Dela merenggangkan otot-otot mulutnya. Berkat Mbak Martha satu harian Dela harus memasang senyum yang ‘ikhlas’ versi Mbak Martha. Bahkan tidak ada pelanggan pun, Dela tersenyum. “Dela.” Mendengar suara memanggilnya, Dela membuka mata, melihat Revo yang berdiri di sana, di tangannya terdapat bunga dan cokelat. Apa lagi ini? Revo menyodorkan barang yang ia bawa kepada Dela. “Buat lo,” katanya. Dinaikkannya satu alis melihat Revo. Ini bukan hari valentine, bukan pula hari ulang tahunnya. Lalu, untuk apa Revo memberikannya bunga dan cokelat begini? “Kamu suka cokelat kan? Kamu juga suka bunga?” Dela tertawa miris. Sekarang terlihat bukan, bahwa selama berpacaran Revo tak pernah memperhatikannya. Dia memang menyukai cokelat tapi tidak dengan bunga. Bagi Dela, bunga itu hanya untuk orang