Bertemu Kembali

1285 Kata
Rahang Angkasa mengetat, tangan yang berada di pinggiran sofa itu juga mengepal saat melihat kamar dalam keadaan kosong. “Saya melihat Ibu Alara pergi di jemput orang dengan mobil Alphard berwarna hitam. Laki-laki itu masih muda, mereka saling menggenggam tangan saat berjalan, saat saya mengejar, mereka langsung pergi,” lapor Arun sambil gugup di depan Angkasa. “Sebenarnya apa pekerjaanmu itu, sampai teledor membiarkan dia keluar kamar?!” kesalnya. Tatapannya mengintimidasi asisten rumah tangga yang sudah dia pilih untuk menjaga Alara itu tidak becus! “Sa-saya... minta maaf, Pak.” Arun tidak bisa menjawab. Sebab sadar, kalau semua ini adalah berkat dari kecerobohannya. “Argh!” Angkasa mendorong laptop hingga terjatuh ke lantai. Dia sudah menyuruh orang, untuk mencari informasi tentang keberadaan Alara, tapi satu pun dari mereka tidak ada yang tahu. “Bagaimana, Sayang? Apa Alara sudah ada kabar, aku khawatir bagaimana keadaan dia sekarang?” tanya Gania saat melihat suaminya masuk ke kamar dalam keadaan marah menarik kancing kemejanya. "Belum ada kabar apa pun, dia menghilang bak ditelan bumi." "Tenang saja, dia itu tidak punya siapa-siapa, tidak punya uang, paling kabur juga ke panti, dan keadaan panti sedang kurang baik sekarang, pasti Alara akan kembali lagi ke rumah ini." Angkasa sudah tidak sabar menunggu moment Alara kembali ke rumah lalu meminta maaf padannya sampai memohon-mohon. Di saat itu tiba, Angkasa akan membuat Alara mengerti, kalau Angkasa adalah satu-satunya tujuan Alara. ... Satu Minggu lamanya, istrinya itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Pasti di luaran sana, dia sedang pontang panting untuk bertahan hidup. Itulah akibatnya kalau keras kepala. "Akhirnya kamu datang juga, A—" Hampir saja Angkasa mengira kalau yang datang adalah Alara. Saat ada suara ketukan pintu. Tapi, ternyata itu Nares yang sudah siap dengan pakaian kerja. Gania pun memakai rok di atas lutut kemeja ketat ditutup dengan blazer membentuk leluk tubuhnya. Dengan sepatu hak tinggi rambut tergerai perempuan itu tampak seksi memegang map berwarna biru. Mereka berdua sudah siap. "Sudah dari beberapa menit lalu, aku berada di sini Angkasa, tapi kamu sama sekali belum bersiap, justru terlalu sibuk menatap layar komputer mu," kesal Gani sedikit membanting tumpukan map di meja Angkasa. "Sudah jam empat, kamu belum bersiap?" Gania kesal sebab Angkasa masih memakai kemeja dan duduk santai. Jabatan Gania di Cahaya Pictures ini, sebagai sekretaris Angkasa yang menjabat sebagai Direktur. Mereka telah berkolaborasi semenjak Gania datang dari Amerika dan membutuhkan pekerjaan. ”Apa yang sedang kamu pikirkan?" "Pikirkan apa, hem?" Angkasa langsung beranjak memakai jasnya yang tadi ditaruh di sandaran kursi. "Kita ada pertemuan dengan para pihak pemilik bioskop di Jakarta, ini sangat penting karena pihak sponsor dari perusahaan bioskop akan menilai film kita, ini kesempatan bagus untuk Cahaya Pictures, menunjukkan presentasi kita, supaya mereka memberi kita jam tayang di bioskop mereka," ucap Nares sebagai penasihat perusahaan. Gania memeriksa berkas-berkas penuh semangat di depan Angkasa. "Kamu benar, dan aku yakin perusahaan kita pasti memenangkan tender ini, untuk keberlangsungan film kita yang akan kita rilis," ucapnya. *** Angkasa datang bersama Gania dengan rasa percaya diri yang tinggi. Orang-orang yang melihat mereka akan memandang sebagai pasangan yang serasi. Namun, siapa yang tahu, kalau terbangunnya hubungan mereka, karena menghancurkan hati yang lain. Di hotel berbintang, Angkasa menggenggam tangan Gani, mereka sangat romantis. Hingga hal seperti itu tidak pernah dilakukan pada Alara selama ini. Alara yang berjalan ke arah berlawanan melihat mereka mengepalkan tangan. Baginya melihat kebahagiaan mereka adalah hal yang menyakitkan. Bagaimana bisa, setelah mempermainkannya selama tiga tahun, mereka tidak memiliki rasa bersalah sama sekali. Bahkan mereka tidak menyadari kehadiran Alara, karena terlalu sibuk bicara sepanjang jalan. "Laki-laki yang dulu begitu dekat denganku, sekarang sangat asing, bahkan sama sekali tidak menyadari kehadiranku." Alara menarik kedua sudut bibirnya kemudian melanjutkan berjalan cepat menunju area parkir, sebab mengambil berkas yang tertinggal. Sedangkan Angkasa, merasa ada yang aneh beberapa detik yang lalu, sambil menggandeng tangan Gania, ia menoleh ke belakang. Melihat perempuan yang memiliki perawakan seperti Alara, tinggi dan rambut panjang sepunggung, semua sama. Tapi tidak mungkin itu, Alara, sebab wanita yang sedang dia lihat dari belakang itu berpakaian formal, dress hitam panjang selutut, jam tangan yang digunakan juga dari merk terkenal yang berharga fantastis. Mana mungkin itu Alara? Dari penampilan saja sudah jauh beda, antara wanita karir dan wanita rumahan. "Ayo cepat sedikit, Sayang... nanti kita terlambat." Angkasa tersentak saat tiba-tiba Gania menarik tangannya, mereka masuk ke ruang pertemuan. Di dalam sana, kursi-kursi khusus sudah disiapkan. Para orang dari perusahaan produksi film Indonesia sudah hadir, mereka tinggal menunggu CEO dari perusahaan Cristal Group. Orang-orang sudah duduk kursinya, Angkasa dan Gania langsung duduk di kursi yang paling dekat dengan kursi calon investor. "Maaf, Pak, Bu. Kursi ini sudah bukan tempat untuk kalian, tapi untuk Direktur dari perusahaan Alba Pictures," ucap salah satu pengurus acara dengan sopan. "Siapa dia? Di sini bukankah semua kedudukan sama? Kenapa kami harus pindah?" tanya Gania. "Ini permintaan dari pak Rega... saya hanya mematuhi perintah. "Hih, menyebalkan!" Dua kursi kosong, seharusnya itu memang ditujukan pada mereka berdua. Padahal mereka sudah duduk dengan sombong, tanpa menyapa yang lainnya. Sekarang setelah mendapat teguran, Angkasa dan Gania seolah malu. Beranjak cepat duduk di kursi deretan paling belakang dengan posisi CEO. "Selamat sore, semua." Rega datang didampingi sekretarisnya, Arhan masuk dan duduk di kursi paling depan di depan layar tron. "Selamat sore, Pak," jawab mereka serentak. "Semua sudah hadir di sini?" Belum juga sempat dijawab, pintu ruangan terbuka. Alara masuk dengan membawa berkas di tangannya, menarik kedua sudut bibirnya tersenyum anggun saat semua orang menatapnya. Rega pun terkejut dengan kedatangannya. Menatap beberapa detik kemudian mempersilahkan duduk. "Terima kasih ...." Angkasa dan Gania hampir tidak percaya, melihat pemandangan di depan mereka. "Sayang, itu Alara, kan?" tanya Gani. Ternyata kursi khusus yang sudah disiapkan tadi untuk Alara. Angkasa bahkan mengerjap beberapa kali, memastikan kalau itu adalah Alara istrinya. Bahkan sejak tadi Angkasa terus memperhatikan Alara, karena penampilannya kali ini memang sangat berbeda dari pada biasanya, rambutnya indah terawat, kulitnya juga putih bersih. Hebat, dalam satu Minggu Alara sudah berhasil mengubah diri dan penampilannya. "Pasti dia menemukan selingkuhan kaya, sampai membantunya duduk di sini," gumam Gania menatap merendahkan. "Apa lagi memang cara yang bisa digunakan oleh perempuan kampungan dan tidak berpendidikan sepertinya? Sudah pasti dia menggunakan tubuhnya untuk ditukarkan dengan kemewahan yang instan." Gania terus memerhatikan Alara yang seperti diistimewakan Rega, jengkel. "Kita lihat saja nanti, apa yang bisa dia lakukan di sini. Dia sebenarnya datang untuk mempermalukan dirinya sendiri. Aku tahu selama ini, dia tidak mempunyai keahlian dalam bidang apa pun, sekali malah sok-sokan duduk di sana, memperkenalkan diri sebagai direktur." Angkasa menyeringai mengganggap remeh. Bahkan mereka sama sekali tidak mendengarkan presentasi dari perusahaan lain yang sudah dijelaskan, karena sibuk menatap Alara. "Sekarang giliran kalian, dari perusahaan Cahaya Pictures. Silahkan." Gania menyenggol lengan Angkasa dengan sikunya. "Berdiri Sayang, tunjukkan pada Pak Rega, kalau kamu benar-benar lebih dari pada mereka semua," bisiknya. Angkasa berdiri, membenarkan dasi yang sedikit miring. "Untuk film yang akan perusahaan kami garap adalah genre romance, cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai, tapi karena sebuah insiden mereka harus putus, lalu setelah beberapa tahun setelah melalui beberapa intrik mereka dipersatukan lagi. Untuk cast film kami juga akan memilih aktris dan aktor yang sudah profesional hingga akting mereka tidak diragukan lagi, hingga dengan itu bisa memenuhi target penonton." Angkasa menjelaskan panjang lebar di depan Rega dan dari berbagai pihak perusahaan yang lain. Gani duduk di sampingnya dari tadi tak hentinya tersenyum karena merasa Angkasa akan membuat Rega berinvestasi ke perusahaan Cahaya Pictures. Sedangkan Alara yang mendengar ide cerita yang akan diusung oleh Angkasa, mengepalkan tangan, sangat geram. Secara tidak langsung mereka mengatakan akan membuat film dengan kisah cinta mereka sendiri, Angkasa dan Gania. Di situ juga, Alara yang berperan jadi intrik dalam film. Darah Alara memanas, rasanya tidak tahan duduk di sana melihat Angkasa dan Gania cukup lama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN