bc

The Exiled Red

book_age16+
70
IKUTI
1K
BACA
dark
tragedy
serious
mystery
like
intro-logo
Uraian

Suatu hari, saat Yuuji sedang fokus bekerja di kebunnya, dia dikagetkan dengan suara jeritan dari ibu dan ayahnya yang terdengar dari dalam rumah. Sontak, ia langsung berlari untuk memastikan apa yang terjadi sampai orangtuanya melengking dengan sebegitu histerisnya, dan tertampaklah wajah tercengang Yuuji yang sangat memilukan saat dia melihat orang tuanya terbaring lemas di permukaan kasur dengan darah yang mengucur dari leher masing-masing, membasahi ranjang dan lantai. Mereka tewas tepat di depan Yuuji dengan kondisi yang mengenaskan, membuat anak itu jadi tidak bisa menahan tangisannya.

Tanpa diketahui siapa pelaku dari pembunuh orang tuanya, Yuuji berakhir ditangkap oleh polisi karena dijadikan sebagai tersangka dari kasus pembunuhan tersebut, sampai beberapa hari kemudian, ia dimasukan ke dalam penjara. Sungguh pilu nasib anak itu. Tidak pernah Yuuji menduga kalau hidupnya akan jadi seperti ini, terlalu menyakitkan. Berhari-hari Yuuji menghabiskan waktunya di dalam sel dengan mengutuk pembunuh orang tuanya. Jika diberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang itu, mungkin Yuuji akan mencabik-cabiknya hingga tak tersisa.

Dapatkah Yuuji menemukan pelaku dari pembunuh orang tuanya?

Penasaran?

Mari ikuti kisah petualangan hidup Yuuji!

chap-preview
Pratinjau gratis
Red - 01
Ada seseorang yang melempar kerikil pada besi-besi selku, entah siapa pelakunya, tapi hal itu membuat kami bertiga terdiam seketika. "Siapa itu?" ucapku dengan nyaring agar pelakunya mengaku dengan jujur. Tidak ada jawaban. Percuma saja, akhirnya, kami berhasil menghabiskan sarapan kami dengan lahap. Seperti biasa, piringnya kami letakkan di dekat area luar sel agar robot kucing itu dapat mengambilnya kembali untuk dicuci tapi tiba-tiba saja, PRAY! Piring salah teman satu selku pecah saat dia baru saja meletakkan benda itu di sana, penyebabnya karena sebuah kerikil telah jatuh ke permukaan piring dengan lemparan yang tinggi, membuat piring itu hancur seketika. Berkat suara piring pecah, membuat semua tahanan menolehkan pandangannya pada sel kami, tepatnya ke salah satu teman selku. "Pi-piringnya pecah? Ke-kenapa bisa begitu?" Beberapa orang kaget melihatnya. "Sepertinya ada yang sengaja melemparkan kerikil ke piringnya." "KATAKAN! SIAPA YANG MELEMPARKAN KERIKIL-KERIKIL PAYAH INI! WAHAI PARA TAHANAN!" Teman satu selku yang baru saja piringnya pecah langsung berdiri dan berteriak dengan menggebrakkan besi yang mengurungnya. "JIKA TIDAK ADA YANG MENGAKU! AKU AKAN MENGHAJAR KALIAN SEMUA SEKALIGUS!" Singa pemarah sudah meraung kencang, tapi semua tahanan tidak ada yang menjawab raungan itu, mereka semua terdiam di sel masing-masing. Sebenarnya ada apa ini? Biasanya mereka akan riuh dan ramai jika ada seseorang yang menganggu ketenangan mereka? Seperti saat aku menyelidiki tentang pengamanan ketat di penjara ini, mereka semua kompak memakiku, meneriakiku, menghinaku, tapi sekarang, tiba-tiba saja semua tahanan terdiam. Sunyi sekali rasanya, padahal ini masih pagi. "Aku tahu ini," Salah satu teman satu selku yang berkaca mata mulai berkata tanpa berdehem seperti biasanya. "Kalian semua pasti sudah berpihak pada Robot Kucing itu, iya, kan? Kalian semua diperintah untuk mengabaikan kami, benar 'kan?" "Itu salah," Mendadak salah satu orang yang menghuni sel sebelah yang tubuhnya kurus menimpali ucapan si mata empat dari sel sebelah. "Mereka semua-ah tidak, maksudku, kami semua ingin meminta maaf pada kalian karena saat itu, kami telah membuat kalian tertindas, tersakiti, dan tertekan, bahkan, kami juga telah merampas jatah makanan kalian, membuat kalian tidak mendapatkan makanan satu pun. Aku, beserta mereka semua, ingin meminta maaf pada kalian semua. Kami tahu kalian telah dibawa oleh para penjaga baru itu dan ditindas habis-habisan, karena itulah, itu membuat kami semua merasa bersalah." Aku, dan yang lainnya terkejut mendengar pengakuan dari orang itu yang mewakili perasaaan para tahanan yang lain. Jujur saja, itu membuat kami berlima terharu mendengarnya. … Musim dingin telah turun, menyelimuti bangunan penjara ini dengan hujan salju, membuat genting dan pepohonan tertutupi oleh salju yang tertiup kencang. Hawa dingin mulai menusuk kulit para manusia yang tinggal di sana, apalagi mereka yang terkurung di sel bawah tanah, karena angin super dingin itu berhembus masuk melalui sela-sela atap yang berlubang, membuat para tahanan hampir mati membeku. Termasuk aku yang berada di salah satu sel bersama dua temanku, kami bertiga meringkuk di lantai karena tidak kuat menahan hawa dingin yang semakin lama semakin membunuh. Kami juga memeluk tubuh kami sendiri dengan erat, mencoba menghangatkan diri. Tidak adil sekali melihat tahanan lain yang tertidur nyenyak menggunakan selimut super tebal pemberian robot kucing itu, kalau tahu akan jadi begini, seharusnya aku juga meminta satu untukku, tapi sayangnya, robot itu hanya datang ketika waktu tertentu saja. Padahal, tadi sore cuaca masih hangat-hangat saja, tapi mengapa tiba-tiba datang badai salju saat semua orang akan pergi ke alam mimpi? Tentu saja itu membuat kami tidak bisa tidur nyenyak jika terus begini. Ternyata cuaca memang sulit diprediksi, ya? Aku cukup penasaran pada para tahanan yang punya insting kuat untuk meminta selimut pada robot kucing itu tadi sore, apakah mereka sudah mengetahui sejak awal bakal ada badai salju yang akan turun di malam hari? Mengerikan sekali, membayangkannya saja membuatku takut, maksudku, mungkin saja, mereka itu memiliki indera keenam, sama seperti tahanan-tahanan lain yang juga meminta selimut dalam waktu bersamaan. "Hey, jangan menilai aneh-aneh tentang mereka." tiba-tiba salah satu temanku yang berkaca mata bersuara dari sebelahku, kami sedang dalam posisi yang sama di lantai, yaitu meringkuk seperti kucing. "Huh? Apa maksudmu?" Jujur saja, aku barusan memang berpikir hal-hal aneh tentang orang-orang yang meminta selimut tadi sore, karena kupikir mereka seperti seseorang yang memiliki indera keenam, tapi, bukankah aku tidak mengatakan apa pun padanya soal itu? Ayolah, aku kan sedang berbicara dengan pikiranku? "Kau sudah lupa, ya?" Dia menggeserkan badannya mendekatiku, lalu dia tersenyum tepat di depan wajahku, senyumannya sangat menakutkan. "Aku punya pendengaran yang tajam, lho." Ah, aku lupa soal itu! Dia memang memiliki kelebihan itu, yang bisa mendengar suara apa pun walau terhalang oleh dinding atau pun baja sekali pun. Wajar saja, dia pun bisa mendengar pikiran orang lain, tapi tetap saja, tidak sepenuhnya bisa didengar. Aku menghembuskan napas. "Huh, iya-iya, aku tahu," ucapku dengan memutarkan bola mataku. "Aku berpikir begitu karena aku iri melihat mereka yang bisa tidur enak dengan selimut yang tebal, sedangkan kita ...." "Kurasa begini menyenangkan," katanya. "Aku mengerti perasaanmu, tapi, jika kau memutar balikkan fakta, bukankah di tempat ini hanya kita yang bisa bersenang-senang? Dengan posisi meringkuk begini, kita bisa melakukan apa saja, seperti," Orang itu langsung melebarkan lengannya membuat tubuhku dan tubuh temanku yang lain bergeser ke pojokan. "Menyingkirkan teman-temanmu dari areamu sendiri." Aku beranjak dari lantai dan tersenyum lebar. "Dan kurasa, aku akan memberi pelajaran pada dia yang telah menyingkirkan tubuh teman-temannya! Haha!" Dan aku langsung menggelitik badan orang itu hingga kami berdua tertawa bersamaan. Bug! Mendadak, beberapa teman satu selku bangun, mereka menoleh padaku dan si mata empat dengan tatapan tajam yang menusuk. "Aku tidak suka tidur nyenyakku diganggu oleh orang-orang bodoh seperti kalian." Kemudian, mereka kembali berbaring, memunggungi kami. Ada yang aneh, aku langsung bertanya pada si mata empat. "Hmm, ngomong-ngomong dari mana kau mendapatkan kaca mata baru itu?" "Bukan urusanmu." balas si mata empat yang masih tidur memunggungi kami. Dia itu kalau tidur sangat merepotkan, kami pasti harus menjaga suara agar dia tidak terbangun dan melontarkan kalimat-kalimat tajam seperti tadi. Benar-benar merepotkan. Dia mencolek pinggangku, lantas aku menengok padanya. "Ada apa?" tanyaku dengan antusias. "Tadi siang, aku meminta sendiri pada robot kucing untuk diberikan kaca mata yang baru, dan robot itu langsung memberikan benda itu sore tadi, di saat mereka meminta selimut hangat." Jelasnya dengan tersenyum hangat. "Hey, Yuuji, kurasa aku tidak pernah melihatmu meminta sesuatu pada robot itu, apa kau tidak punya rencana untuk meminta suatu benda?" Aku merenung seketika, dia benar, selama ini, aku tidak pernah meminta apa pun pada robot itu, padahal semua orang di sekitarku selalu melakukannya. Aku terlintas sesuatu, ya, mungkin itu bisa kujadikan sebagai permintaan pada robot itu. "Baiklah!" Aku menepuk telapak tanganku dengan semangat. "Aku akan meminta celana dalam pada robot itu!" Mendengarnya, si mata empat menahan tawa. "Yah, kurasa itu permintaan yang bagus."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Legend Of The Wolf Alliance

read
58.4K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
22.3K
bc

Wolf Alliance Series : The Gate of Sin

read
41.1K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.5K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.7K
bc

The King's Slave (Indonesia)

read
190.1K
bc

Delivery Love (Indonesia)

read
950.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook