Bab 1 Kesiangan.
Terdengar kicauan burung dari luar kaca jendela salah satu rumah padat penduduk yang ada di pinggiran Kota. Dan di atas ranjang di dalam kamar tersebut ada seorang gadis yang masih lelap dengan tidurnya meski cahaya matahari yang sudah menusuk masuk melewati tirai yang sedikit terbuka di sana dan nampak membuat seluruh isi kamar gadis itu terang-benderang, tetapi tetap saja tidak membuat Gadis itu terbangun dari tidurnya. Ya, dia itu adalah Zoya Elina. Gadis dengan rambut keriting sebahu yang biasa dikuncir kuda, dengan kacamata tebal yang selalu ia pakai disetiap situasi dan juga kondisi, dengan wajah yang juga tidak terlalu cantik. Namun saat itu Ia hanya hidup bersama dengan ibunya saja. Ayahnya sudah meninggal sejak Zoya kelas 2 SMP dan saat itu sudah masuk kelas 3 SMA, bahkan hampir lulus. ibunya adalah pemilik warung makan yang buka setiap malam. Dan tutup setelah dagangan ibu Zoya habis. Zoya selalu membantu ibunya ketika ia pulang dari sekolah sampai sang Ibu menghabiskan dagangannya bahkan kadang-kadang ibunya tutup warung pukul satu dini hari, tidak jarang Zoya selalu bangun kesiangan ketika pagi hari. Bahkan ia sering telat untuk ke sekolah. Tetapi karena nilai Zoya paling bagus diantara rata-rata anak sekelasnya, membuat Zoya tidak dimarahi gurunya. Namun hanya ditegur saja ketika Ia telat sampai sekolah.
"Dok, dok, dok." terdengar suara gedoran yang lumayan keras dari luar pintu kamar Zoya saat itu, bukan hanya ketukan saja tetapi gedoran keras dari peralatan kasak yang ibunya bawa.
"Zoya bangun! kamu telat sekolah lagi! bangun!" teriak Ibu Zoya saat itu yang mulai membuat Gadis itu perlahan-lahan membuka kedua matanya di sana. Zoya tanpa menyahut teriakan ibunya, gadis itu hanya menoleh dan menatap jam beker yang ada di samping ranjangnya, jam itu tepat berada di atas meja yang berada di samping ranjang yang ia tempati.
"Akh... baru setengah delapan..." ucap Zoya dengan entengnya. Seakan gadis itu mengabaikan jam tersebut. Zoya lalu menarik selimutnya kembali untuk menutupi tubuhnya. Namun seketika gadis itu tersentak ketika ia baru sadar jika sudah pukul setengah delapan pagi.
"Huaaaaa!!!" teriak Zoya begitu saja. Sembari melonjak dari atas pembaringan dan berhambur keluar dari dalam kamar. Zoya berlari dengan kencang menuju ke kamar mandi yang tidak jauh dari dapur.
"Ibu... tega sekali Ibu! kenapa tidak.bangunkan Zoya?!" teriak gadis itu di sela-sela larinya. Saat itu ibunya hanya menggeleng beberapa kali sembari melihat tingkah anak gadisnya begitu saja tanpa bisa berkata-kata. Ibu Zoya pun segera melanjutkan masaknya di dapur. Namun sebelum Gadis itu selesai berganti pakaian dan akan berangkat ke sekolah, Ibu Zoya selalu membuatkan segelas s**u hangat dan juga sarapan untuk Zoya. Karena Ibu tahu jika saat itu anak gadisnya sudah kesiangan, Ibu hanya membuatkan segelas s**u dan juga satu keping roti selai melon kesukaan Zoya.
Terdengar pintu kamar yang terbuka lalu tertutup dengan begitu keras, tampak seorang gadis keluar dari sana. Ternyata Zoya tengah membanting pintunya tanpa sengaja. Gadis itu pun berlari menuju ke arah depan, namun saat melintasi meja makan, Ibunya sudah memanggil dan memberhentikan Gadis itu di sana.
"Zoy! minum susunya dan makan rotinya!" teriak Ibu Zoya pada anak gadisnya itu. Terpaksa Zoya pun kembali berbalik dan menuju kearah meja makan. Gadis itu dengan cepat meminum sampai habis s**u yang berada di gelas yang ibunya buatkan tadi, lalu menyambar roti yang ada di atas piring dan membawanya pergi.
"Bu, aku berangkat dulu, kesiangan nih!" ucap Zoya pada Ibunya. Yang lalu berlari begitu saja keluar dari dalam rumah. Mengambil sepeda motor butut peninggalan Ayahnya dan mengendarainya sampai ke sekolah. Namanya juga motor butut, paling kencang Zoya mengendarainya tetap saja ada beberapa pengendara sepeda ontel yang menyalipnya.
"Aku nggak pake tenaga tetapi kenapa aku ngos-ngosan sih? mungkin ini ada untungnya juga, aku makan banyak juga tidak gemuk-gemuk!" ucap gerutu Zoya dalam hatinya. Dan ia segera memarkir motor butut itu tepat di tepian trotoar samping pagar sekolah. Sengaja gadis itu memarkirnya disana untuk ia panjat dan melompati pagar tembok sekilah yang menjulang tinggi sampai ujung kepalanya itu. Zoya tidak khawatir motor butut itu akan ada yang mengambilnya. Karena hampir setiap hari ia memarkirkannya disana dan selalu aman-aman saja. Terlihat Zoya bisa melompati pagar itu dengan mulus sempurna. Segera saja gadis itu mengendap-endap lalu berlari menuju ke ruang kelasnya. Dan saat itu untungnya jam pelajaran kosong. Zoya bisa dengan aman masuk kedalam kelas.
"Kebiasaan ni anak! telat mulu!" gerutu teman satu bangku Zoya saat itu.
"Biasa begadang nemenin Ibu jualan Re!" ucap Zoya pada teman sebangkunya itu yang bernama Regina. Hingga terlihat ketua kelas yang saat itu tengah dari.ruang guru untuk mengambil soal untuk di kerjakan pun tiba. Kebetulan melewati bangku yang Zoya tempati disana. Sesaar gadis itu terpana menatap ketua kelasnya yang menurut Zoya begitu tampan.
"Huh... ngapain lu bengong? kesambet ntar!" dengus Regina kemudian. Dan saat itu Zoya hanya bisa tersenyum sekilas. Zoya tahu jika ia tidak mungkin di sukai oleh ketua kelas karena wajah dan juga penampilannya. Hingga siang pun tiba. Akhirnya waktunya istirahat pun mulai. Saat itu Zoya dan juga Regina tengah istirahat di kantin sekolah dengan menikmati bakso dan juga segelas es jeruk disana. Dan tiba- tiba saja si ketua kelas datang mendekat kearahnya.
"Udah aku bayar, kalian makan aja..." ucap ketua kelas pada Zoya dan juga Regina. Lalu pergi dari hadapan keduanya.
"Mimpi apa Re aku semalam? sampai si Rehan nraktir kita bakso?" ucap Zoya denhan tawa bahagianya. Namun saat itu juga Regini dan juga Zoya segera mentap kearah sekelilingnya. Rupanya saat itu bukan hanya Zoya dan juga Regina yang Rehan traktir. Melainkan semua yang ada disana.
"Akh kamu ini Zoy!" dengus Regina kemudian.
"Ya... aku pikir dengan rambut kepang kuncir kudaku yang baru ini bisa buat Rehan terpana Re!?" ucap Zoya yang membuat Regina tersedak bakso yang baru ia masukkan kedalam mulut. Dimana saat itu Regina melihat rambut kriting Zoya yang biasa ia kuncir kuda, saat itu mengalami peningkatan. Yaitu di kepang kuncirannya. Membuat wajah bulat gadis itu kian bertambah bulat saja.
"Ziy, aku nggak tahu kenapa aku bisa punya trman kayak kamu. Aku bahagia kamu setia kawan. Tapi aku ingin menangis saat melihat wajah jelekmu!" ucap Regina dalam hatinya. Gadis itu berteman dengan Zoya karena Zoya adalah anak pintar. Sedangkan ia selalu meminta bantuan pada Zoya untuk semua mata pelajaran.