Louisa mendorong d**a Sebastian menjauh. Kedua mata wanita itu sudah terbuka lebar. Potongan-potongan memori itu sudah tersambung menjadi satu cerita utuh. “Masih tidak mau mengaku? Masih berpikir aku mimpi? Hah … aku tidak pernah mimpi menciummu, Nona.” “Aku juga tidak pernah berniat menciummu. Apapun bisa terjadi saat kita mabuk. Seharusnya kamu tidak mempermasalahkan itu.” Louisa menjawab dengan cepat. “Oh … jadi sekarang kamu benar sudah mengingatnya?” Sebastian menegakkan tubuh. Pria itu terkekeh pelan. Sepasang mata pria itu masih memperhatikan wanita yang duduk di depannya. “Lupakan yang terjadi. Itu tidak penting,” kata Louisa sambil memberanikan diri membalas tatapan tajam Sebastian. “Seharusnya kamu berterima kasih denganku, Louisa.” Louisa mengedip pelan. Bola mata wanita