu dan merasa bosan harus melakukan apa, karena kakinya juga masih cidera, ia pun hanya bisa duduk dan menonton tv saja. Pip … pip … pip … pip … pip … pip … piiip …. Cklek! Suara pintu terbuka, dan Woojin tahu jika itu pasti Mark yang datang, yang membuatnya kini berucap. “Mark-ssi, kau bawa biskuit juga kah?” tanya Woojin tanpa sedikit pun menoleh ke arah lelaki yang masuk ke dalam apartemen itu, “Daeche Mwoya? (Apa-apaan ini?)” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Donghyun pada saat itu, membuat Woojin yang tengah menonton pun kini menoleh menatap Donghyun yang berdiri di sana dengan wajah cemasnya menatap Woojin, yang tentu saja sangat mengejutkan Donghyun saat itu. “Hyung …” panggil Woojin kepada Donghyun, “Ya! Woojin-a! dariga wae geuraeyo, eoh?!! Eonje dachisyeosseoyo?! (Hei! Woojin! apa yang terjadi dengan kakimu, Eoh?!! kapan kau terluka?!)” tanya Donghyun yang kini berjalan menghampirinya dan memegang kaki yang terluka tersebut, yang tentu saja membuat Woojin menringis kesakitan, “Ahk! Hyung … appo! Iteul jeone dachyeosseoyo! (Kakak … sakit! Aku terluka kemarin lusa!)” ucap Woojin kepada Donghyun, yang kini membuatnya menoleh menatap Woojin dengan cepat dan kemudian berucap, “Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa aku harus tahu dari Mark-ssi?!” tanya Donghyun kepada Woojin yang kini terkejut mendengarnya, “Mwo? Dia mengatakannya kepadamu? Sihh … sudah kukatakan seharusnya ia tidak mengatakannya kepadanya!” ucap dan rutuk Woojin di hadapan Donghyun yang tentu saja membuat Donghyun terkejut dengan perkataan itu dan kini menjitak Woojin seraya berucap, “Apa yang kau katakan eoh! Memang seharusnya seperti itu!” ucao Donghyun memprotes Woojin yang kembali meringis karena jitakan yang dilakukan oleh Donghyun. “ Eoh … Kau sudah datang, Donghyun-ssi?” sebuah pertanyaan yang terdengar saat itu pun membuat Woojin dan Donghyun kini menoleh menatap Mark yang datang membawa kantung plastik yang penuh dengan makanan dan cemilan, yang tentu saja membuat Woojin menatapnya dengan cukup kesal sedangkan Donghyun kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Yeah … setelah aku mendapatkan pesanmu aku langsung ke mari menggunakan taksi!” jelas Donghyun kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju dapur untuk membongkar plastik tersebut. ”YA … Mark-ssi, kenapa kau memberi pesan kepada Donghyun, bukankah sudah ku katakan untuk tidak memberitahukannya?” tanya Woojin kepada Mark, yang langsung saja mendapat lemparan bantal dari sang saudara sepupu, dan membuat Woojin tertawa karenanya. “Aku memang tidak memberitahukannya mengenai lukamu, tapi aku memberinya pesan setelah kau nyaris saja mati tertabrak truk pagi tadi!” jelas Mark seraya membuka bungkus biskuit untuk kemudian ia tuangkan ke dalam mangkuk yang ada di sana, yang tentu saja membuat Donghyun yang mendengarnya terkejut setengah mati dan Woojin yang kini meringis merasa cukup kesal dan tidak habis pikir dengan Mark yang bisa segamblang itu mengatakannya di depan Donghyun. “Mwo?! kau hampir terlibat kecelakaan, Woojin-a?!” tanya Donghyun yang kini menoleh menatap Woojin dengan tatapan sangat kagetnya, yang tentu saja membuat Woojin kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Hyung … kau harus dengarkan aku dulu … aku harus melompat dan menyelamatkan anak kecil yang mengambil bola di jalanan!” jelas Woojin kepada Donghyun yang kini terlihat amat frustasi dan kaget mendengarnya, “Tapi kau bukan pahlawan super, Woojin-a!” ucap Donghyun terdengar sangat khawatir kepada Woojin, yang membuat Mark kini menatap Donghyun dan juga Woojin yang kini menganggukkan kepalanya, “Yeah … mianhae, aku spontan melakukannya, aku tidak tahu jika itu membuatku nyaris kehilangan nyawaku sendiri!” jelas Woojin kepada Donghyun yang kini berdiri dari duduknya dan berkecak pinggang untuk kemudian menengadahkan kepalanya ke atas untuk menenangkan dirinya yang terlihat sangat khawatir saat itu. “Baiklah … karena itu sudah lewat dan sekatrang kau baik-baik saja di sini, aku merasa bersyukur karenanya, Woojin-a!” ucap Donghyun kepada Woojin yang kini membuat Woojin menundukkan kepalanya dan mengangguk. “Hari ini aku akan bolos dan akan tidur di sini, aku akan mengabari umma dan appa tentangmu!” ucap Donghyun seraya mengeluarkan ponselnya, namun hal itu dengan cepat dihentikan oleh Woojin yang berucap, “Hyung! Andwae … jebbal! Aku tidak ingin membuat mereka mencemaskanku!” ucap Woojin kepada Donghyun yang kini menolehkan pandangannya ke arah Woojin dan kemudian membuat Donghyun pun menghembuskan napasnya dan mengangguk, “Baiklah … untuk kali ini aku akan mengikutimu! Jja, nonton lah lagi, aku akan mandi!” ucap Donghyun kepada Woojin dan kini menolehkan pandangannya ke arah Mark yang menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya ia pergi dari ruangan itu untuk mengambil handuk dan kemudian mandi. Pandangan Woojin saat ini menoleh menatap Mark yang berjalan menghampiri dirinya dengan membawa makanan yang sudah ia siapkan. “Mark-ssi! Kenapa kau mengatakan hal ini kepada Donghyun, huh?” tanya Woojin kepada Mark yang kini menolehkan pandangannya ke arah Woojin untuk kemudian berucap, “Kenapa? Kenapa aku tidak boleh memberitahukan hal ini kepadanya?” tanya Mark krpada Woojin yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Karena aku tidak ingin dia merasa khawatir seperti ini, Mark-ssi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya mendengar penrnyataan itu. “Hah?? kau tidak ingin dia khawatir? Woojin-a! dengan kau yang tidak berucap kepada Donghyun mengenai kondisimu itu, membuatnya menjadi semakin sedih! Kau seharusnya bersyukur karena aku ada di sini, dan menyelamatkanmu sehingga Donghyun tidak merasa sedih lagi untuk di masa de…- “...” Woojin terdiam menatap Mark yang tidak lagi melanjutkan kata-katanya di sana. Woojin mengerutkan dahinya dan terkejut mendengar itu semua, “A … apa?” tanya Woojin kepada Mark yang kini menghembuskan napasnya dan berdiri untuk pergi dari sana, namun dengan cepat Woojin berdiri dan menahan tangan Mark seraya bertanya, “Apa yang kau katakan tadi, Mark-ssi?!” tanya Woojin kepada Mark yang kini menggelengkan kepalanya lalu berucap, “Lupakan itu!” ucap Mark kepada Woojin yang kini menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Kau beranggapan jika seharusnya aku mati saat ini?” tanya Woojin kepada Mark yang dengan cepat menolehkan pandangannya ke arah Woojin dan segera menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu, “Aku akan pergi besok, Woojin-a … itu lah sebabnya aku memanggil Donghyun ke mari untuk menemanimu!” jelas Mark kepada Woojin yang semakin mengerutkan dahinya mendengar tuturan dari Mark saat itu. “Apa?” tanya terlihat kembali terkejut dengan penjelasan yang baru saja diucapkan oleh Mark yang kini menghembuskan napasnya menanggapi pertanyaan itu. … To Be Continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN