Dua Puluh Satu

214 Kata

Ketiganya pun duduk di sofa coklat. Dan Eza mulai berbincang. "Siapa nama laki-laki yang bawa surat tanah itu, Al?" tanya Eza ke Alesha. "Ridwan." "Nah, Bi. Kenal laki-laki yang namanya Ridwan nggak?" Eza beralih ke asisten rumah tangga itu. "Ridwan?" Bibi mengingat-ingat. "Oh iya, omnya Mbak Vania. Pengacara di Bandung dia." Dugaan Eza tidak salah, dalang di balik ini semua adalah Vania Putri, sang mantan laknat. "Bibi tahu alamat lengkapnya?" "Waduh kalau itu Bibi enggak tahu, Mas. Coba tanya Mbak Vania." "Oke deh makasih, Bi. Kami pamit dulu." "Buru-buru amat, Mas. Enggak minum dulu." "Makasih deh, Bi." Eza dan Alesha pun berjalan keluar dari rumah itu. "Jadi, aku ditipu, Za?" ujar Alesha dengan polosnya. "Bagus, pertahankan jangan lo gue lagi." Eza malah salah fokus 'aku' bu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN