Waktu telah menunjuk angka delapan malam. Rhea dan Mario baru saja menyelesaikan acara makan malamnya setelah menidurkan Kaisan yang sudah merengek ingin tidur meski jam baru menunjuk angka delapan. “Mungkin lelah, makanya jam segini udah ngamuk-ngamuk pengen tidur. Kalau Kaisan lagi ngamuk kayak gitu, jangan ikutan ngamuk, Sayang. Dia butuh kasih sayang, bukan malah dimarahin balik.” Rhea lalu menatap datar wajah suaminya itu. “Aku udah lembutin juga, tadi. Dia malah makin menjadi. Aku nggak tahu gimana nanti cara menenangkan Kaisan kalau tantrumnya kumat.” “Kalau nanti nggak ada aku? Memangnya aku mau pergi ke mana sih, heum? Paling jauh juga ke kantor.” Mario seolah tak mau membahas kematiannya yang mungkin akan terjadi cepat atau lambat. Mario lalu menghela napasnya dengan panj