Namaku adalah Naima Karimah Salsabila, usiaku 30 tahun, di usiaku yang sudah genap kepala 3 ini aku tak kunjung di karuniai sebuah kehamilan, tapi aku bisa apa? Aku hanya makhluk yang menjalani segala skenario dari sang pencipta.
Bukan inginku tak memiliki anak, tapi kehendak dari sang pemilik kehidupanlah yang mengharuskan aku menjalani semua ini.
Sebulan yang lalu, tepat di hari ulang tahunku aku mengajak suamiku untuk melakukan tes kesuburan, aku ingin segera memiliki keturunan, karena itu juga yang di tuntut oleh Mama mertuaku yang tak lain adalah Ibunda dari Suamiku.
Tanpa sepengetahuan suamiku tersebut, Ibu mertuaku selalu menekanku untuk cepat-cepat hamil, bahkan beliau tak segan menghina dan mencaci maki aku sebagai wanita mandul.
Suamiku tak pernah mempermasalahkan aku yang tak kunjung hamil meskipun usia pernikahan kami sudah memasuki usia 7 tahun, karena baginya kehamilan bukan kuasa dari manusia, melainkan hak mutlak sang pencipta.
"Aku tidak memaksa dan menuntutmu loh sayang, semua ini kemauanmu sendiri, jadi apapun hasilnya kamu tidak boleh sedih ataupun berkecil hati...!" Kata suamiku yang bernama Zaki Iskandar Mubarak.
Aku dan suamiku selisih 3 tahun, yang itu artinya beliau berusia 33 tahun. Kami menikah atas dasar saling mencintai, dan kedua orang tua kami saling merestui.
Dulu aku Sangat bahagia karena ternyata perjalan cinta kami berjalan dengan mulus tanpa hambatan, Kami saling mencintai dan di iringi dengan Restu kedua orang tua kami, tanpa aku duga justru ujian tentang anak lah yang menghadang kami kini.
Aku adalah anak kedua dari orang tuaku yang seorang pengusaha garmen yang cukup besar di kota kecil tempatku tinggal, aku memiliki seorang kakak yang juga perempuan dan sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar.
Ayahku bernama Ahmad Mahendra saputra, sementara Ibuku bernama Suketi Wahyu Pramana, sementara Kakak Perempuanku bernama Halwa Suci ananta, aku dan kakakku selisih 2 tahun saja, suami dari kakakku halwa bernama Hendra Pratama dan kedua anak kembar mereka bernama Galuh Hendra Pratama dan Bintang Hendra Pratama.
Sementara suamiku sendiri merupakan anak tunggal dari orang tua mereka, Bapak mertuaku adalah pensiunan pegawai negri, sementara Ibu mertua hanya seorang Ibu rumah tangga saja.
Bapak mertuaku bernama Wendi samudera dan Ibu mertuaku bernama Cahaya Ningrum. Dulu mereka sangat lama menantikan kehadiran seorang anak, dan di tahun pernikahan mereka yang ke 10 tahun baru lahirlah suamiku. Itulah sebabnya mereka sangat getol menyerangku untuk segera memiliki momongan. Tapi semua itu di lakukan di belakang suamiku, karena jika itu mereka lakukan di hadapannya maka suamiku tentu akan marah karenanya.
Namun setelah perdebatan panjang antara aku dan suamiku, akhirnya suamiku menyetujui keinginanku untuk melakukan tes kesuburan tersebut, meskipun hasilnya tak sesuai harapanku, ternyata tes tersebut menyatakan kalau aku di vonis susah memiliki keturunan, sel telur ku adalah jenis yang sulit untuk di buahi.
"Sudah, tidak apa-apa...! Kita bisa berobat dan aku yakin kamu pasti bisa hamil dan melahirkan banyak keturunanku kelak...!" Kata suamiku kala itu menenangkan ku.
Kami sepakat untuk merahasiakan hasil dari dokter tersebut demi keamanan rumah tangga kami. Namun entah darimana Ibu mertuaku tahu, sore itu Ibu mertuaku menyerangku dengan kata-kata pedas yang menyatakan bahwa aku wanita mandul, dan dengan. Sengaja menyembunyikan hasil dari tes leb tersebut.
Aku hanya bisa menangis menanggapi hinaan beliau, aku tak tahu harus berbuat apa, apalagi saat ibu mertuaku dengan tegas menyatakan jika dirinya akan Memaksa mas Zaki untuk melepaskan dan menceraikanku.
Sebagai seorang istri yang tentu sangat mencintai suamiku, tentu aku tak mau jika itu sampai dilakukan oleh mertuaku tersebut, dan akhirnya akupun bersimpuh dan memohon di bawah kaki ibu mertuaku untuk tidak melakukan hal demikian.
Namun, lagi-lagi aku di buat syok dengan. Pernyataan Ibu mertuaku, dia mengajukan syarat yang sama-sama sulit untuk kupilih, karena pilihan tersebut juga sama akan menyakitiku.
"Baiklah, kalau kamu tak mau berpisah dengan putraku, maka kamu harus mengizinkannya untuk menikah lagi...!"kata Ibu mertuaku itu dengan entengnya.
Bagaikan tersambar petir di tengah teriknya mentari, aku benar-benar syok di buatnya. Aku menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang di ucapkannya.
Aku tak menyangka sebagai sesama wanita dia tega melakukan hal demikian, tak tahu kah ia kalau itu sama artinya jika dia memaksaku menelan seribu jarum lewat mulutku?
"Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Haruskah aku menerima takdir yang seperti ini?" Batinku kala itu.
Apa yang di lakukan Ibu mertua itu di lakukan tanpa sepengetahuan suamiku, dan aku pun di ancam untuk tidak mengadukannya.
Aku hanya mengangguk pasrah dan tak bisa membantah setiap perkataan beliau.
"Kamu harus membantuku meyakinkan Zaki untuk menikah lagi, untuk calon istrinya nanti, tenang saja, aku akan menyiapkannya...!" Kata Ibu mertuaku itu tanpa perduli sakitnya perasaanku.
"Jangan khawatir, dia adalah wanita baik-baik yang tentu akan sadar tentang posisinya sebagai istri kedua...!" Kata Ibu mertuaku lagi.
Seketika itu juga aku berfikir, "Apakah beliau sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari?" Batinku lagi penuh curiga.
"Aku memang sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari sebelum kamu dan putraku melakukan tes kesuburan...!" Kata Ibu mertuaku lagi.
"Aku sudah feeling jika kamu pasti bermasalah, untuk itu aku segera mempersiapkan wanita sebagai temanmu nanti, karena aku sudah yakin kalau kamu pun tak mau berpisah dari Putraku...!" Lanjutnya.
"Ya Alloh ya Robb ku, kenapa sesakit ini unianmu? Kuatkan aku ya Alloh...!" Aku hanya mampu meratap dalam hatiku tanpa mampu membantah ataupun menolak, karena memang hatiku ini masih milik mas Zaki seutuhnya.
"Aku berikan waktu 2 Minggu untukmu bisa membujuk Zaki menerima wanita pilihanku, jika dalam waktu itu kamu tak bisa membujuknya, maka akan aku pastikan Zaki akan menggugat cerai kamu...!" Kata Ibu mertuaku yang sepertinya belum puas membuatku menangis.
"Aku akan melakukan apapun untuk kebaikan putraku termasuk membuatnya berpisah denganmu, karena berumah tangga denganmu hanya kerugian semata, karena kamu tak akan bisa memberikan keturunan untuk putraku itu...!"Lagi-lagi hinaan itu ia tujukan kepadaku.
Hingga tiba di hari ini, selesai aku melayani kebutuhan biologis suamiku, aku pun menyatakan yang menjadi keinginan Ibu mertuaku.
"Mas, menikahlah lagi ..! Aku ingin kamu memiliki keturunan, usiamu sudah 30 lebih, akan lebih baik kamu memiliki keturunan dari wanita lain, karena kalau menunggu aku mengandung dan melahirkan keturunanmu itu sangat mustahil...!" Aku tak mendengan atau melihat suamiku menanggapi perkataan ku, aku pun melanjutkan kata-kataku.
"Menikahlah lagi mas, Ibu sudah punya calon yang baik untukmu, dan aku merasa cocok dengannya...!"