Happy reading ^^
******
Kianna sudah menyetujui untuk pulang bersama Lutfi. Kini mereka berjalan bersisian satu sama lain. Wajah Lutfi terlihat begitu semringah, berbanding terbalik dengan ekspresi Kianna yang tetap datar.
"Cie-cie. Akhirnya, pacaran juga!" Beberapa teman satu kelas Lutfi menggoda mereka berdua saat sampai di parkiran.
"Berisik lo!" balas Lutfi, tapi dengan wajah merah padam.
Kianna menoleh ke sekeliling dan matanya berhenti di satu titik. Mobil Jazz hitam terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dibalik setir mobil itu, ada Gior yang sedang menunggu kedatangan Nada. Kianna hanya bisa menghela napas untuk menyembunyikan rasa kecewa yang sering kali muncul tiba-tiba.
Lutfi menyodorkan sebuah helm pada Kianna dan mereka berdua meninggalkan pelataran sekolah menuju ke rumah Kianna. Gadis berponi itu mengucapkan terima kasih banyak karena sudah diberikan tumpangan gratis. Namun, Kianna sama sekali tidak berbasa-basi untuk mengajak Lutfi mampir ke rumahnya. Ia segera berpamitan dan masuk meninggalkan Lutfi yang masih di depan pagar.
"Dianter siapa? Pacar kamu?" tanya Mama Fanny penasaran.
"Bukan, kak Lutfi cuma kakak kelas," jawab Kianna singkat sembari menaruh sepatunya.
"Kakak kelas atau kakak kelas? Pacar juga gak apa-apa kok. Mama suka, soalnya kakak kelas kamu yang tadi nganter, ganteng." Ucapan genit mama Fanny membuat Kianna menggeleng.
"Tapi Kia gak mau sama kak Lutfi," jawab Kianna tegas.
'Kia mau nya sama yang lain!' batin Kianna.
"Emangnya kamu mau pacar yang kayak gimana sih?" tanya mama Fanny sambil berguling di atas kasur Kianna. Kianna sendiri terlihat menerawang ke langit-langit kamarnya, "ada aja. Ih, kenapa mama kepo banget sih?!"
"Ya ampun, kamu ini pelit banget berbagi informasi sama mama sendiri. Awas yah, kalo nanti udah punya pacar gak kasih tau mama sama papa. Kami bakal ngambek." Kianna terkekeh mendengar ucapan mamanya yang cukup konyol.
****
Kianna terburu-buru sambil berlari kecil agar lebih cepat sampai ke kelasnya. Hari ini, ia pergi ke sekolah sedikit lebih lambat dari jadwal biasanya karena papanya mendadak sakit perut.
Di ujung tangga menuju kelasnya, sudah berdiri kakak kelasnya termasuk Gior. Akan tetapi, ekspresi Gior pagi ini tampak sangat berbeda dari hari biasanya. Wajahnya terlihat muram dan tidak bersemangat di antara temannya yang lain. Kianna menundukkan tubuh, bersikap sopan dan mengucapkan permisi untuk melewati semua orang di sana.
"Widiw, pacarnya Lutfi baru dateng nih!" ledek Fauzi, salah satu teman sekelas Gior.
Kianna menundukkan tubuh, bersikap sopan dan mengucapkan permisi untuk melewati semua orang di sana.
"Gak bareng Lutfi, Dek?" tanya Firman yang juga kakak kelasnya. Kianna menggeleng pelan.
Lagi-lagi matanya tidak sengaja bersitatap dengan Gior. Cowok ganteng itu hanya menatap Kianna dalam diam, tidak ikut serta menggoda atau mengolok-oloknya seperti teman yang lain. Setelah menatap Kianna dari dekat, Gior memilih untuk masuk ke dalam kelasnya.
'Suram banget kayak kuburan angker. Apa kak Gior marah sama Kia yah? Tapi atas dasar apa? Lupain aja, Ki, jangan terlalu berpikir dan berharap dia mikirin kamu. Sadar diri, siapa emangnya kamu?' Kianna bergelut dengan pikirannya.
****
"Ntar sore lo free gak? Temeni gue latihan, mau gak?" tanya Gior pada Nada. Nada mengangguk antusias.
"Hari ini free. Besok jadwalnya padat. Lo mau makan siang apa? Biar sekalian gue pesenin ntar," tanya Nada perhatian.
"Ayam bakar aja," jawab Gior santai.
"Gila! Gak bosen-bosen, hampir tiap hari makan ayam mulu. Yang ada nih, ntar lo tumbuh jengger, Gi," ledek Nada.
"Biarpun tumbuh jengger, lo tetep suka kan sama gue," goda Gior sambil mengacak rambut Nada.
Interaksi pasangan itu tak luput dari pandangan dan pendengaran Kianna yang kebetulan membelakangi mereka di Perpustakaan. Kianna berada di sana karena sedang mencari buku referensi untuk tugas Bahasa Indonesia dan secara kebetulan, pasangan itu sedang belajar di Perpustakaan juga sambil mengerjakan tugas.
Sesak! Namun, Kianna tidak memiliki hak apa pun atas hubungan keduanya. Salah diri sendiri yang memilih menyimpan perasaannya dan siapa yang menyuruh untuk menyukai orang yang sudah memiliki kekasih. Semua itu adalah konsekuensi yang harus Kianna tanggung atas pilihannya.
- Dan bodohnya aku, masih saja berharap dengan orang yang jelas-jelas sudah punya orang lain –
Kianna kembali duduk di markasnya, menyendiri. Ia mengetikkan kisah perjuangannya menjadi seorang pengagum rahasia. Jempolnya terus mengetikan ribuan huruf ke dalam sebuah halaman putih kosong. Menuliskan kisah cinta sendiri ternyata jauh lebih sulit ketimbang menulis kisah khayalan.
Di dalam ceritanya, ia menuliskan sesuai dengan fakta yang ada. Bahwasanya, Kianna menjadi sosok yang menyukai seseorang yang sudah memiliki pasangan dalam diam. Rasa sakit yang ia rasakan, ikut tertuang di dalam tulisannya. Jika ia mau, Kianna bisa mengubah alur cerita menjadi tokoh utama berbalik menyukainya, tetapi bukan itu yang Kianna mau. Ia mencoba menulis serealistis mungkin berdasarkan fakta.
*****
Keesokan harinya, Kianna berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Bahkan, sampai di sekolah pun baru ada beberapa gelintir orang yang ada disana. Kianna mengendap-endap masuk ke dalam ruang kelas Gior dan menempelkan post card di laci meja Gior.
Post card yang berisikan kalimat penyemangat. Kianna lihat, akhir-akhir ini Gior tampak lusuh. Mengingat mungkin terlalu padat jadwal latihan untuk kejuaraan basket antar sekolah yang akan dihadapinya. Setelah berhasil menempelkan post card itu, Kianna bergegas pergi dan berlari ke kelasnya agar tidak ada yang tahu mengenai apa yang dilakukannya.
Kianna penasaran ingin tahu bagaimana reaksi Gior ketika menemukan post card yang ia tempelkan secara diam-diam tersebut. Karena Kianna sudah hafal betul, jam berapa Gior datang ke sekolah, apa yang dilakukannya ketika sampai di sekolah, bahkan hal yang disukai Gior pun Kianna hampir tahu seluruhnya. Kianna bergegas turun beralasan untuk ke toilet. Terlihat Gior baru saja sampai di kelas karena tas belum disimpannya di loker.
Gior terlihat memegang post card berwarna hijau yang ditempelkan Kianna tadi dengan kerutan di dahi, tapi tak lama senyum terbit di bibirnya. Kianna yang menatapnya dari kejauhan ikut tersenyum. Hal sederhana seperti itu saja sudah membuatnya begitu senang, tapi Kianna harus mengontrol ekspresinya dengan baik.
Begini rasanya bahagia, melakukan hal kecil secara diam-diam yang berdampak besar bagi orang lain. Hari ini, Kianna mengamati ekspresi Gior sudah tak lagi bermuram durja. Gior kembali berbaur dengan teman-temannya, bercanda, saling mengolok satu sama lain dan tentu saja tetap melakukan hal-hal manis untuk pacarnya. Ya, pacarnya, Nada!
*****
"Double date yok, Ki!" Kianna menoleh ke arah Andara yang tengah menatapnya sambil mengedipkan mata.
"Lagi belajar, Dar!" protes Kianna dan Andara mencebikkan bibirnya. "Aku serius, Ki! Hayuk, kita double date," ulang Andara yang hanya ditanggapi gelengan oleh Kianna.
"Aku sama kak Ridwan, kamu sama kak Lutfi. Aku mau nonton, tapi sama kamu juga, Ki!" rengek Andara.
"Dara, bahasnya nanti aja deh. Nanti kita dilempar spidol sama bu Rita," bisik Kianna.
"Ck! Kia gitu terus deh, sebel. Aku tuh bete sama pelajaran bu Rita ini, Kimia bikin botak!" keluh Andara dan setelah itu menggemalah suara bu Rita di kelas mereka.
"Kianna Agusepti, Andara! Silakan keluar! Dari tadi sibuk ngobrol. Cepat keluar! Kalian pikir ini tempat rumpi." Tanduk iblis bu Rita seakan muncul begitu saja.
"Bu, saya--," protes Kianna , "iya, Bu. Kami keluar sekarang." Andara menyeret lengan Kianna dengan cepat.
Wajah kesal Kianna begitu ketara saat keluar dari ruang kelas, berbanding terbalik dengan wajah Andara yang berseri-seri seakan keluar dari jerat setan.
Kianna berjalan cepat menuruni tangga meninggalkan Andara di belakangnya. Kesal! Tentu saja. Bagaimana tidak, akibat perbuatan Andara, ia harus merasakan diusir dari jam pelajaran. Andara berteriak memanggil nama Kianna dari belakang, tapi diabaikan. Air mata menetes begitu saja sebagai ungkapan kekecewaan serta kekesalan Kianna. Karena berjalan menunduk, gadis itu tidak sengaja menabrak tubuh Gior yang baru saja keluar dari kelasnya untuk ke ruang guru.
"Maaf!" Hanya kata singkat yang terucap dan dengan tetap menunduk, Kianna berlari ke taman belakang tanpa memedulikan siapa yang barusan ia tabrak.
Gior mengerutkan dahi, heran sekaligus penasaran. Kenapa adik kelasnya berlari-lari di koridor pada jam pelajaran sambil menangis? Gior mulai memikirkan kemungkinan jika Kianna sedang sakit perut dan ia mencoba mengabaikan pemikiran tersebut lalu melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru.
*****
Kianna menghabiskan waktu dua jam pelajaran sampai jam pulang tiba dengan mengetik cerita untuk ia publikasikan hari itu. Rasa kesal dan marah, ia lampiaskan pada rangkaian huruf di atas lembar putih sebuah aplikasi menulis online miliknya.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tetapi Kianna sama sekali enggan untuk beranjak dari tempt duduknya. Gadis itu kembali memilih untuk membuka akun media sosial instagraam. Jantung Kianna berdetak begitu cepat, bola matanya terbelalak melihat salah satu postingan yang baru saja dibuat oleh Gior.
GiorgioF : Life is short, smile while you still have teeth
Ngakak! Siapa pun yang ngasih gue ini, thx u. Mood gue balik lagi :P Mulai besok gue mau senyum terus biar lo tau kalo gue punya gigi :D
Kianna tersenyum melihat postingan itu. Bahagia! Hanya perasaan itu yang bisa menggambarkan isi hatinya saat ini. Rasa kesal serta kecewa pada Andara, mendadak menguap begitu saja, tergantikan dengan rasa bahagia.
*****