bc

NAMAKU RAHMA

book_age18+
829
IKUTI
4.2K
BACA
family
love after marriage
second chance
arranged marriage
goodgirl
confident
inspirational
mystery
self discover
supernatural
like
intro-logo
Uraian

Rahma wanita berparas imut yang pernah membuat banyak lelaki tertarik entah karena ilmu yang pernah ia dengar dari abahnya atau karena memang ia benar-benar cantik.

Ilmu yang di dengarnya sejak ia masih Sekolah menengah atas dan pernah di praktekkan pada pak Ramli kepala sekolahnya untuk menguji apakah ilmu tersebut benar-benar ampuh atau hanya bulan saja. Ternyata pak Ramli benar-benar tergila-gila pada Rahma.

Dengan berjalannya waktu banyak kejadian aneh yang dialami Rahma terlebih tentang para lelaki yang hilir mudik dalam kehidupannya. Rahma merasa resah dan ingin bebas dari ilmu tersebut. Rahma tak lagi menggunakan mantra yang tiba-tiba dihafalnya tersebut namun kekuatan itu terus menghantuinya sampai membuat ia jengah.

Ia menceritakan semua kegelisahannya pada mamanya, kemudian sang mama membawa Rahma berobat ke Kyai kondang di daerahnya. Sesampainya disana sang kyai malah mengatakan hal yang membuat Rahma terkejut. Kedua pengikut di tubuh Rahma tidak mau pergi karena mereka ingin menjaga Rahma, yang lebih gila lagi laki-laki tua dengan sorban di kepalanya itu mengaku sebagai kakeknya Rahma.

Rahma tetap berusaha sekuat tenaga menepis ilmu yang ternyata demikian lekat dalam dirinya tersebut. Hingga banyak korban harus menderita karena cintanya di tolak oleh Rahma.

Wanita muda dengan darah diujung bibirnya, wanita berparas mirip Rahma juga lelaki tua itu semakin sering muncul an semakin membuat Rahma jengah.

Hingga Rahma harus memutuskan untuk mengakhiri.

Wanita yang sering menyebut NAMAKU RAHMA

chap-preview
Pratinjau gratis
ILMU YANG MENYESATKAN
Rahma,, wanita ayu berparas imut dan bisa berubah tergantung siapa yang melihatnya. Pernah dekat dengan lebih dari 60 laki laki dan menikah lebih dari empat kali membuat sebagian orang mengatakan aku cantik dan sebagian lagi menganggapku rendah. Lelaki pertama berasal dari Jawa Timur. Lelaki ke dua masih dari Jawa Timur. Lelaki ke tiga dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Lelaki ke empat kembali ke Jawa Timur lagi. Begitu banyak nama yang berjajar dalam perjalanan dan kisah ku, hingga membuat banyak warna berdesakan memaksakan memberi corak dalam pelangi dunia ku. Semua berawal sejak abah membacakan kalimat untuk diturunkan pada adikku dan aku mendengar sepintas namun hafal. "Sini siapa yang mau abah beri ilmu," "ilmu apa ?" "Ilmu bagus," "Iya, ilmu apa ?" "Ilmu yang bisa membuat banyak orang tertarik ke kamu." "Nariknya pakai apa ?" suaraku menggoda. "Abah serius," abah mulai sedikit tersinggung. "Aku saja, bah yang di ajari ilmu nya." adikku yang saat itu berusia sembilan tahun mendadak berbicara. Berlari ia penuh semangat ingin tahu ilmu apa yang di berikan abah. Kulihat mama tersenyum memandang aksi suami dan anak terkecil nya. Mama pasti sangat mengenal abah hingga beliau memilih untuk diam saja menyaksikan. Abah ku, laki laki keturunan dayak yang masih saja tampan meski usianya lebih enam puluh tahun. Deretan wanita cantik memang mengikuti langkah abah ku, aku tahu sendiri itu. Meski tak usah abah ku merayu wanita-wanita cantik itu justru datang menemui abah ku. Namun aku tahu ilmu itu menyesatkan, justru karena ilmu itu mama dan abah sering nampak tak sejalan. Padahal mama ku cantik, kulitnya putih, rambutnya ikal, pipinya terlihat merah alami. Tetapi tetap saja deretan wanita di samping abah membuat mama tidak nyaman. Saat abah mengajarkan kalimat berisi untaian kalimat pada adikku, entah mengapa telingaku menjadi lekat dan kalimat itu  tak mau hilang. Pagi, saat aku hendak berangkat sekolah, ku siapkan semua buku pelajaran untuk hari ini. Di ujung pintu kulihat adik ku membaca catatan kemarin. Catatan kalimat yang diajarkan oleh abah. Aku tersenyum, nampak lucu memang kejadian di rumahku. Di tengah jalan aku jadi berfikir, kenapa tidak ku coba saja ilmu yang di ajarkan abah pada adikku, sekalian menguji kekuatan. Fikiran kotor ku pun mulai menari-nari membuat geli. Atas dasar rasa tidak percaya ku itu serta atas dasar rasa malas ku melihat kesombongan abah, aku mulai mencoba apa yang dibacakan abah ku tadi. Bel sekolah berdentang hari itu. Mata pelajaran pertama yaitu Akuntansi, pengajar akuntansi di kelas tiga SMA saat ini adalah kepala sekolah di sekolahku. Bapak Kepala sekolahku yang juga mengajar akuntansi duduk di depanku, sontak aku komat - kamit melantunkan ajian itu. Aku ingat pesan abah, "tiup kan pas di matanya ya, jangan menunduk jangan berkedip. " Aku menutup mulutku dengan jemari tangan kiri ku, lucu sekali. Sepanjang perjalanan berlangsung aku sibuk meniupkan ajian itu tanpa perduli pelajaran akuntansi yang sedang berlangsung. Alhasil keesokan harinya, pak Ramli kepala sekolahku mulai mencari ku, mulai menanyakan kabar ku, mulai sibuk menghubungi ku. Beberapa teman memberondong ku dengan pertanyaan. "Kamu ada masalah ?" "Masalah apa ?" "Masalah dengan pak Ramli ?" "Ah, tidak kok." suaraku. "Lalu," "Lalu kenapa ?" "Pak Ramli mencari mu." Sungguh aku terkejut begitu rupa, pak Ramli yang baik, pak Ramli yang pendiam, pak Ramli yang luar biasa tampan. M e n c a r i k u ? "Ini pasti karena 'mantra' itu " fikir ku. Aku menjumpai pak Ramli. "Bapak mencari saya ?" tanyaku sopan. Beberapa pasang mata memandangku dari tempatnya. "Oh, iya. Mau minta tolong membantu koreksi pekerjaan teman-temanmu, kamu bisa ?" Oh... Tuhan, membantu mengkoreksi pekerjaan teman-teman. Sejak kapan ? Sejak kapan pak Ramli minta bantuan seperti ini ? Aku ikuti saja mau nya. Toh beliau kepala sekolah di sini, beliau punya kuasa untuk ini, apalagi nanti jam kosong tak ada salahnya bila aku membantu pak Ramli. Di dalam kantor dewan guru aku berusaha duduk tenang. Duduk berdampingan dengan pak Ramli idola banyak orang di sekolah ini jujur saja membuat aku kerepotan menata hati. Eh, aku yang punya ajian gaib kenapa jadi aku yang berdebar ? Aku terbahak-bahak dalam hati menertawakan kebodohanku sendiri. Beberapa guru melihat kami, menggoda kami. "Ih, tumben Rahma di kantor ?" seru bu Nur Wali kelasku. "Saya yang meminta bu," Tuhan ku... pak Ramli membela ku, membela keberadaanku. Dan kalian tahu aku melayang-layang saat itu. Aku yang masih duduk di sekolah menengah atas berhasil membius pak Ramli yang baik, sopan, gagah juga kaya raya hanya dengan sebaris kalimat. Nampak musykil memang, tapi kenyataannya pak Ramli benar benar mengejarku. Beberapa kali pak Ramli mengirimkan surat di dalam buku akuntansi yang di berikan padaku dengan berbagai alasan. Assalamualaikum Rahma, Mungkin kalimat ini tidak pantas untuk seorang guru seperti saya tapi sungguh Rahma, saya mengagumi mu. Saya merasa kamu berbeda dengan yang lainnya. Sekali lagi maaf kan saya Rahma. Dari Ramli. Kulipat surat itu, ku kumpulkan dengan surat yang lain. Ini untuk pertama kali nya aku menerima sepucuk surat dari seorang lelaki. Jujur, aku merasa bahagia menerima perhatian lebih dari laki-laki terutama perhatian itu datang dari orang hebat seperti pak Ramli. Namun kebahagiaan itu mendadak pupus saat aku ingat bahwa itu semua terjadi karena ilmu yang ku tiupkan pada pak Ramli beberapa waktu lalu. Pagar-pagar besi berwarna biru itu begitu megah berdiri mengelilingi sekolah ku. Sekolah dengan banyak kisah, sekolah yang memuat banyak cerita termasuk cerita tentang aku dan pak Ramli. Di dhuhur itu aku masih ingat, sebelum sholat berjamaah ketika langkah kami beriringan menuju musholla, pak Ramli memberikan sepucuk coklat. "Untuk mu," "Cie,,, " suara beberapa kawan yang mengikuti langkahku. Dan anehnya pak Ramli hanya tersenyum menanggapinya. Semua jadi heran dengan sikap pak Ramli saat ini. Harusnya beliau marah di candai begitu rupa. "Pak Ramli suka kamu," "apaan sih," "iya," "Nggak," begitulah kejadian itu terjadi, mengalir begitu saja tanpa ada yang tahu apa yang sudah ku lakukan pada pak Ramli. Namun sejak hari itu ada yang mulai aneh kurasakan. Setiap adzan maghrib tiba ada yang terasa panas di kerongkongan ku. Seperti kehausan namun tak reda meski berkali kali minum. Ada aroma tak biasa yang muncul di ujung hidungku. Akhirnya ku pahami itu aroma bunga melati. Mengendap aku berjalan menyusuri lorong samping rumah, lalu berhenti di samping rumah Era, duduk tenang aku disana sambil mengunyah berpuluh puluh melati hingga aku merasa lega. Kejadian seperti itu terus kulakukan berulang-ulang tanpa lelah. Seperti menjadi sebuah kebiasaan. Membuat aku seperti orang kecanduan. Sejak hari itu siapa yang melihat ku pasti mengatakan aku cantik, meski aku merasa biasa biasa saja. Banyak orang berkata aku demikian mempesona. Sedikit dari bagian hatiku aku bangga namun sebagiannya lagi aku bersedih. #tungguceritaselanjutnyaya

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
80.2K
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.2M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
123.8K
bc

RAHIM KONTRAK

read
421.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook