"Ra, bangun … nyenyak banget tidurnya." Dokter Adit menepuk wajahku, membuat mataku terbuka secara perlahan. "Biasanya, di facial itu sakit, kok kamu malah tidur nyenyak?" tanyanya. Aku tertawa menahan rasa malu.
"Em, gak tahu, Dok. Gak ada rasa sakit. Ada dikit, dikit … banget …. Tapi, entah kenapa sakit itu tidak terasa dan dapat terkalahkan oleh rasa kantuk," jawabku penuh keramahan.
"Ya ampun, Tiara … kamu ini lugu dan polos," ucapnya. Ya ampun Dokter Adit ,,, please simpan senyumu, aku bisa meleleh kalau seperti ini.
"Tuh kan, senyum sendiri. Kenapa? Saya ganteng?" cetusnya.
"Hahahahah, ampun deh, PD banget," ucapku. Padahal dalam hati memang iya banget malah. Istighfar Tiara, Astagfirullah….
"Please jangan panggil saya Dokter, tapi kita berteman?"
"Oke, Adit … terima kasih mau menjadi temanku yang buruk rupa dan jauh dari kata sempurna ini," celetukku tanpa rasa canggung. Kami betul-betul telah merasa cocok untuk berteman.
Adit mengambil kaca dan memberikannya padaku. Alamak, memang jerawatku sudah pada kempes, tapi wajahku kini penuh tanda merah. Aw ,,, baru terasa ada rasa perih. Perih atau pedih? Entahlah intinya semacam itu. Kupegang wajah ini secara perlahan.
"Dok." Tidak ada jawaban … aku mencobanya kembali.
"Dok ,,, dok ,,, dok ,,,."
Masih tidak ada jawaban. Ini orang kenapa ya? Masa iya ganteng-ganteng tidak dapat mendengar?
"Adittttttttttt!!!!!!!!!" Triaku.
"Aku di sini, Tiara … jangan berteriak. Memang aku tuli?" tuturnya.
"Ih … bukan gitu, Dok. Habis saya panggil-panggil gak mau nyaut. Ini saya mau nanya, merah-merah ini bakal ilang gak? Masa kirikilnya lepas, bekas kirikilnya lebih menyeramkan," keluhku.
"Oh tenang. Saya punya ini." Dengan menampakkan gigi yang rata, Dokter Adit mengeluarkan satu paket perawatan wajah.
"Dalam dua minggu, wajahmu akan bebas jerawat, komedo, dan flek parah. Wajah juga akan terlihat glowing alami," terangnya.
"Wah ,,,, Dok, ini kan krim wajah yang suka diposting oleh penulis favoritku, Rena Ariana ….," ucapku.
"Iya, dia itu memang salah satu custumer saya. Biar cepat glowingnya, jangan lupa rajin konsultasi. Selama proses penyembuhan, jangan makan makanan yang mengandung banyak kadar minyak, karena kulit wajahmu tipe berjerawat. Hindari setres dan rajinlah mencuci muka. Gunakan krim ini siang dan malam. Di kemasan ada cara pemakaiannya," terangnya. Wah ternyata Mbak Rena kenal Dokter Adit.
"Baiklah, Dokter Adit. Terima kasih banyak," ucapku. Ingin rasanya berkata, 'Terima kasih Dokter tampan, tapi takut di serampang. Wkkwkwkwk'
****
"Ehem … ehem … asyik banget ngobrolnya!" celetuk Mba Milka yang entah kapan dia tibanya. Mba Milka langsung datang dan duduk menghampri kami.
"Ra, Ayok pulang," ajaknya. Aku terdiam. "Lihat tu udah pukul 11.30 siang. Di depan banyak yang mau konsultasi juga," ucap Mba Milka.
"Hheheh iya … makasih Adit. Kami pulang dulu," ucapku sambil menarik tangan Mba Milka. Entah, sepertinya Kakak iparku ini bingung terihat matanya melotot saat aku memanggil Dokter Adit, tanpa embel-embel Dokter. Cckkckck, bodo agh, yang penting hari ini aku happy. Sangat happy, Tiara seperti terlepas dari kandang singa dapat bernafas dengan bebas.
"Tiara! Jangan lupa! Mulai besok kita mulai program dietnya!" triaknya mengingatkan.
"Siap, Adit!" Mba Milka masih termenung melihat sikapku. Lucu banget jika wajahnya seperti ini …
Buk !
Aw ,,, aku menabrak seseorang saat keluar dari klinik Adit.
"Hati-hati, Ra," ucap Mbak Tiara.
"Dasar kebooo!!!!! Emang ya, kalau kebo itu gak bisa jalan pake mata! Secara gitu, keberatan badan,"maki seseorang yang suaranya tak asing di telingaku.
"Hoh, ternyata anak dari keluarga kurang beradab ya? Pantas bahasa yang keluar, bahasa mulut tidak berpendidikan," balasku memaki tatkala mataku melihat kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Ida dan Sandra calon iparnya. Mereka memang cocok.
"Aduh kalian ini, cantik si, tapi sayang, mulutnya bau sampah! Jangan menghina! Bisa saja besok kalian yang berada di posisi Tiara! Jangan sukak menyakiti hati orang lain dengan mulut kalian, kalau tidak mau mulut kalian itu bau tempat sampah busuk!" cetus Mba Milka.
"Widih, biarkan saja Mba Sandra. Lihat tu gajah, abis nyalon, hahahhaha mukanya malah budukan begitu. Dasar! Jelek mah jelek aja keles!" lontar Ida.
"Oh gitu ya, kalau gitu, minggir! Gajah mau lewat!" Dengan menarik tangan Mba Milka, aku sengaja menabrak Ida dan Sandra hingga mereka tersungkur. Tidak lupa, setelah mereka terjatuh, aku memutar balik dan sengaja menginjak tangannya.
"Awww … sakit!" pekiknya.
Tak peduli, kuabaikan keduanya.
*****
"Nanti sampai rumah, kamu langsung pake scincarenya," ucap Mba Milka.
"Siap, Mba. Makasih ya, sudah mengenalkan Tiara sama Dokter Adit."
"Sama-sama, Sayang …." Ya Allah Kakak Iparku ini sangat baik. Pantas saja Ibu sangat sayang padanya. Tidak semua mertua itu jahat, hanya ada beberapa. Dan tidak semua menantu tidak mau menghargai mertua, seperti Mba Milka yang sangat menghargai Ibu dan Ayah.
"Kamu cepat akrab ya sama, Adit?" ucapan Mba Milka kali ini benar-benar mampu membuat kerongkonganku mengering.
"Iya, Mba. Dia lucu, baik."
"Ganteng lagi! Jomblo lo!" sambarnya ketika aku belum selesai berbicara.
"Mba lupa? Aku ini kan masih istri Bara. Lagi pula tidak mungkin, Mba," ucapku.
"Tidak mungkin kenapa? Minder sama tubuhmu? Mba yakin kamu bakal bisa memikat hati Adit," cetusnya.
"Agh, Mba ini. Jangan bikin Tiara terbang ke awan. Nanti kalau jatuh sakit, Mba.
"Lihat saja kalau program dietmu berhasil. Inget mulai hari ini, jangan terlalu banyak makan nasi! kurangin makanan berminyak yang bisa menumpuk lemak. Jangan terlalu banyak minum air dingin apalagi dingin dan manis. Mulai besok, taro irisan lemon di botol minumu. Dan ... rajin olahraga pastinya. Hehhehe Mba Milka sok tahu ya? Hihihi maaf, itu akan menjadi urusan kamu dan Adit," jelasnya.
Aku memeluk Mba Milka. Mengucapkan banyak terima kasih.
Hem ... apa kabar si kembar. Bundanya malah asyik sendirian. Maafka Bunda kembar ....
*****
Aku dan Mba Milka pulang dengan perasaan senang. Tidak sabar untuk besok. Mulai besok aku akan banyak menghabiskan waktu dengan Handshome Dokter. ' Ampun Tiara ,,, mikir apaan si?' Ada-ada saja aku ini.