12. Aditya Pratama

1652 Kata
Jakarta Semenjak semalam Willy menghubunginya kini Bianca pun menjadi lebih semangat lagi dalam menjalani kesehari-hariannya. Ya, walaupun Willy belum bisa kembali saat ini, tetapi hanya mendengar kabar Willy baik-baik saja Bianca sudah sangat bahagia. Sebenarnya masih banyak yang mau Bianca ceritakan kepada Willy semalam, tetapi karena malam semakin larut dan Bianca juga kelelahan pembicaraan mereka pun terputus. Ya, akan tetapi Willy berjanji akan menghubungi Bianca kembali. Bianca saat ini terlihat sedang berjemur di halaman rumahnya bersama Aditya. Nama yang Willy berikan semalam. Bianca suka sekali dengan nama itu. Sebenarnya Bianca mencemaskan keadaan Willy yang katanya Willy ada di rumah sakit dan habis kecelakaan. Tetapi Willy mengatakan dia baik-baik saja setidaknya Bianca sangat tenang. “Bii, mau dimandikan baby boy yang tampan ini?” Tanya Mami yang menghampiri Bianca. “Sebentar lagi ya Mi” ucap Bianca. “Uh, cucu Mami imut sekali” ucap Mami yang gemas melihat pipi gembul dari Aditya. “Oh ya, apa kamu sudah memberi nama baby boy tampan ini?” Tanya Mami. “Sudah Mi” ucap Bianca menganggukkan kepalanya dengan semangat. “Siapa?” Tanya Mami penasaran. “Aditya Pratama” jawab Bianca tersenyum. “Nama yang indah” ucap Mami. “Iya Mi. Nama ini Willy yang berikan” ucap Bianca. “Willy” ucap Mami penasaran. Ups Bianca hampir saja terlupa, dia sudah berjanji kepada Willy untuk tidak mengatakan keberadaan Willy dulu. “Iya, aku dan Willy sudah mempunyai nama untuk bayi kami waktu itu” ucap Bianca memberikan alasan yang masuk akal. “Oh begitu” ucap Mami menganggukkan kepalanya. Mami pun tidak curiga. Melihat Bianca hari ini semangat dan lebih ceria membuat Mami terlihat ikut bahagia. Sebenarnya Mami menyarankan Bianca untuk menyewa seorang pengasuh, tetapi Bianca menolaknya. Bianca ingin mengasuh sendiri putranya itu. “Oh iya Bii. Seminggu ke depan Mami dan Papi mau ke Singapura” ucap Mami. “Oh, yasudah tidak apa-apa Mi. Mami pergi saja” ucap Bianca. “Tetapi Mami tidak ikut” ucap Mami. “Kenapa?” Tanya Bianca. “Nanti kalau Mami pergi, siapa yang menjaga kamu dan Aditya” ucap Mami. “Mami, aku bukan anak kecil lagi. Mami pergi saja temani Papi. Kewajiban Mami itu adalah bersama Papi bukan bersamaku dan Aditya. Lagi pula Mami tenang saja disini ada Bi Inah yang temani Bianca. Kalau ada apa-apa aku bisa menghubungi Naena ataupun Icha” ucap Bianca. “Tetapi kamu baru saja melahirkan Bii. Mami mengkhawatirkanmu” ucap Mami. “Mami percaya sama aku. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Mami tenang saja ya” ucap Bianca meyakinkan Mami. “Mami senang melihat kamu sudah semangat lagi” ucap Mami mengusap pipi Bianca. “Iya Mi. Aku harus semangat mengurus Aditya. Agar kalau Papanya Aditya pulang dia akan sangat senang melihat putra kecilnya ini dirawat dengan baik oleh Mamanya” ucap Bianca sambil menatap wajah Aditya. “Iya sayang. Semoga Willy cepat kembali ya” ucap Mami. “Iya Mi. Aku sekarang sudah lebih tenang. Aku percaya Willy baik-baik saja dan akan kembali” ucap Bianca. “Sayang. Mami juga ikut tenang dan senang” ucap Mami memeluk Bianca. “Terima kasih Mi” ucap Bianca. “Yaudah yuk, kita mandikan Aditya, kasihan dia sudah merah kulitnya” ucap Mami. “Oh sayang, mau mandi ya. Yuk kita mandi ditemani Mama sama Oma” ucap Bianca kepada Aditya. Bianca menggendong Aditya dan melangkah masuk ke dalam. Mami pun mengekori dibelakang. Mereka masuk ke kamar Aditya yang tepat di samping kamar Bianca dan Willy. Ya, kamar bayi ini memang sudah dipersiapkan oleh Bianca dan Willy sebelum Willy pergi. Saat itu mereka memang sengaja tidak mau tahu dulu jenis kelamin bayi mereka. Karena kalau Willy bilang supaya menjadi kejutan. Dan akhirnya mereka pun memilih tema berwarna biru di kamar bayi ini. Mulai dari Kasur bayi, hiasan dinding, gorden sampai cat di temboknya semua berwarna biru. Bi Inah sudah mempersiapkan air hangat di bak mandi bayi. Bianca di bantu Mami pun memandikan Aditya. Ya, walau baru belajar sebenatr Bianca sudah terlihat pandai memandikan Aditya. Lihat saja Aditya terlihat nyaman berada di tangan Bianca. Apalagi saat Bianca menggosok tubuh Aditya dengan lembut. “Sudah mandinya sayang, sekarang kita pakai baju” ucap Bianca menggendong kembali Aditya. Mami mempersiapkan baju, minyak telon di atas ranjang. Bianca pun meletakkan Aditya dengan hati-hati, setelah itu mengelap tubuh Aditya dengan handuk. Bianca menuangkan sedikit minyak telon ke tangannya lalu dia usapkan ke tubuh Aditya dengan lembut. Tap Tap “Bu, maaf ada telepon dari Ibu Naena” ucap Bi Inah. “Oh sebenatr Bi” ucap Bianca. “Kamu terima telepon dulu dari Naena, siapa tahu penting. Biar Mami yang teruskan ya” ucap Mami. “Iya Mi” ucap Bianca. Mami pun mengambil alih untuk memakaikan Aditya baju, lalu Bianca melangkah keluar kamar Aditya untuk menerima telepon dari Naena. “Halo, Naena” ucap Bianca. “Bii, gawat” ucap Naena. “Ada apa?” Tanya Bianca. “Bu Rita, minta cancel semua dekorasinya” ucap Naena. “Kenapa bisa begitu. Bukannya Mba Laras sudah setuju dengan tema yang kita kasih” ucap Bianca. “Iya Bii. Jadi waktu kamu lahiran. Maaf ya aku dan Icha belum sempat cerita sama kamu” ucap Naena meminta maaf. “Iya tidak apa-apa, cerita saja sekarang” ucap Bianca. “Kamu lagi repot sama baby boy tidak?” Tanya Naena yang merasa tidak enak karena saat ini Bianca sedang cuti lahiran. “Aditya lagi sama Mami” ucap Bianca. “Aditya namanya” ucap Naena. “Iya, Aditya Pratama” ucap Bianca. “Nama yang bagus Bii” ucap Naena. “Terima kasih” ucap Bianca. “Yaudah, lanjut donk ceritanya” ucap Bianca. “Iya, jadi waktu kamu lahiran. Mba Laras datang sama Mas Riyan. Mereka minta temanya disesuaikan dengan yang Ibu Rita mau. Nah, kita belum menyiapkan semuanya secara mereka dadakan bilangnya. Sedangkan semua bunga dan hiasan sudah kita pesan Bii, minggu depan tinggal dipasang. Aku sama Icha belum bilang setuju” ucap Naena menjelaskan. “Terus” ucap Bianca. “Kalau Mba Laras sama Mas Riyan mereka mengerti, Cuma Ibu Rita ini dia ngotot bangat tidak mau pakai tema warna coklat katanya gelap gitu” ucap Naena. “Kamu sudah kasih liat design dari aku?” Tanya Bianca. “Sudah Bii. Ibu Rita sama sekali tidak menoleh sedikit pun. Yang ada di marah-marah dan keluar membanting pintu” ucap Naena. Bianca pun terlihat berpikir, bukan satu atau dua kali dia mendapatkan klien seperti ini. Mendapatkan klien yang merepotkan dirinya itu sudah sering sekali Bianca dapatkan. Apalagi dengan masalah Ibu-Ibu yang selalu ada-ada saja permintaannya. Kalau seandainya Mami besok tidak pergi ke Singapura mungkin Bianca bisa meminta tolong Mami untuk menjaga Aditya sebentar selama Bianca menemui Ibu Rita. Tetapi Bianca tidak mungkin meminta Mami untuk menunda kepergiannya. “Na, gimana kalau besok kita meeting sama Ibu Rita, Mba Laras dan Mas Riyan” ucap Bianca. “Dia katanya tidak mau datang kalau tidak ketemu kamu, aku sudah bilang kalau kamu lagi cuti melahirkan” ucap Naena. “Ya oleh sebab itu. Aku akan menemui mereka agar Ibu Rita tidak jadi cancel semuanya” ucap Bianca. “Kamu serius mau datang ke kantor? Nanti Aditya gimana?” Tanya Naena. “Meetingnya di rumah aku aja” ucap Bianca. “Di rumah kamu” ucap Naena terkejut. “Iya, sudah pokoknya kamu atur semuanya. Terus Nathan tolong stand by juga di rumah aku buat kasih sample hidangannya ya. Untuk lainnya biar aku yang handle” ucap Bianca. “Okey Bii. Aku akan bilang ke Icha dan Nathan. Maaf ya Bii jadi merepotkan kamu yang sedang cuti” ucap Naena. “Tidak apa-apa” ucap Bianca. Bianca kembali melangkah ke kamar Aditya setelah selesai berbicara dengan Naena. Ternyata Aditya sudah tidur di dalam keranjang ayunannya. Mami pun terlihat masih disana menatap Aditya. Bianca melangkah menghampiri Mami. “Mi, makan dulu yuk. Tadi pagi baru makan roti aja kan. Bi Inah kebetulan sudah selesai masak” ucap Bianca. “Yaudah yuk, kita makan dulu” ucap Mami. Bianca pun melangkah bersama Mami keluar dari kamar Aditya. Mereka menuju ruang makan. Disana makanan sudah tersaji. Bianca dan Mami makan bersama. Setelah itu Mami berencana mengemasi barang-barangnya dan pulang ke rumah Papi. “Bii, setelah ini Mami pulang ya. Karena mau menyiapkan baju untuk Mami dan Papi besok” ucap Mami. “Iya Mi” ucap Bianca. “Bi Inah, nanti saya titip Bianca sama Aditya. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya” ucap Mami kepada Bi Inah. “Iya Ibu” ucap Bi Inah menganggukkan kepalanya. Mami sudah pulang. Aditya pun masih terlelap dalam tidurnya. Bianca pun mengambil laptopnya dan kembali ke kamar Aditya. Bianca mulai mendesign ulang dekorasi untuk pernikahan Laras dan Riyan yang sudah minggu depan. Drrrrrt Ponsel Bianca bergetar, Bianca pun meliriknya. Ternyata itu nomor Willy yang semalam dia simpan. To : Istriku Tercinta From : Willy Suamiku Bii, sedang apa? Maaf ya aku belum bisa telepon kamu sekarang. Nanti kalau ada waktu luang aku akan meneleponmu lagi. Bianca tersenyum membaca pesan dari suaminya. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Aku sedang mendesign ulang dekorasi milik klien. Ibunya minta di cancel padahal acara seminggu lagi. Kamu jaga kesehatanmu jangan terlalu sibuk. Bianca pun mengirim pesan balasan untuk Willy. To : Istriku Tercinta From : Willy Suamiku Ya Tuhan, Bianca. Kamu baru saja melahirkan sudah mulai bekerja lagi. Memangnya kemana karyawanmu. Kalau ada disana aku akan menyembunyikan laptop dan ponselmu. Kasihan Aditya kalau kamu terlalu sibuk bekerja sayang. Bianca menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan jika Willy ada di depannya sudah pasti dia akan marah. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Iya Will. Aditya sedang tidur. Aku juga Cuma menyelesaikan ini saja. Karena kalau di cancel Management kita bisa rugi besar. Karena semua perlengkapan dekorasinya sudah dipesan dan aku sengaja memesan baru. Kamu tenang saja ya, aku akan menjaga Aditya dengan baik, seperti aku menjaga hatiku untukmu. Bianca pun terkekeh membaca pesan balasannya untuk Willy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN