BAB 9

1143 Kata
Setelah pernyataan cinta Raven Nana tidak bisa tidur malam ini, terlebih membayangkan bibir Raven bergerak-gerak di bibirnya. Beberapa kali Nana bahkan menutupi wajahnya menggunakan bantal padahal tidak ada siapapun di kamarnya. Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan Miko tampak masuk. "Kak Miko gak jadi pergi?" Tanya gadis itu kemudian bangkit dan duduk di ranjang menghadap kakak laki-lakinya itu. "Gak jadi soalnya mobil kakak dipakai ayah sama bunda. Mereka kondangan dek." Jawab Miko lembut. "Ohh gitu, mau nonton film gak di ruang tengah? Nana lagi pengen nonton film yang waktu itu dibeli kakak itu loh, Nana belum sempet baca." Ucap gadis itu. "Boleh dek, tapi kakak mau bicara dulu sama kamu boleh?" "Boleh, tentang mas Raven yah kak?" Tebak Nana tepat sasaran. Kemudian mereka berdiri dan berjalan menuju taman belakang rumah mereka. "Kakak mau tahu gimana pendapat kamu tentang pernikahan itu?" Tanya Miko langsung pada intinya. Dia harus memastikan bahwa adiknya itu tidak menderita. "Mas Raven ternyata baik kok kak, terus mamah Anggi sama papa Raka juga baik banget. Bahkan Raven sering diomelin sama mama Anggi karena mama belain Nana. Kak Miko tidak perlu khawatir, mas Raven juga sudah membicarakan ini dengan Nana dan Nana memutuskan untuk melanjutkan saja." Jawaban Nana membuat Miko mendesah. Laki-laki itu sebenarnya masih bimbang melepas adik kecilnya menjadi istri seorang Raven Dirgantara. Bukan karena Raven tidak baik, Miko tahu jika Raven bukan laki-laki yang terkenal dengan koleksi perempuannya atau kenakalan dengan obat-obatan terlarang. Tapi lebih karena Raven bukan orang sembarangan, dia memiliki kedudukan tinggi baik di kantornya ataupun di mata kalangan bisnis, dan wajah Raven yang tampan juga membuat Miko khawatir. Pertanyaan Miko tentang kenapa Raven tidak menolek pernikahan itu padahal dia lebih dari mampu juga belum mendapatkan jawaban. Dia sudah bertanya mendetail pada Raven dan jawaban laki-laki itu yang mengatakan menyukai adiknya belum bisa Miko percaya seratus persen. Hati Miko masih sangat bimbang, terlebih mengetahui seberapa polosnya Nana. "Kamu suka Raven?" Pertanyaan Miko membuat wajah Nana memerah dan tanpa menjawab pun Miko sudah tahu jawabannya. Tapi itu justru membuat Miko makin khawatir. Nana akan semakin terluka jika menyukai Raven seandainya saja nanti Raven melukai gadis manis itu. "Nana gak tahu kak, tapi mas Raven baik." Ucap Nana pelan. Miko mendesah lagi. "Sudah berapa banyak laki-laki baik selain ayah dan kak Miko yang kamu temui?" Nana diam saja. " Nggak ada kan?" Ucap Miko lagi. Kali ini Nana mengangguk. Kakaknya benar dia memang masih belum paham tentang lelaki karena tidak memiliki pengalaman sedikitpun. "Kalau kamu memang mau mundur, kakak bisa mengusahakan untuk membatalkan semuanya. Kakak yang akan menanggung kemarahan ayah, kamu tidak perlu khawatir." Ucap Miko lagi. Nana bimbang karena hatinya sudah berat ke Raven, terlebih mendengar pernyataan cinta laki-laki itu tadi. "Kalau Nana mau melanjutkan kak Miko marah nggak?" Tanya Nana hati-hati. Miko tersenyum kemudian menggeleng. "Kakak nggak marah kalau Nana memang mau. Tapi kamu tahu kan kalau kamu menikah, maka kuliah kamu yang sebelumnya kamu impikan mungkin tidak akan terwujud. Selain itu juga ruang gerak kamu mungkin akan lebih dibatasi karena kamu akan menjadi istri seorang Raven Dirgantara. Dia bukan orang sembarangan, kamu sudah tahu. Dia seorang CEO, jabatan yang cukup tinggi di sebuah perusahaan apalagi perusahaan sebesar milik Dirgantara. Kamu akan mendapatkan sesuatu tapi kamu juga harus mengorbankan sesuatu. Kamu mengerti?" Miko memberikan pengertian yang panjang tapi Nana mengerti. "Nana mengerti kok kak, dan masalah kuliah mas Raven juga udah bilang kalau nanti Nana tetep boleh kuliah. Tapi memang bukan di kampus yang Nana pilih sebelumnya." Ucap gadis itu, kali ini membuat Miko sedikit lega. "Raven bilang gitu?" Tanya Miko lagi. Nana mengangguk sebagai jawaban. "Yudah deh kalau kamu memang mau lanjut kakak cuma bisa dukung. Semoga kamu selalu bahagia dimanapun kamu berada yah adik kecil!" Miko mengacak rambut Nana gemas. Matanya sedikit memanas tapi dia ikut bahagia jika adiknya juga bahagia. "Kakak ihh, rambut Nana acak-acakan tau." Ucap Nana sambil cemberut. Miko tertawa. Berharap dalam hati bahwa Raven akan menepati janjinya. Tidak membuat Nana menangis dan akan membuat gadis itu selalu bahagia. Untuk saat ini yang bisa dilakukan Miko hanya mendukung mereka dan menjaganya dari jauh. Tidak menyangka bahwa adik kecilnya justru akan menikah duluan. *** Pernikahan mulai dekat, baik Raven maupun Nana mulai disibukan dengan persiapan pernikahan yang cukup melelahkan. Tapi bagi Anggi semua kegiatan melelahkan itu adalah yang paling menyenangkan. Dia bahkan mulai akrab sekali dengan Yuli dan bersama-sama kesana-kemari memastika semua hal berjalan sesuai rencana. "Makin gak sabar deh nunggu hari pernikahan." Ucap Anggi melihat Nana sedang mencoba gaun pengantin yang terlihat sederhana tapi cantik sekali. Yuli bahkan sudah berkaca-kaca. "Iya mbak, aku juga udah gak sabar. Masih gak percaya juga putri kecilku akan diambil orang." Suara Yuli sedikit serak, membuat Anggi menoleh. Kemudian mengusap punggung Yuli dengan lembut. "Nana tidak akan aku biarkan tidak bahagia, aku akan memukul Raven jika dia sampai membuat Nana menangis. Kamu tenang saja pokoknya. Lagian aku juga sudah meminta Raven untuk membeli rumah yang dekat dengan rumah kita masing-masing sehingga tidak perlu repot jika ingin berkunjung." Ucap Anggi menenangkan. Yuli mengusap air matanya kemudian mengangguk. "Makasih yah mbak sudah mau menerima putri saya, padahal kami bukan siapa-siapa." Ucap Yuli sambil menggenggam tangan Anggi tulus. Anggi tersenyum. "Harusnya aku yang terimakasih karena kalian mau melepaskan Nana untuk makhluk tidak peka seperti Raven dan membuatnya sekarang lebih terlihat seperti manusia." Ucapan Anggi membuat Yuli mau tidak mau tertawa. "Mbak ahh masa anak sendiri dibilang gak kaya manusia sih." Ucap Yuli geli. "Liatin aja tuh, jalan cuek bebek begitu kaya gak ada manusia lain di sekitarnya. liat aja muka datarnya, gak ada manis-manisnya sedikitpun." Ucap Anggi kesal sambil menunjuk ke arah dimana Raven baru saja datang. Yuli terkikik, padahal Raven itu tampan loh, tapi memang sedikit cuek. Yuli bersyukur karena laki-laki itu tidak bersikap secuek itu kepada putrinya. "Ganteng loh mbak Raven itu." Komentar Yuli. Anggi berdecak, kemudian laki-laki itu masuk dan menyalami Yuli dan Anggi dengan sopan. Kakinya langsung menuju tempan Nana berada dan mengusap kepala gadis itu sayang. Ikut berbincang dengan pemilik butik mengenai pakaian yang akan mereka pakai untuk menikah nanti. "Ganteng tapi pelit banget ngomongnya loh Yul, aku suka kesel sendiri. Tapi liat deh, dia manis banget begitu kalau sama Nana, senyumnya juga dimanis-manisin gitu. Banyak ajak Nana ngobrol juga, gemes banget kan?" Ucap Anggi mengulum senyum. Yuli mengangguk setuju karena dia bisa menilai tatapan Raven ke arah Nana bukan seperti tatapan seorang laki-laki yang dipaksa menikah tapi justru seperti laki-laki yang tidak sabar untuk menikah. Yuli bersyukur karena itu, putrinya juga terlihat bahagia. Berarti keputusan yang dia ambil bersama Haryo tidak salah. Keputusan yang sudah mereka pertimbangkan masak-masak. Biar dia dan haryo saja nanti yang akan menerima akibat dari semua ini. Selama Nana bahagia dan berada dalam lindungan orang-orang kuat seperti Raven dan keluarganya dia merasa tenang. Dia akan simpan rapat-rapat rahasia yang ada, tentang alasan Haryo mendesak Raven menikahi Nana. Biarkan Rahasia itu nanti akan terbuka sendiri disaat posisi Nana sudah aman. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN