"Aku kangen kamu!" Anggia menahan napasnya. Suara Langit terasa dekat ditelinganya. Ingin sekali ia berlari, tapi bahunya sudah dipegang oleh kedua tangan kekar itu. Malah membuatnya semakin terasa tidak berdaya. Karena gadis yang dirindukannya itu tetap terdiam. Langit meletakan dagunya di lekuk lehernya. "Apa kamu masih mau jauhi aku?" Anggia terdiam, tapi bahunya terasa naik turun. Bukan ia menangis, tapi karena napasnya terasa memburu cepat sekali. "Kamu pernah minta putus, tapi sayang sekali, aku enggak akan pernah putusin kamu. Karena kamu udah milik aku!" Sejak Awal Anggia memang tidak bisa mengambil keputusan apapun jika dihadapkan pada manusia itu. Jadi percuma, apapun yang Anggia katakan. Langit tetaplah akan pada pendiriannya. Anggia maju satu langkah, agar dagu Langit t