Setelah membaca semua isi kontrak kerja, Dyler merasa tidak ada sesuatu yang dapat merugikan dirinya, isi kontrak hanya berisi tentang tugas dan upah yang akan ia terima, tanpa pikir panjang Dyler langsung mengambil ballpoint untuk menandatangani berkas itu.
"Tunggu!" ucap Richard menahan Dyler yang hampir saja membubuhkan tinta di kertas itu.
"Kau mungkin mengira aku adalah pria baik hati, apa yang kau lihat tadi itu hanya terjadi saat aku bersama putriku yang tercinta, jangan pernah berpikir aku akan memaafkan mu walaupun hanya sedikit kesalahan, paham!" tegas Richard, pria yang tadi bermulut manis itu seketika berubah menjadi seperti pemangsa yang siap memangsa kapan saja.
"Akhirnya belangmu keluar juga," batin Dyler.
Dyler berdiri lalu menundukkan badannya menghadap Richard.
"Anda bisa percaya pada saya Tuan, saya akan menyerahkan hidup saya untuk mengabdi dan melindungi Nona Furina dan juga Tuan Richard," ujar Dyler berusaha untuk menyakinkan Richard, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah di depan mata.
Apalagi kini Dyler sudah mengetahui kelemahan Richard, terlihat begitu jelas kalau Putrinya, Furina adalah yang paling berharga bagi pria paruh baya itu.
"Kau hanya perlu melindungi Putriku, perlakukan dia seperti Tuan Putri, kau tidak perlu melindungi ku karena aku memiliki Pengawal Yang banyak," tegas Richard dengan ciri khasnya yang angkuh dan sombong.
"Sampah ini benar-benar sombong!" umpat Dyler dalam hati.
Namun ia tak boleh terpancing emosi, Dyler harus bisa bersikap layaknya seorang Pengawal bukan seorang Bos.
"Saya mengerti Tuan," jawab Dyler penuh kerendahan hati.
"Baiklah, keluar dari ruanganku!" usir Richard.
Pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan kekar itu menyilangkan kedua kakinya lalu mengeluarkan cerutu dan menghisapnya.
Dyler kembali membungkukkan badannya lalu mundur perlahan dan keluar dari ruangan yang menyesakkan d**a itu.
"Akhirnya aku bisa bernafas juga," batinnya dalam hati.
Tampak 2 Pengawal bertubuh kekar di penuhi tato berjaga di depan pintu ruangan Richard.
Dyler hanya melirik dengan sudut ekor matanya ke arah Pengawal yang berada tepat di kanan dan kirinya.
Saat Dyler baru ingin melangkah, Furina langsung merangkul lengan Dyler.
"Hai Jeff!" sapanya tersenyum lebar.
Dyler tercengang dan matanya sampai membola. Hampir saja ia memukul Furina karena berpikir dirinya sedang di serang oleh Pengawal Richard.
"No-nona, ada apa?" tanya Dyler kaget.
"Sayang sekali pria setampan dan segagah dirimu gay!" ledek Furina sambil bergelayut di lengan kekar Dyler.
"Sial!" umpat Dyler dalam hati sambil menelan saliva karena merasakan gunung kembar yang kenyal itu menyentuh lengannya.
Rasanya ingin sekali Dyler menghempaskan wanita yang bergantung di lengannya itu.
"Sabar! aku harus sabar menghadapi gadis bodoh dan t0lol ini," gerutunya dalam hati.
"I-itu datang dari dalam diri saya Nona, saya tidak bisa memilih ingin menjadi seperti apa," alibinya.
Furina terkekeh, tawanya yang renyah membuat gadis itu bertambah cantik.
"Dasar kau! pisang kok makan pisang, sudahlah ayo kita pergi ke kamar ku," tariknya berjalan cepat menarik lengan Dyler menuju kamarnya.
"Tu-tunggu Nona, bukannya besok saya baru mulai bekerja," ucap Dyler menghentikan langkahnya tentu saja otomatis langkah Furi terhenti karena tenaganya yang tak sebanding dengan Dyler.
"Sekarang saja mulai bekerjanya, aku baru pulang membeli kue Pai apel, rasanya sangat enak karena aku beli dari Toko terkenal, temani aku menikmatinya di kamar," pinta Furi, ia kembali melangkahkan kakinya berjalan tergesa-gesa karena sudah tak sabaran mencicipi kue Pai yang ia tadi beli.
Terpaksa Dyler mengikuti perintah Furina karena ia tak ingin membuat masalah di hari pertama dirinya di terima bekerja.
Dyler yang tak terbiasa menerima perintah dari orang lain hanya bisa mendengus kesal, ternyata menyamar menjadi Asisten begini tak semudah yang ia pikirkan, apa yang di katakan Lexon benar, orang yang biasanya memberi perintah akan kesulitan untuk mengerjakan perintah dari orang lain.
Namun demi balas dendamnya, ia harus bertahan di dalam kediaman Richard Essel agar ia bisa mencari bukti untuk menjebloskan Richard ke dalam penjara.
Setelah berlarian kecil di rumah yang besar dan mewah itu akhirnya tiba juga keduanya di depan kamar Furina.
Gadis muda yang sangat polos itu membuka kamarnya lalu masuk dan menarik Dyler ke dalam.
"Masuk Jeff!" pintanya.
Dyler masuk ke dalam kamar bernuansa Tuan putri itu, di d******i warna pink dengan dekorasi ala Princess membuat Dyler hampir tertawa.
"Berapa usia gadis bodoh dan t***l ini sampai mendekorasi kamar seperti anak SD?" batin Dyler.
"Kenapa bengong Jeff, duduk lah di sofa itu dulu," ujar Furina sembari menunjuk ke arah sofa yang berwarna pink fanta itu.
Jeff mengangguk.
Furina berjalan ke arah lemarinya lalu mengambil dress rumahan berwarna putih gading.
Tiba-tiba saja Furina membuka kausnya membuat Dyler tersedak dengan air liurnya sendiri.
Reflek Dyler menoleh ke arah lain karena melihat wanita muda itu dengan mudahnya membuka baju di depannya.
"A-apa yang Nona lakukan? sebaiknya ganti pakaian di kamar mandi Nona," ujar Dyler.
Furina yang sudah hampir melepaskan seluruh kausnya dan menunjukkan bra berwarna merah muda itu kembali menutupi tubuhnya dengan kaus.
Bukannya sadar akan kecerobohannya, Furina malah tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa Jeff? kau risih melihat tubuh wanita ya? ku pikir kau tidak masalah melihat tubuh wanita karena kau tak menyukainya," ucap Furina dengan polosnya.
"I-itu yang Anda katakan benar, saya memang tidak menyukai tubuh wanita tapi apa anda tidak malu menunjukkannya secara gamblang pada orang lain?" alibi Dyler, ia harus tetap fokus dengan penyamarannya sebagai Gay.
"Tidak masalah kok, toh kau tak selera kan, kurasa kau pasti suka dengan tubuh pria yang perutnya berbentuk kotak-kotak kan? wah aku sering melihat Pengawal Papa saat bertelanjang d**a saat sedang latihan bela diri di belakang rumah, tubuh mereka bagus semua Jeff, tapi kalo di lihat-lihat sepertinya kau juga memiliki tubuh seperti itu," cecar Furina dengan tatapan polosnya.
"Gadis ini bukan hanya bodoh dan t***l tapi terlalu polos! bagaimana bisa Richard si manusia bengis dan kejam itu tidak menanamkan pendidikan yang baik pada Putrinya ini," batin Dyler.
Dyler hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Furina seperti apa.
Melihat Dyler yang terdiam, Furina kembali melanjutkan aksinya mengganti pakaian di depan Dyler.
"s**t!" umpat Dyler dalam hati melotot melihat tubuh Furina bagian atas yang begitu molek dan indah hanya di tutupi oleh bra yang warnanya sangat kontras dengan kulitnya yang seputih salju.
Dyler tak boleh ketahuan, ia harus bisa menahan diri dan berpura-pura seakan tak tertarik pada tubuh itu namun ia juga tak boleh terlihat gugup saat melihat tubuh wanita secara langsung untuk pertama kalinya.
Meskipun sudah berusia 27 tahun, nyatanya Dyler bukan tipe pria yang suka celap-celup sana sini, pria tampan dan gagah itu ternyata masih perjaka karena selama ini ia hanya fokus membangun Perusahaan sesuai pinta mendiang sang Papa dan Kakeknya.
Setelah berganti pakaian, Furina mendekati Dyler yang berpura-pura menundukkan wajahnya ke bawah.
"Sudah Jeff, tegakkan kepala mu, aku sudah selesai berganti pakaian," ujar Furina tersipu malu.