Hari dimana yang Bianca dan Willy tidak inginkan pun akhirnya terjadi. Willy terpaksa harus ke Bali karena paksaan dari Bianca. Memang setelah makan siang tiga hari itu Bianca tidak lagi berbicara tentang masalah ini.
Malam harinya Bianca pun memikirkannya sendiri. Bianca berpikir panjang semalaman, dan akhirnya Bianca memutuskan untuk merelakan Willy ke Bali. Bianca juga sudah mengecek artikel tentang menjaga hubungan jarak jauh dari internet.
Menurut Bianca sekarang ini zaman sudah modern dan teknologi berkembang begitu pesat. Walaupun mereka berjauhan setidaknya sekarang sudah ada hanphone pintar dalam genggaman mereka. Bianca masih bisa melakukan video call dengan Willy, menghubunginya ataupun sekedar mengirim pesan. Setiap saat, setiap detik pasti Willy akan menyempatkan untuk menghubunginya.
Dan akhirnya Bianca pun menjekaskannya kepada Willy. Awalnya Willy menolak dan tetap tidak mau pergi. Tetapi Bianca dengan segala cara memaksa Willy untuk tetap pergi. Bianca pun berjanji akan selalu menghubungi Willy lebih dahulu dan mengabarkan setiap yang dia lakukan agar Willy tidak perlu mencemaskannya.
Satu hari sebelum pergi karena Bianca mogok tidak mau berbicara dengannya sampai tidak ingin tidur dengan Willy, akhirnya Willy pun dengan terpaksa menyetujui untuk ke Bali. Di depan Willy Bianca berpura-pura bahagia, padahal sebenarnya hatinya sedih karena harus berpisah.
Minggu-minggu awal semenjak Bianca dan Willy menjalankan hubungan jarak jauh, semua berjalan aman dan biasa saja. Rencana awalnya Bianca yang akan lebih dahulu menghubungi Willy, tetapi kenyataanya Willy yang lebih dahulu menghubunginya. Setiap jam pasti Willy akan selalu menghubungi Bianca lewat pesan, telepon, sampai video call.
Hubungan Bianca dan Willy pun berjalan baik-baik saja. Bianca selelah apapun dirinya dia selalu menerima telepon dari Willy dengan tersenyum. Bianca dan Willy saling bertukar cerita tentang kegiatan yang mereka lakukan. Walau memang sebenarnya merasa sangat rindu tetapi Bianca menahan rasa rindunya.
Bali
Hari ini Willy sedang mengemasi barang-barangnya. Willy sangat senang sekali karena besok pagi Willy akan terbang ke Jakarta. Akhirnya pekerjaannya di Bali sudah selesai dan kini Willy bisa berkumpul lagi dengan Bianca.
Willy tersenyum saat dia memasukkan frame foto dirinya dan Bianca. Willy mengukir ukiran abstrak dengan jari tangannya di wajah Bianca. Lalu Willy mencium wajah Bianca di foto itu.
“Aku sangat merindukanmu Bii” ucap Willy.
Sore hari Willy baru saja selesai mandi dan memakai jubah mandinya. Sebenarnya malam ini Willy ingin beristirahat lebih awal agar besok dia bisa bangun lebih pagi. Sayangnya Pak Bima mengadakan acara malam ini dan Willy harus datang ke acara itu.
Ponsel Willy bergetar dan Willy pun segera mengangkatnya karena dia melihat ternyata Bianca yang menghubunginya.
“Halo sayang” ucap Willy saat mengangkat telepon dari Bianca.
“Wil kamu akan pulangkan?” tanya Bianca.
“Hem, bagaimana ya. aku masih ada pekerjaan” jawab Willy sedikit meledek Bianca.
“Oh” ucap Bianca nada berubah sedih.
“Kenapa cuma oh?” tanya Willy yang hampir ingin tertawa jika dia membayangkan wajah sedih Bianca.
“Oh tidak apa-apa. Aku cuma mau minta izin, besok aku ingin pergi bersama Nathan. Dia bilang mau mengantarku ke baby shop” ucap Bianca dengan tenang.
“Jangan coba-coba jalan dengan pria lain BIANCA PRATAMA” ucap Willy yang berubah nada kesal mendengar istrinya akan pergi bersama pria lain. Apalagi pergi untuk membeli perlengkapan bayi.
Bianca pun tertawa dari seberang sana. Padahal Willy yang berniat menggoda Bianca, tapi Willy yang ternyata berhasil dijahili oleh Bianca.
“Kamu tertawa. Ah, dasar istri nakal, kamu berhasil menggoda suamimu ini ya. Nanti kalau aku sudah pulang akan aku hukum kamu” ucap Willy.
"Ha ha ha. kamu harus pulang besok. Apa kamu tidak melihat aku dan calon anak kita” ucap Bianca berubah manja.
“Tentu aku sangat merindukan kalian. Aku juga ingin cepat pulang sayang. Kamu mau aku bawakan apa?” tanya Willy dengan lembut.
“Aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin kamu kembali dengan selamat dan berkumpul lagi” ucap Bianca.
“Iya sayang. Aku pasti akan pulang. Aku sangat merindukan kamu Bii. Setiap hari hanya melihatmu lewat video call aku merasa bosan dan ingin memelukmu Bii” ucap Willy.
“Kamu tidur sendiri dihotelkan” ucap Bianca.
“Tentu saja. Memangnya aku mau tidur dengan siapa lagi disini” ucap Willy.
“Sayang lihat Papa akan pulang sebentar lagi” ucap Bianca sambil mengusap perutnya.
“Bii, tunggu aku sebentar lagi ya. Aku janji setelah ini kita bisa sama-sama lagi” ucap Willy.
“Kenapa kamu tidak pulang malam ini saja Will?” Tanya Bianca.
“Aku inginnya seperti itu sayang. Tetapi malam ini ada acara makan malam bersama Pak Bima dari Bams Corp. Aku tidak bisa menolaknya” ucap Willy.
Bianca menunjukkan wajah cemberutnya.
“Bii, ayolah jangan seperti itu. Besok aku akan pulang. Yang memaksaku ke Bali siapa?” Tanya Willy.
“Iya, iya. Aku hanya merindukan suamiku dan ingin secepatnya kembali bersama-sama lagi” ucap Bianca.
“Bii, besok-besok jika ada yang meminta bekerjasama dan aku harus meninggalkanmu aku akan menolaknya. Dan kamu Bianca Pratama jangan coba-coba memaksaku untuk pergi” ucap Willy.
“Kenapa?” Tanya Bianca dengan polos.
“Karena aku tersiksa jauh dari kamu Bii. Setiap malam aku tidak bisa tidur” ucap Willy.
Bianca terkekeh mendengar ucapan Willy.
“Kenapa tertawa?” Tanya Willy.
“Kamu terlalu berlebihan” ucap Bianca.
“Aku serius Bii. Selama ini disampingku selalu ada kamu. Dan selama beberapa bulan ini kita berhubungan jarak jauh tentu saja membuat merasa kesepian” ucap Willy.
“Iya Will, aku juga merasakan hal yang sama. Maaf ya karena waktu itu aku memaksamu untuk pergi” ucap Bianca.
“Iya” ucap Willy menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu kamu siap-siap ya. Aku juga mau mandi” ucap Bianca.
“Iya, jangan lupa makan ya” ucap Willy.
“Tentu, kamu juga ya. Sampai bertemu besok” ucap Bianca.
“Iya, sayang. I love you” ucap Willy dengan senyumnya.
“I Love you too” jawab Bianca.
Malam ini Willy sudah datang ke acara undangan dari Pak Bima. Jadi Pak Bima sengaja menyewa restoran ini khusus untuk karyawan dan tamunya. Semua makanan dan minuman tersaji, mereka semua pun terlihat menikmati makanan sambil berbincang-bincang.
Willy melihat jam di tangannya sudah hampir jam 12 malam. Willy sepertinya harus segera kembali ke hotel agar besok pagi dia tidak terlihat lelah. Dia ingin besok saat pulang bisa menghabiskan waktu seharian bersama Bianca yang sangat dia rindukan. Jadi kalau malam ini dia pulang sampai dini hari, Willy takut besok sampai Jakarta akan kelelahan.
Akhirnya Willy memilih pamit kepada Pak Bima. Padahal Pak Bima masih menahannya. Tetapi Willy tetap izin pamit. Akhirnya Pak Bima pun mengizinkannya. Kebetulan Pak Bima besok juga akan berangkat ke Singapura.
Willy menuju mobilnya yang ada diparkiran. Dia membuka pintu lalu masuk ke dalam mobilnya. Sebenarnya malam ini Willy enggan untuk menerima undangan makan malam dari Pak Bima. Tetapi Willy merasa tidak enak, apalagi semenjak dia sudah bersama Bianca, Bianca selalu memintanya untuk ramah dengan semua orang.
Ya, walau belum sepenuhnya Willy bisa bersikap ramah, setidaknya menghadiri makan malam seperti ini bisa dikatakan kemajuan. Karena seorang Willy itu tidak mau berbasa-basi. Dirinya hanya bertemu orang lain untuk urusan pekerjaan tidak lebih.
Dia melakukan semua ini demi istrinya tercinta Bianca Pratama. Willy takut Bianca akan pergi lagi meninggalkannya. Apalagi saat ini Bianca sedang mengandung anak mereka, dan dalam beberapa minggu anak mereka akan lahir. Willy sudah sangat tidak sabar menunggu kehadiran anaknya dan Bianca.
“Kenapa sampai sekarang Bianca tidak juga mengatakan jenis kelamin calon bayi kami” ucap Willy pada dirinya sendiri sambil mengemudi.
“Itu surprise sayang. Aku akan mengatakannya kalau kamu sudah kembali ke Jakarta” ucap Willy menirukan ucapan Bianca ketika dirinya selalu bertanya apa jenis kelamin anak mereka.
“Laki-laki atau perempuan, aku akan sangat bahagia Bii, apalagi bayi itu dilahirkan olehmu. Bii, Bii aku sangat mencintaimu” ucap Willy dengan tersenyum.
Willy memandang cincin pernikahan mereka. Willy pun mengingat bulan madu mereka setelah dari Kalimantan. Karena Bianca masih trauma naik pesawat, Willy sengaja memilih kota Bandung agar bisa mereka datangi tanpa naik pesawat.
Willy tersenyum-senyum saat mengingat bagaimana Bianca dan dirinya melakukan hubungan suami istri mereka tanpa paksaan. Mereka melakukannya dengan perasaan cinta mereka dan itu sangat indah bagi Willy. Willy tidak pernah melupakan momen itu.
Ya, walau sebenarnya Willy sedih. Pertama kali dia menyentuh Bianca dulu dengan paksaan dan kasar. Apalagi di dasari egonya. Dan Willy tahu Bianca sangat kecewa padanya dulu. Willy menyesal kenapa dia dulu bisa seperti itu kepada Bianca.
“Bii, kamu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Aku janji akan menjagamu selamanya” ucap Willy lagi.
Entah kenapa Willy benar-benar menjadi penurut semenjak Bianca kembali kepadanya. Apapun yang Bianca minta atau katakan, sebisa mungkin Willy selalu mengabulkannya. Semua itu Willy lakukan semata-mata hanya karena dia takut Bianca akan pergi lagi darinya. Perasaan Willy saat ini sangat bahagia sekali, apalagi besok dia akan kembali ke Jakarta dan bertemu Bianca
Jalan raya sudah sangat sepi jam 12 malam ini. Untungnya di depan sedang lampu hijau, Willy pun terus mengendarai mobilnya. Saat di perempatan jalan, Willy melihat mobil melaju dengan sangat kencang. Willy mencoba menghindari mobil itu, sayangnya mobil itu terlalu cepat sehingga tabrakan pun tidak bisa dihentikan.
Bruuuuuk
Mobil Willy dan mobil yang menabrak Willy sama-sama terpental. Willy yang kepalanya terbentur strir mobil dengan sangat kencang sudah tak sadarkan diri ditambah darah yang keluar dari pelipisnya. Sementara itu mobil yang menabraknya terlihat lebih mengenaskan karena posisinya terbalik.