Rhea terdiam sejenak. Ia masih berdiri di samping mobilnya dengan tangan kirinya sudah memegang pintu mobil, hendak masuk ke dalam. “Siapa, orangnya?” tanyanya dengan pelan. Jantungnya sudah berdebar dengan kencang, negara yang disebutkan oleh asisstennya itu membuatnya cemas bukan main. Bukan tidak bisa berpikir jernih. Namun, hal yang selalu ia takutkan selama ini khawatir terjadi. Belum saatnya, dia harus kembali berpisah dengan suaminya itu. Kebahagiaan mereka baru saja hendak diukir. “Mrs. Ellena, Bu. Beliau adalah asissten pribadi dari Ibu Yunita. Ingin bertemu dengan Ibu sekarang juga.” Tubuh Rhea kaku saat itu juga. Kala mendengar tamu tersebut yang ingin bertemu dengannya. “Dari mana mereka tahu kantorku?” ucapnya dengan pelan. “Ibu, tidak kenal dengan beliau?” tanyanya