Malam yang kelam

991 Kata

Sepanjang perjalanan. Anggia dan Langit sama-sama terdiam. Tapi sesekali tentu saja Langit mencuri pandang pada gadis cantik itu. "Lo mau makan di mana? Maaf, lo kelaperan ya?" "Enggak ko, tadi di sana gue banyak makan cemilan." Jawab Anggia, masih dengan pandangan pada arah luar jendela. Yang di malam hari memang terlihat cantik. Oleh kerlap-kerlip lampu malam. Langit mengangguk mengiyakan. Kemudian, "Oya, gimana? Bokap lo ada hubungi lo?" Pertanyaan Langit, membuat Anggia terdiam sejenak. Lalu, "Enggak," "Enggak sama sekali?" "Iya," Langit senyum kecil, "Kalau gitu lo enggak usah pulang! Gak usah nyariin bokap lo. Tinggal aja di rumah gue! Bila perlu buat selamanya!" Menurut Anggia, kalimat Langit ini keterlaluan. Sehingga dengan repleks. Ia menatap tegas laki-laki itu. "Kakak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN