COD

1165 Kata
Paket !!! Teriak mas paket, Dara diam saja, paketnya sudah datang tapi nggak ada uangnya. Menyedihkan. Nomornya sengaja dimatikan dan pura pura tidur, karena dia salah perkiraan.Seharusnya tanggal 1, paket datang, nyatanya ini lebih cepat 3 hari. Kemana dia mau ambil uang. Tentu dia sekarang terkurung di dalam kamar. Pakettt !!! Dara tetap diam, tidak bergeming, baginya semua akan berlalu, cepatlah pergi. Setidaknya tanggal satu baru datang kembali. ohh noo. Suara motor di starter dan kang paket sudah pergi. Syukurlah, pergi juga. Jiwanya aman, setidaknya hari ini. Kemana dia mendapatkan uang untuk bayar paket COD nya? Rudi, sepupunya yang kadang baik, dia akan bertemu dengan minta sedikit uang buat bayar. Dara pun bersiap, mandi, dandan secantik mungkin dan akan bertemu dengan Rudi. Rudi bekerja di bengkel, pasti ada langganan yang memberi dia tips lumayan, karena Rudi bekerja dengan baik. Parfum aroma mawar putih sudah disemprotkan keseluruhan tubuhnya, siap siap menghalau polusi bengkel. Dara Pun memakai heels, berjalan menelusuri ramainya jalan raya, meskipun dia hidup di kota yang penuh hiruk pikuk tetap saja, dia mandiri tidak berteman dengan siapapun yang memanjakannya. Apalagi ayahnya, sudahlah. Dara tidak ingin menceritakan tentang ayahnya, bagi Dara, kehadiran seorang ayah hanya untuk gadis kecil. Dia singgah di warung es teh, membeli dua gelas es teh, satu untuk Rudi dan satunya untuk dirinya. Tidak jauh terlihat Bengkel tempat Rudi sedang bekerja. "Rudi!" sapa Dara "Hi, Dara. Darimana ?" "Dari rumah ini, sengaja mau kesini". Jawab Dara. "Duduk dulu, saya masih sibuk ini benerin mobil Bos". "Terima kasih, saya bawain es teh ini". "Terima kasih" Dara pun duduk manis di kursi, berdiam diri hanya memperhatikan sekeliling. Dia sengaja mematikan teleponnya, agar tidak ada panggilan dari kang paket yang datangnya kecepatan. "kang paket, kang paket" gumam Dara. terlalu cepat datang, Dara tidak siap membayar COD. "Gimana kerjaan kamu Dara?" Tanya Rudi sembari memperbaiki mobil. "Gitulah, ngelap meja terus. gaji cuma 500.000. Dua hari habis". Keluh Dara. "Memang mau gaji berapa ?" "5 juta" jawab Dara enteng. mereka diam, Rudi masih terus memperbaiki mobil, memasang mor-mor sepertinya hampir selesai. Dara diam dan masih memperhatikan Rudi yang bekerja. Tidak jauh, mata beradu dengan Kang Paket. "Astaga, itu kang paket". Dara berdiri dari tempat duduknya, tanpa permisi dia langsung masuk ke dalam toko di balik etalase oli. Rudi yang melihat Dara lari, dia hanya memperhatikan dan diam saja. dalam hati nya dia berkata "Astaga, ini anak masih sama". "Rudi" Kang paket berhenti sejenak. Sepertinya kelelahan. "Masih banyak?" "masih seratus, COD semua ini. mana orangnya pada tidak ada. Pada kerja semua" Ohh "Sudah COD, hapenya tidak aktif, didatangi alamatnya pada tutup semua, pusing - Pusing". Curhat Kang Paket. Dara diam mendengarkan, dirinya harus tetap tenang. "kenapa dia tidak membicarakan dari tadi mengenai tujuan kedatangan ke Rudi, setidaknya Rudi bisa membantunya dan tidak perlu sembunyi begini". Gumam Dara "Es teh, tuh. Siapa punya?" tanya kang paket "Dara". "Mana orangnya?" tanya kang paket. namanya perempuan tapi nggak terlihat. "Ada di dalam toko". Jawab Rudi sekenanya "uhh, Rudi. bisa nggak berbohong saja. nggak ada orangnya". gumam Dara, perasaan jengkel karena Rudi tidak bisa diajak kong kalikong. "Dara, rumahnya yang dekat dengan lapangan?". "Kok, tahu?" "Iya, saya sering antar paket kesana. Mana orangnya?" "Ada". jawab Rudi astaga Rudi, saya kutuk kamu jadi aspal yaa, saya sudah sembunyi malah kamu membongkar semua. saya jadi gimana ? saya belum punya uang. dara sangat geram dengan sikap Rudi yang sangat terbuka seakan tidak ada masalah. "Mbak Dara, ada paketnya!" teriak kang paket. "COD, nih". lanjut kang paket Dara akhirnya keluar dari persembunyiannya, dia berjalan mendekati kang paket. "Maaf mas, saya pikir paketnya datang tanggal 1 waktu saya gajian. Sekarang saya tidak ada uang". Jawab Dara malu. duhh, dia harus sembunyi "Gimana, dong? Ini paket sudah sampai masa mau dibawa pulang lagi?" "Maaf, mas". "Berapa ?" tanya Rudi peka. "150.000". Rudi pun mengeluarkan uang, dan membayar paket. Dara tersenyum senang, melihat hal itu, setidaknya masalahnya sudah selesai. "Terima kasih, Rudi". Kata Dara senang. Syukurlah Rudi peka, sebelum saya bilang. Ini memang bukan pertama kali saya pinjam duit, saya selalu datang hanya untuk pinjam duit dan mengembalikan uang. Mohon maaf, sepupu kamu satu ini memang lagi susah. Setelah menerima paket, Dara undur diri dan kembali ke rumahnya. Misi telah selesai. Oh God, misi ini benar - benar harus pakai drama. Setelah sampai di rumah, Dara segera membuka paket dan menghubungi Sonia, atau biasa dipanggil Nia jika lagi sayang, kadang juga Son kalau lagi benci. Tergantung mood, karena ada kebutuhan bagi duit, maka Dara manggil dengan baik. "halo Nia, barang nya sudah datang, bisa saya ke rumah kamu, sekalian mau ambil duitnya ?" "Sori, lagi diluar ini, nanti saya singgah buat ambil, sekalian saya bawa duitnya". jawab Sonia cepat, Nia tahu kalau temennya ini paling doyan sama duit. "Ok, total, seratus yaa". Ingat Dara OK. Jawab Nia, sembari mematikan telepon, sepertinya sedang sibuk. Sekian lama Dara sudah berusaha untuk menambahkan pemasukan dengan cara jualan produk yang dibelinya secara online. Tetap saja, itu belum bisa meng cover biaya hidupnya yang ugal-ugalan. Dara masih membutuhkan lebih banyak uang untuk dirinya sendiri. Hari ini dia akan bekerja shift malam. Melelahkan bukan. Lelah banget, dia bekerja mulai jam 7 - 7. Semua dilakukan demi uang agar tetap ada ditangan, meski kebanyakan dia tidur tetap saja, pekerjaan itu menguras tenaganya. Apalagi transaksi kebanyakan dilakukan sembari bekerja, dia pernah kena teguran sekali dan tetap dilanjutkan pekerjaan Sampingan ini. Bagi Dara, teguran adalah harus lebih waspada. Olehnya, Dara lebih suka chat lewat app Hijau, kadang biru juga. Lewat Chat, semua bisa diatur. Sejauh ini, Dara hanya mendapatkan 10 klien repeat order, selebihnya hanya sekali dan dua kali. Mungkin karena pelayanan kurang sat-set membuat Dara kehilangan potensial klien. Produk yang Dara jual adalah produk pasaran, itulah banyak orang yang lebih milih belanja di ritel atau di mall, kadang order secara online juga bisa. Dara tahu, pekerjaan ini sulit membawa dia ke pendapatan yang dia mau, namun masih belum ada jalan lainnya. Dara - Dara, keputusan meninggalkan rumah, masih saja membawamu ke kesulitan yang tidak pernah kamu alami sebelumnya. Dara menghabiskan 3 jam untuk riset mengenai produk - produk yang akan booming, dengan demikian dia bisa cepat mendapatkan barang dan menjual dengan cepat. Rasanya sulit sekali mendapatkan klien yang benar benar setia, apalagi sekarang sangat mudah belanja online. Palugada - Apa lu mau, gua ada, sepertinya kedepannya Dara aman mulai tertarik untuk menyediakan semua layanan produk agar bisa lebih cepat mendapatkan klien potensial, lagi-lagi modal utama adalah materil yang bernilai banyak dan Dara tidak memiliki itu. Bisnis Palugada memang menarik perhatian, karena semua tersedia dan bisa disediakan. Tentu itu lebih mempermudah klien yang malas berfikir untuk mencari dan riset sendiri barang di pasar yang jumlahnya bejibun. Lagi-lagi yang jadi masalah adalah kemampuan pasar yang sudah dikuasai oleh orang orang yang sudah lama bergerak di sini, di dunia perdagangan. Bagus juga jika Dara mulai merangkak ke dunia sosmed, selama ini sosmed hanya digunakan untuk post foto liburan yang diikuti oleh dan bersama temannya. Semua menjadi kenangan, namun semua kenangan berubah menjadi diri Dara yang sulit untuk dipahami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN