KONSER MALAM TERAKHIR

1028 Kata
David merasa gelisah. Semua crew sudah bersiap di belakang panggung termasuk juga Karla. Tapi, Amelia tidak juga bisa dihubungi. Bahkan,yang membuat David kaget setengah mati saat melihat kamar Amelia dibersihkan dan room service mengatakan penghuni kamar sudah cek out . Ponsel Amelia sendiri tak bisa dihubungi sementara band pembuka sudah hampir selesai dan giliran Karla hampir tiba sementara Amelia entah berada di mana. David berjalan mondar mandir sambil sesekali meremas rambutnya sendiri dengan gemas, 'Arrgh, Amelia, kau di mana?" batin David.' Namun tepat lima menit sebelum Karla tampil Amelia muncul dengan wajah yang tampak pucat. Tidak ada yang bertanya kenapa wajahnya pucat atau dari mana saja dirinya hingga terlambat. David memang berlari menyongsongnya namun bukan untuk bertanya tapi langsung menyerahkan mic kepada Amelia. "Karla sudah hampir naik. Lagu pertama sama seperti kemarin," kata David. Amelia tak menjawab, ia hanya meraih mic dari tangan David dan langsung mengikuti langkah pria tinggi itu ke tempat yang khusus tersedia untuknya. Selama tiga tahun ini, Amelia lah yang bernyanyi sementara Karla yang mendapatkan pujian dan penghargaan. Dan yang lebih menyedihkan Karla adalah kakak kandungnya sendiri. Miris sekali memang dan rasanya sangat menyakitkan bagi Amelia. Lagu demi lagu Amelia nyanyikan dengan penuh perasaan dan penghayatan.Sampai pada saat lagu terakhir Amelia bawakan dengan begitu baik. Suaranya yang melengking tinggi membuat semua penonton bertepuk tangan dengan meriah. Bahkan sampai memberikan standing applaus. Amelia menyambar botol air mineral yang ada di dekatnya dan langsung meneguknya sampai habis. "Kau dari mana tadi, hah?!" Amelia menoleh dan melihat Karla sudah berdiri di dekatnya sambil memicingkan mata. "Hanya menenangkan diri," jawab Amelia singkat. "Dan kau pindah hotel tanpa mengabari kami, hah?! Kau pikir kau ini siapa?!" hardik Karla. Amelia bangkit dan menatap kakaknya itu dengan tajam. "Aku hanya pindah kamar, bukan pindah hotel. Kalian saja yang tidak menanyakan kepada resepsionis. Coba kau ulangi, kak, perkataanmu tadi. Kau bilang aku ini siapa? Kalau begitu mulai saat ini, kau bernyanyi saja sendiri!" seru Amelia dengan berani. Ia pun langsung menyambar tas nya dan langsung beranjak pergi. Sementara Karla hanya bisa melongo mendengar Amelia berani membentaknya. Namun saat Amelia akan meninggalkan gedung ia kembali berpapasan dengan David yang langsung menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil. "Kau ini apa-apaan?! Kau sengaja ingin membuat konser ini berantakan?!" hardik David. Amelia tak menjawab dan membuang pandangannya ke arah lain. "Amelia, apa kau mendengarkan apa yang aku katakan?" tanya David. Amelia mendengus, "Jadi, aku masih cukup berharga untuk di nanti?" sarkas Amelia. "Kau jangan macam-macam, Amelia. Jika tidak ada kau, bagaimana karir Karla?" "Kau hanya peduli dengan karir Karla, peduli dengan uang. Apa kalian pernah peduli dengan aku? Perasaanku? Bagaimana dengan aku?!" pekik Amelia. "Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kita akan menyelesaikan semuanya di Jakarta nanti. Tapi, kau malah berulah dan mencari gara-gara. Maumu apa sebenarnya?!" "Cari gara-gara? Berulah? Apa konser tadi hancur berantakan? Apa tadi kau mendapatkan malu dan merugi? Tidak, kan! Aku tetap melakukan tugasku dengan baik, kan." David terdiam, ia membenarkan perkataan Amelia. "Aku minta maaf, Amelia. Tapi, kau seharusnya tidak berbuat seperti tadi. Bukan hanya aku yang panik. Tapi, semua orang ikut panik. Aku antar kau sampai ke kamarmu. Besok kita pulang ke Jakarta dengan pesawat pagi. Lusa kita akan bicara berdua dan akan kita selesaikan baik-baik semuanya yang sudah terjadi," kata David dengan nada suara yang sedikit melunak. Sampai di hotel, Amelia langsung turun dari mobil dan melangkah tanpa menunggu David sehingga lelaki itu berjalan dengan cepat menyusul langkah Amelia. Ternyata, Amelia hanya pindah ke lantai 3 hotel itu. David memang tidak bertanya pada resepsionis .Ia hanya bertanya pada room boy yang membersihkan kamar bekas Amelia tidur. Tiba di depan pintu kamarnya Amelia benar-benar tidak memberikan David kesempatan untuk bicara. Ia segera masuk dan menutup pintu kamarnya membuat David hanya bisa menatap pintu yang tertutup seperti orang bodoh. *** Rombongan David dan Karla tiba dari Menado pukul 10 pagi. Supir pribadi David yang menjemput. Para crew seperti biasa menggunakan mini bus khusus milik perusahaan sementara Amelia dan Karla ikut bersama David. David langsung mengantarkan Karla dan Amelia ke apartemen mereka. Keduanya tinggal di gedung apartemen yang sama hanya saja berbeda lantai. Tadinya Amelia tinggal bersama Karla. Namun semenjak David dan Karla berhubungan Amelia pindah satu lantai atas permintaan David. Amelia tidak pernah menolak apapun keinginan David. Karena cinta,semua atas nama cinta. Dan kejadian di hotel kemarin sudah sangat membuat Amelia sakit hati. Amelia langsung menuju ke lantai 5 di mana ia tinggal dan segera masuk ke dalam apartemennya. Gadis itu meletakkan koper berisi pakaiannya begitu saja di sudut ruangan. Sementara dirinya sendiri langsung berbaring di sofa. Amelia paling suka bersantai di sofa sambil menonton televisi. Gadis itu menarik napas panjang berulang kali. Ia sedang berusaha untuk melupakan apa yang telah terjadi. Ia memang menjaga kesucian dan kehormatannya untuk David tapi ia ingin mempersembahkannya dengan cara yang benar. Bukan dengan cara seperti yang kemari sudah terjadi di antara mereka berdua. Tengah asik dalam lamunannya bel pintu tiba-tiba saja berbunyi. Dengansedikit enggan Amelia pun bangkit dan membuka pintu. Ternyata David sudah berdiri di depan pintu. "Aku boleh masuk?" tanyanya. Amelia mengendikkan bahunya. "Aku mengatakan tidak boleh pun kau akan tetap masuk,kan? Jadi untuk apa kau bertanya lagi," jawabnya dengan nada suara yang datar. Amelia pun langsung melangkah kembali ke sofa diikuti oleh David. Mereka duduk saling berhadapan. "Mel,aku tau apa yang sudah terjadi kemarin adalah kesalahanku. Aku minta maaf. Aku tau seribu kata maaf tidak akan cukup untuk meyebuhkan luka dan sakit hatimu.Tapi aku tidak bisa jika aku harus menikahimu. Kau sendiri tau kalau aku dan Karla akan menikah dan kami saling mencintai." "Jadi? Bagaimana caramu untuk bertanggung jawab?" David menarik napas panjang lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Amelia hanya bisa menarik napas panjang saat melihat apa yang dikeluarkan oleh David. Ah, ternyata tidak ada artinya sama sekali dia di mata David. Lelaki itu memang benar-benar menghargai semua dengan uang. Bagi David semua bisa dibeli dengan mudah. "Mel, aku tau bahwa keperawananmu tidak bisa dibeli. Tapi sungguh malam itu aku mabuk dan tidak ingat. Cek ini nilainya tiga ratus juta. Kau bisa pergi ke luar negeri untuk melakukan operasi selaput dara. Hanya kita berdua saja yang tau kejadian ini. Kita lupakan dan anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN