Bab 7. Malam Pertama

1096 Kata
Anthony berdiri dari sofa tempatnya duduk untuk menghampiri Tantria yang sudah bangun. Tantria perlahan duduk dan menoleh kala Anthony mendekati ranjang dan mulai duduk di pinggirnya. Anthony terus mendekat tanpa melepaskan pandangan pada wajah cantik Tantria. “Kamu sudah bangun?” tanya Anthony dengan nada berbisik. Tantria tidak menjawab selain hanya mengangguk saja. Anthony tersenyum lalu makin mendekat dan meraba tangan Tantria. Tantria tidak menolak tapi ia juga tidak ikut bergerak. Tangan Anthony meraba dan mengelus tangan Tantria yang kemudian mengaitkan jemarinya. Anthony menaikkan tangan Tantria lalu mengecup punggung jemarinya sambil terus memandang wajahnya. Tantria merona dengan pipi merah jambu. Jantungnya berdegup begitu kencang saat dipandangi dalam seperti itu oleh Anthony. Dari jarak sangat dekat, Tantria bisa melihat dengan jelas seperti apa ketampanan Anthony mampu membiusnya. Anthony makin mendekatkan wajahnya kala tangan itu perlahan diturunkan. Tantria pun mematung tak bisa bergerak. “Kamu sangat cantik, Tantri.” Sebelah jemari Anthony naik dan meraba pipi Tantria yang lembut. Mata Tantria tak mau terpejam sekalipun suaranya sudah tercekat di tenggorokannya. “Sudah lama aku ingin memiliki kamu,” imbuhnya berbisik makin mendayu. Anthony makin tidak mampu menahan luapan hasrat ingin mencampuri Tantria. Malam pertamanya akan menjadi yang terindah. Surga itu begitu nyata di hadapannya. Wajahnya semakin dimiringkan dan mendekat untuk mencicipi bibir indah Tantria yang begitu menggelitik birahi. “Mas,” sebut Tantria dalam desah napasnya yang lembut dan hangat. Padahal tinggal nyaris setengah senti lagi bibirnya akan menyentuh bibir Tantria. Mata Anthony naik dan langkahnya berhenti. “Jangan.” Tantria berbisik lagi. Gadis polos itu seperti ketakutan. Anthony sedikit menjauh tapi masih terlalu dekat untuk pergi. Tangannya masih memegang pipi Tantria dan tidak melepaskannya. “Kenapa? Aku gak akan menyakiti kamu. Aku akan pelan-pelan ....” “Tantri sedang hamil,” bisik Tantria memotong pikiran panas Anthony yang kemudian menelan ludahnya. Anthony tertegun mendengar kalimat itu. Tentu saja Anthony dan Tantria belum pernah membicarakan masalah kehamilan tersebut. Tantria sudah hamil dengan pria lain yang tak lain adalah Frans yang merupakan sahabat Anthony. “Aku tahu.” Anthony pun menjawab setelah menjeda cukup lama. Tantria masih menatap Anthony dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah resmi menjadi istri Anthony Lin tapi bagaimana dengan kehamilannya. “Dengarkan aku, Tantri. Kehamilan kamu adalah tanggung jawabku. Aku akan menjaga kamu dan bayi itu,” ujar Anthony membuat Tantria diam terpaku. Air mata yang menetes tanpa bisa dibendung lantas diseka lembut oleh tangan kekar Anthony. “Tapi ....” “Kamu hanya perlu diam dan menurut saja. Tidak akan ada yang tahu.” Anthony memotong sekaligus menambahkan. Perlahan senyum Anthony mengembang lembut pada Tantria yang masih mematung menatapnya tak percaya. Dari mana datangnya seorang pria yang menyembunyikan kebenaran dibalik kehamilan dari pria lain pada istri barunya? Pria itu pastilah hanya ada di cerita dongeng belaka. “Tantri akan mengabdi untuk Mas Anthony dan keluarga Lin. Tantri berjanji,” ucap Tantria menguar janjinya dengan suara lemah lembut. Anthony makin tersenyum bahagia. Sebelah tangannya menarik lembut pinggang Tantria agar makin mendekat padanya. Gadis itu begitu cantik sebagai pengantin sehingga Anthony sampai melupakan jika ia sedang mengandung bayi yang bukan darah dagingnya. “Aku akan melindungimu, Tantria ....” Anthony berbisik lembut lalu membaringkan Tantria dengan lembut ke ranjang pengantin mereka. Kali ini tidak ada lagi kata-kata yang menghalangi, Anthony langsung menautkan bibir, mencumbu Tantria sepenuh hatinya. Kala Anthony menekan bibirnya demi mengecap lembutnya bibir Tantria yang begitu ranum, pikirannya seakan kosong. Tidak ada rasa bersalah pada Grizelle yang hanya akan membuatnya makin tidak berani pada Tantria. Hari ini Tantria adalah pengantinnya. Meski bukan yang pertama bagi Tantria tapi cumbuan Anthony membuatnya merasa seperti yang pertama dan satu-satunya. Cukup lama bibir Anthony bermain bahkan sempat menggigit gemas bibir Tantria yang tipis. Saat melepaskan sejenak dengan deru desah yang memburu, tangan Anthony meraba pengait pakaian Cheongsam yang dikenakan oleh Tantria lalu menurunkannya. Anthony ingin melepaskan pakaian dari tubuh istri keduanya itu tanpa melepaskan pandangan darinya. “Mas,” desah Tantria pelan dengan wajah memerah seperti menahan gairah. Anthony makin panas dan penasaran. Seringai nakalnya makin berani ditunjukkannya pada Tantria. Tantria tidak bisa melarang karena Anthony kini adalah suaminya. Kepala Anthony makin ke bawah mengikuti arah pakaian yang melorot ke bawah. Tujuannya adalah untuk menikmati secara langsung menatap setiap lekuk tubuh Tantria. Anthony memejamkan mata saat mendekat kala ia mencium wangi tubuh istri kecilnya. Bibirnya mengecap manisnya kulit terang milik Tantria yang mulus tanpa cela. “Ah, Mas.” Tantria makin mendesah. Sementara Anthony sedang menikmati malam pertamanya sebagai pengantin kedua, Grizelle duduk di salah satu ruang baca dengan sebotol wiski dan gelas di tangannya. Ia ingin mabuk dengan minum malam ini. Setidaknya ia ingin melupakan jika suaminya sedang bersenang-senang dengan wanita lain meski bukan di ranjang mereka. Hati istri mana yang rela dimadu. Sekalipun Grizelle yang mencarikan, tetap saja sesungguhnya ia tidak rela. Rasa sakit seakan ter khianati dirasakan Grizelle kini. “Kok kamu di sini? Aku pikir kamu sudah tidur,” tegur salah satu teman Grizelle yang ikut datang ke pernikahan tersebut. Wanita itu adalah teman karib Grizelle yang sesungguhnya senang pada Anthony. Saat Grizelle sempat bicara padanya soal pemilihan istri kedua, sang teman sudah semringah dan bahagia. Pasalnya ia merasa yakin jika Anthony akan memilihnya. Sayangnya, ia malah ditikung oleh gadis kampung yang ditemukan Grizelle di pinggir jalan. “Bagaimana aku bisa tidur, Vin. Kamu kan tahu Mas Anthony sedang apa sekarang,” jawab Grizelle lalu kembali minum. Vinda, karibnya Grizelle itu tersenyum sinis dan mendengkus. Tidak hanya Grizelle yang panas, dirinya juga. “Aku masih belum percaya kamu bisa menyerahkan Anthony pada anak kampung itu,” pungkas Vinda dengan nada kesal. Ia kesal karena Anthony memilih Tantria dan kesal karena Grizelle malah mendukung keputusan tersebut. Namun, Vinda tidak boleh menunjukkan ketidaksukaannya tersebut. Jika tidak, Grizelle bisa memutuskan tali pertemanan dengannya. “Kamu tahu kan alasannya.” “Iya, memangnya gak ada orang lain yang bisa kamu pilih!” sahut Vinda masih dengan nada kesal. Grizelle menarik napas panjang. “Tantria itu anak yang gak banyak syarat. Aku tinggal kasih biaya pengobatan Ibunya, uda beres! Kalo yang lain harus punya rumah, mobil, uang. Belum lagi mereka pasti menggoda Anthony kan? Yang ada nanti Anthony malah lebih senang sama istri simpanannya dari pada aku!” gerutu Grizelle mengeluarkan unek-uneknya. Vinda mendengus sinis dan menggelengkan kepalanya. Anthony jelas pria yang memiliki magnet besar jika menyangkut ketampanan dan kemapanan. Dia bagai gula merah yang gampang disemuti. “Apa kamu mengira anak kampung itu tidak akan menggoda Anthony? Aku yakin dia akan menjadi duri dalam daging di dalam pernikahanmu nanti,” ujar Vinda mulai memanas-manasi. Kening Grizelle mengernyit lalu menoleh pada Vinda. Dengan segelas wiski ditangannya, Grizelle menatap sahabatnya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN