Jakarta
Bianca sedang memperlihatkan hasil design yang sudah dia perbaharui kepada Ibu Rita, Mba Laras, dan Mas Riyan. Bianca memberi tahukan bahwa warna coklat muda ini tidak akan terlihat gelap. Bianca juga sudah menambahkan tambahan bunga-bunga di setiap sudut ruangan.
Selain itu Bianca membuat pintu masuk ke Gedung pernikahan di buat seperti tampilan masuk ke negeri dongeng. Bianca memakai lantai kaca dengan dibawahnya di penuhi oleh bunga-bunga. Di sisi kiri dan kanan di penuhi daun-daun hijau yang segar. Langit-langitnya pun di berikan daun rambat dan bunga-bunga.
Di lihat dari wajahnya Ibu Rita terlihat sangat tertarik dengan design dekorasi yang Bianca berikan. Tetapi Ibu Rita masih diam dan menunggu Bianca selesai mempresentasikan dekorasinya. Mba Laras dan Mas Riyan juga terlihat sangat senang dan sepertinya mereka setuju dengan dekorasi yang Bianca buat.
“Ada yang kurang jelas?” Tanya Bianca setelah selesai memperlihatkan designnya.
“Bagus Mba Bianca” ucap Mba Laras dengan puas.
“Ma, kita lanjut saja ya. Tinggal seminggu lagi” ucap Mba Laras kepada Ibu Rita.
“Ya, lebih terlihat mewah dan elegan. Tetapi apa kamu bisa pastikan dekorasi yang aka nada dipernikahan anak saya sesuai dengan yang kamu presentasikan tadi” ucap Ibu Rita.
“Tentu saja Ibu Rita, semua pendekor di Bianca Management selalu kami briefing dan berikan arahan. Selama ini mereka selalu membuat sesuai dengan yang saya berikan contohnya” jawab Bianca dengan tersenyum.
“Berarti selama dekor kamu ada disanakan untuk memastika semuanya sempurna” ucap Ibu Rita.
Bianca menatap Icha dan Naena. Ya, biasanya memang Bianca selalu mendampingi jika sedang ada dekorasi. Tetapi saat ini Bianca baru saja melahirkan dan Bianca tidak mungkin meninggalkan Aditya di rumah.
“Ibu Rita, nanti ada saya dan Icha yang stand by di Gedung” ucap Naena.
“Tapi saya maunya Bianca ada disana. Yang buat designnya Bianca jadi kamu yang harus memastikan dekorasi itu sempurna. Saya sudah bayar mahal loh” ucap Ibu Rita.
“Maaf Ibu, Bianca sebenarnya saat ini masih cuti melahirkan. Jadi dia tidak mungkin meninggalkan bayinya” ucap Icha.
“Nah, ini yang begini ini. Tidak professional” ucap Ibu Rita ketus.
Di dalam hati Bianca dia sudah sangat emosi sekali. Ibu Rita ini memang sangat sombong dan maunya perfect. Bianca pun mencoba sabar dan menahan emosinya. Memang Mba Laras dan Mas Riya sudah melunasi semua pembayarannya apalagi mereka mengambil paket yang paling mahal.
“Ibu Rita tenang saja. Saya akan datang ke Gedung untuk mengecek dekorasi karyawan saya. Sehingga pada saat acara semua dekorasi sempurna” ucap Bianca.
“Bii” ucap Icha dan Naena pelan menatap Bianca.
Bianca pun menggelengkan kepalanya pelan memberikan isyarat kepada Naena dan Icha agar biarkan saja dulu.
“Okey. Saya setuju. Lalu mana menu yang kemarin saya minta ganti. Karena menurut saya dimsum yang kemarin itu terlalu lembek dagingnya juga kurang segar” ucap Ibu Rita lagi.
“Iya, sebentar Ibu” ucap Icha.
Icha pun berdiri dan melangkah ke dapur untuk meminta Nathan mengantarkan dimsum yang sudah Nathan buat. Tak lama Icha dan Nathan pun datang dengan troli berisi dimsum yang di hias sangat cantic oleh Nathan.
Icha meletakkan piring berisi dimsum itu di depan Ibu Rita, Mba Laras, dan Mas Riyan. Lalu Icha juga meletakkan orange jus segar di atas meja.
“Silahkan di coba” ucap Bianca.
Mba Laras mencicipi dimsum yang ada di depannya. Di lihat dari wajahnya Mba Laras dan Mas Riyan itu terlihat menyukainya. Memang dari awal Mba Laras dan Mas Riyan tidak banyak permintaan ataupun complain. Mereka berdua memang suka dengan semua yang diberikan oleh Bianca Management. Hanya saya Ibu dari Mba Laras yaitu Ibu Rita dia sangat merepotkan Bianca dan yang lainnya.
“Ma, ini dimsumnya enak bangat” ucap Mba Laras.
“Orange jusnya juga segar” ucap Mas Riyan menambahkan.
Bianca, Icha, Naena dan Nathan pun terlihat tersenyum dan kini mereka hanya tinggal menunggu reaksi dari Ibu Rita.
“Ya, lebih baik dari yang kemarin” ucap Ibu Rita.
”Bolelah, saya harap rasanya tidak berubah” ucap Ibu Rita.
“Terima kasih Ibu, kami pastikan semua sama seperti sekarang” ucap Bianca tersenyum lega.
Rapat dengan Ibu Rita, Mba Laras dan Mas Riyan pun selesai. Kini mereka sudah pulang. Bianca, Icha, Naena dan Nathan kini bisa bernafas lega. Mereka sedang duduk di ruang tamu.
“Aduh, punya Ibu kaya Ibu Rita pasti merepotkan” ucap Icha.
“Benar Cha. Mukanya itu sebenarnya dia tuh suka Cuma saja dia masih cari-cari kesalahan kita” ucap Naena.
“Iya, sepertinya dia itu kena toxic dari teman-teman socialitanya” ucap Nathan.
Otomatis Bianca, Icha dan Naena pun menatap Nathan. Sejak kapan Nathan memperhatikan Ibu-Ibu. Apalagi sampai tahu kalau Ibu Rita adalah wanita socialita. Ya, memang dari gaya berpakaiannya, gaya bicaranya sudah terlihat. Tetapi biasanya yang memperhatikan itu wanita juga, bukan pria seperti Nathan, yang notabanenya tidak pernah mau ikut campur dengan urusan orang lain.
“Kok, kamu tahu Nath?” Tanya Icha.
“Oh, waktu sehari sebelum aku pergi ke Turki, aku pergi ke Mall. Ya, tanpa sengaja aku lihat Ibu Rita sedang bersama teman-temannya di sebuah café. Aku memang kebetulan mau membeli makanan disana. Tanpa sengaja aku dengar pembicaraan mereka” jawab Nathan.
“Ooh gitu” ucap Icha, Naena dan Bianca bersamaan.
“Eh, iya Bii, kamu serius mau datang saat dekor?” Tanya Naena.
“Ya, paling aku datang sebentar, pulang dan kalau sudah selesai aku datang lagi untuk mengecek finalnya” jawab Bianca.
“Bii, gedungnya jauh dari rumah kamu” ucap Icha.
Bianca menarik nafas panjang. Ya, Gedung tempat pernikahannya memang terbilang jauh dari rumah Bianca. Tetapi mau bagaimana lagi Bianca sudah berjanji untuk kepada Ibu Rita yang merepotkan tadi.
“Sudah tenang saja. Nanti aku bawa Aditya sama Bi Inah” ucap Bianca.
“Bii, gimana kalau kamu buka kamar di hotel yang ada di samping Gedung itu” ucap Naena.
“Betul itu Bii. Kasihan Aditya kalau kamu bawa kerja. Paling tidak dia di kamar hotel sama Bi Inah biar nyaman” ucap Icha.
“Ya, baiklah. Kalian atur deh” ucap Bianca.
Sore hari Bianca sedang menyusui Aditya. Aditya sudah dimandikan oleh Bianca. Bianca pun tersenyum melihat bayi laki-lakinya. Wajahnya sangat mirip dengan Willy. Oh ya, seharian ini Willy belum menghubunginya.
“Willy belum hubungi aku” ucap Bianca.
Drrrt Drrt
Bianca mengambil ponselnya, dia pun tersenyum ketika melihat Willy meneleponnya. Kali ini Willy melakukan panggilan video kepada Bianca.
“Panjang umur Papa kamu sayang” ucap Bianca tersenyum.
“Halo sayang” ucap Willy dengan tersenyum.
“Halo juga Papa” ucap Bianca sambil memperlihatkan wajah Aditya.
“Wah, anak Papa pintar sudah mandi ya” ucap Willy dengan terlihat bahagia melihat Aditya.
“Sudah donk Papa” ucap Bianca.
“Bii, kamu lelah sekali” ucap Willy yang melihat wajah Bianca sedikit lusu.
“Aku belum mandi Will” ucap Bianca.
“Kalau kamu lelah, kita pakai saja pengasuh untuk membantu kamu merawat Aditya” ucap Willy.
“Will, anak kita baru satu. Masa kita sudah menyewa pengasuh. Kamu tenang saja, aku baik-baik saja” ucap Bianca.
“Tapi aku mencemaskan kamu, aku tidak mau kamu sakit” ucap Willy.
“Iya sayang. Aku janji aku akan sehat biar kamu tidak perlu cemas” ucap Bianca.
“Kamu wanita yang hebat Bii” ucap Willy.
“Wanita hebat ini milik kamu Will” ucap Bianca.
“Tentu saja. Oleh sebab itu aku tidak ingin kehilangan kamu” ucap Willy.
“Kamu dimana Will?” Tanya Bianca yang melihat Willy sekarang sudah tidak di rumah sakit lagi.
“Oh, ini di penthouse” jawab Willy memperlihatkan kamarnya.
“Kamu tinggal di penthouse?” Tanya Bianca.
“Iya, ini klienku yang memintaku untuk menempatinya selama aku disini. Karena sudah lama tidak ditempati. Agar aku lebih nyaman bekerja” ucap Willy sedikit berbohong.
“Ooh begitu. Apa kamu tidak apa tinggal sendirian disana?” Tanya Bianca.
“Tidak apa-apa Bii. Ini hanya sementara kalau sudah selesai pekerjaanku disini aku akan kembali ke rumah” ucap Willy.
“Iya. Oh ya Will. Minggu depan aku mau ajak Aditya” ucap Bianca.
“Kemana?” Tanya Willy.
“Jadi, tadi Ibu Rita klien aku itu minta aku stanb by saat dekorasi. Dan tempatnya jauh, jadi Icha dan Naena membukakan kamar untukku dan Aditya. Aku bawa Bi Inah ko. Jadi Aditya nanti akan di hotel sama Bi Inah saat aku sedang melihat dekor” ucap Bianca.
Wajah Willy pun berubah menjadi tidak suka. Bianca pun tahu itu kalau Willy tidak menyetujuinya.
“Bii, aku harus bilang berapa kali kepadamu. Kamu jangan terlalu lelah. Kamu habis melahirkan, apa tidak bisa digantikan Icha atau Naena” ucap Willy.
“Iya, aku tahu Will. Tapi Ibu Rita mintanya aku. Karena dia ingin semuanya sempurna” ucap Bianca.
“Kamu tahukan Bii apa jawabanku” ucap Willy.
Ya, Bianca tahu Willy tidak akan mengizinkannya.
“Tapi aku sudah terlanjur mengiyakannya Will” ucap Bianca pelan.
“Bii, apa karena aku tidak ada disana kamu bisa mengambil keputusan sendiri?” Tanya Willy yang terlihat marah dan kecewa kepada Bianca.
“Bukan begitu Will. Maaf Will, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat kamu marah” ucap Bianca.
“Harusnya sebelum kamu mengiyakan, kamu tahu aku tidak akan mengizinkan kamu pergi. Kamu mendesign kemarin saja aku sudah tidak suka, apalagi ini kamu pergi mengajak Aditya” ucap Willy.
Bianca salah memang, seharusnya dia tidak langsung mengiyakannya tadi.
“Maaf Bii, kalau kamu masih saja terlalu fokus dengan Bianca Managemant aku terpaksa akan menutupnya” ucap Willy.
Bianca menarik nafsanya panjang. Ya, Bianca Management sekarang itu memang 100% saham Willy. Karena waktu dulu Bianca kecelakaan, Bianca Managemnt mengalami koleps. Willy tidak ingin peninggalan Bianca itu bangkrut akhirnya Willy pun membeli semua sahamnya dan mengambil alih kepemilikan. Ya, walau sekarang kepemilikan sudah diberikan atas nama Bianca lagi, tetap saja Bianca tidak memutuskan apa-apa sendiri. Willy adalah suaminya.
“Iya, aku minta maaf Will, sudah membuatmu marah” ucap Bianca.
“Kalau kamu tidak ingin aku marah, jangan pergi tetaplah dirumah” ucap Willy.
“Iya Will, aku tidak akan pergi kalau kamu tidak mengizinkannya” ucap Bianca.