Bab 1. Pesta Pernikahan Mantan Kekasih

1321 Kata
"Ckckck, kemana sih cowok itu? Nggak profesional banget kerjanya, padahal gua bayar mahal untuk acara malam ini," gerutu seorang gadis yang memiliki pipi yang agak chubby. Matanya memindai sekeliling lobi hotel tempat berlangsungnya acara sembari mengawasi jika sewaktu-waktu pria yang dia tunggu menampakkan batang hidungnya. Akhirnya saat melihat seorang pria dengan kemeja biru navy yang merupakan dress code untuk acara malam ini, Olivia langsung berlari tanpa berpikir panjang. "Aduuh!" Pekik Olivia saat tersandung. Namun sedetik kemudian dia tersadar kalau tidak jatuh di tempat yang seharusnya. Aroma maskulin nan lembut menguar memenuhi rongga hidungnya. Sebuah bantalan kokoh juga menopang tubuhnya yang ambruk akibat dari jatuh tadi. "Ka-kamu," ucap Olivia saat dia menangkap wajah rupawan di lensa matanya. "Kalo jalan hati-hati dong," ucap pria itu dengan nada yang tidak ramah. "Buset! Cakep banget ni orang. Jauh lebih cakep dari fotonya," gumam Olivia dalam hati yang malah mengagumi keindahan di depan matanya. "Maaf, bisa berdiri nggak? Berat nih," seru pria itu membuyarkan lamunan Olivia. "Eh iya, maaf." Olivia segera menegakkan kembali badannya dari pelukan sang arjuna. Sedikit sadar diri jika tubuh Olivia memang lebih berisi dibanding dengan wanita yang memiliki postur tubuh yang sama dengan dia, jadi wajar kalau pria penolongnya merasa keberatan menopang dia lama-lama. "Pantas saja dia memilih profesi ini, mukanya aja spek dewa," ucap Olivia dalam hati. Olivia meraih pergelangan tangan Panji seraya memberi peringatan, "Ayo cepat ikut gua, acaranya udah mulai dari tadi. Ingat! Di dalam sana nanti, lo diem aja. Jangan ngomong kalau nggak terpaksa. Ngerti!” Tadinya Panji berusaha menepis tangan wanita yang baru dia temui hari ini, tapi tak lama pria itu membatalkan niatnya karena merasa seperti pernah bertemu Olivia entah di mana. Olivia segera membawa pacar sewaannya itu menuju ke ballroom hotel, tempat acara pernikahan mantan kekasihnya digelar. Mantan yang dengan kurang ajarnya memutuskannya dan akhirnya menikah dengan adik tirinya tanpa alasan jelas. Panji yang masih kebingungan dengan kejadian ini hanya bisa diam dan mengikuti ke mana wanita berbadan agak gempal itu membawanya. Dia hanya mengerutkan keningnya bercampur rasa kesal atas perlakuan sembrono wanita yang tetap dia lupakan pernah bertemu di mana. Olivia dan Panji masuk ke area pesta. Sejenak Olivia mengedarkan pandangannya untuk mencari, di mana pengantin berada.Tentu saja untuk memamerkan kekasih barunya. Sedikit balas dendam, meski hanya sebuah kepalsuan. “Oliv. Kamu baru dateng? Kirain kamu nggak akan dateng, soalnya acaranya udah mulai dari tadi,” sapa seorang wanita paruh baya yang melihat kedatangan Olivia. Olivia menoleh dan mengembangkan senyumnya dengan lebar sambil melingkarkan tangannya di lengan kekar Panji, “Eh, Tante ... Aku pasti dateng dong, masa nggak dateng di nikahan adik sendiri." Sang tante melihat ke arah Panji dan bertanya dengan rasa ingin tahu yang tinggi, “Dia siapa?” Olivia melihat ke arah Panji, “Dia Rexy. Pacar baru Oliv.” Panji menoleh ke arah Olivia dengan raut wajah bingung, “Rexy? Siapa Rexy?” tanya Panji sedikit berbisik. “Hust. Diem!” sembur Olivia disertai pelototan. “Pacar? Ini beneran pacar kamu?” Sang tante tentu tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Iya. Emang kenapa, Tan? Terlalu ganteng ya.” Olivia senang karena berhasil membuat tantenya terperangah. Sang tante berhasil dibuat terdiam oleh Olivia. Wanita paruh baya itu tidak menyangka kalau wanita yang baru saja ditikung oleh adik tirinya itu kini berani datang ke pesta pernikahan adiknya dengan menggandeng kekasih baru. Tentu saja kekasih yang jauh lebih keren dan sempurna dari pada sang mantan kekasih yang mencampakkannya. Padahal semua orang mengira kalau Olivia yang selama ini sangat dikenal mencintai Yuda, akan menangis darah di hari pernikahan mantan kekasihnya itu. “Tante kok nggak pernah tahu kamu punya pacar baru, Liv?” tanyanya berusaha mengorek informasi. “Sengaja dirahasiakan, Tan. Hubungan kami juga baru banget kok. Jadi masih agak .... Iya 'kan, sayang?” Olivia mencubit lengan Panji untuk memberi kode agar membantunya meyakinkan tantenya. “Aduh!” ucap Panji kaget karena tiba-tiba ada cubitan di lengannya. Panji melihat mata Olivia berkedip seolah sedang memberinya kode. Dengan kecerdasan tinggi yang dia miliki, Panji pun mengerti arti kode yang diberikan oleh wanita aneh di sampingnya itu. “Oh iya, Tan. Kami baru aja pacaran kok. Oliv lucu. Dia menyenangkan dan bikin aku tertawa terus,” sahut Panji ikut bersandiwara. "Memang yang udah pro nggak kaleng-kaleng kualitasnya," ucap Olivia dalam hati mengagumi akting Panji. "Oh kalau gitu Tante permisi dulu, silahkan nikmati pestanya," ucap sang tante yang salah tingkah lalu meninggalkan Olivia dan 'kekasih barunya'. “Waah ... liat nih. Siapa yang dateng ke sini.” Baru saja Olivia menghela napas lega, suara seorang wanita terdengar. Membuat Olivia dan Panji segera menoleh ke sumber suara. Terlihat pasangan pengantin di acara ini datang menghampiri mereka. Senyum merekah ditangkap oleh netra Olivia. Senyum yang membawa luka perih di hatinya. Luka karena seharusnya dia yang menjadi pengantin wanita. Tapi tanpa aba-aba, Yuda memutuskan menikahi adiknya setelah mencampakkan dirinya 7 bulan yang lalu. Belinda, adik tiri Olivia melihat ke arah kakaknya lalu berpindah pada Panji yang masih setia berdiri di samping Olivia. Dua alis melengkungnya itu sampai hampir terpaut saat menatap paras rupawan milik Panji. “Siapa dia, Kak?” tanya Belinda. “Pacar gua,” jawab Olivia dengan penuh percaya diri. “Pacar? Jangan becanda deh kamu, Liv!” sahut Yuda yang juga ada di sana. “Siapa juga yang becanda. Emang lo pikir gua nggak bisa dapet yang lebih dari lo?!” sambar Olivia dengan nada ketus. “Ck! Heh, dibayar berapa sama kakakku buat dateng ke sini sama dia? Pasti dibayar mahal ya. Secara yang nyewa cewek–“ Belinda tidak melanjutkan kalimatnya, tapi malah terkikik sambil melihat kakak tirinya dari atas ke bawah. “Dibayar? Enggak. Aku emang pacarnya. Kami pacaran.” Panji mencoba memainkan perannya dengan terpaksa sembari menggali ingatannya tentang Olivia. “Kamu pacaran ama dia? Aduh, kayaknya ada yang salah ama ni orang.” Yuda ikut menyahut dengan sinis. “Eh Kak, kamu tuh kalo nyari pacar yang ngotak dikit dong. Jangan nyiksa orang dengan nyuruh orang itu nahan malu tiap kali jalan ama Kakak." “Cukup Yuda yang ngalamin itu, jangan orang lain!” lanjut Belinda. Si pengantin wanita melihat ke kakaknya lagi, “Sadar diri kek. Liat tuh badan. Lemak pada keluar di mana-mana. Belum lagi gaya pakaian kakak. Ampun dah, nggak stylist banget. Orang bego pun nggak akan mau jalan ama kakak! Dan sekarang kakak bilang dapet cowok sekeren ini dengan cepat dan nyuruh kami percaya? Ngimpi!” “Bukan cuma itu aja, Sayang. Udah badannya bulet, dia juga malu-maluin kalo di ajak jalan. Mana jerawatan pula itu muka. Mana ada orang yang mau ama kamu.” Yuda ikut menambahi. “Aku bertahan 6 tahun sama kamu, karena aku butuh kamu buat bantuin aku ngerjain tugas kuliah dan kerjaan kantor aku. Cuma isi kepala kamu itu aja yang bisa diandelin ... yang lainnya nol besar!” imbuh Yuda. Umpatan demi umpatan terus meluncur dari mulut pasangan pengantin itu untuk Olivia. Tentu saja hal itu membuat luka di hati Olivia yang masih basah itu semakin perih. Panji melirik ke arah Olivia. Dia melihat wanita yang sejak tadi meremas lengan kemejanya itu mulai berembun. Dia sangat yakin kalau saat ini Olivia pasti sedang terluka ditambah malu, karena orang-orang di sekitar mereka mulai melihat ke arah mereka berdiri. “Heh, kamu! Jangan jadi cowok bego! Apa kamu udah katarak ya, ampe gak bisa ngebedain mana cewek bibit unggul ama gulma,” ucap Belinda menertawakan Panji. Yuda memajukan tubuhnya hingga wajahnya mendekat pada Olivia. “Kamu nggak lagi mau bikin aku cemburu 'kan, Liv? Aku gak akan cemburu, karena aku nggak pernah cinta sama kamu. Kamu jual diri ke aku pun, aku nggak akan mau sentuh badan menjijikkan kamu,” bisik Yuda tepat di depan Olivia. Panji menghembuskan napas kasar lalu menarik Olivia dalam pelukannya dan mencium bibir Olivia dengan penuh gairah. Sampai-sampai Yuda dan Belinda terbelalak melihatnya. Setelah puas mempertontonkan adegan panas itu Panji melepaskan ciumannya dan berkata dengan nada lantang, "Kalau begitu saya adalah pria bego itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN