Sinar mentari menyapa, menembus celah-celah jendela kamar Jovanka. Dia membuka mata dengan diiringi senyum bibirnya yang mungil. Dia menggeliat, kemudian beranjak dari tempat tidur. "Hoam ... selamat pagi diri ini. Pagi yang indah, apalagi nanti bakal ada kamu di sisiku." Jovanka berkhayal tentang Adelio yang nanti diharapkan menjadi pendamping hidupnya kelak. Terlalu jauh angannya, sehingga kelak mampu menyakitinya juga. Dia tak belajar dari pengalamannya terdahulu. Dia yang menyakiti dan menyia-nyiakan, bahkan dia juga yang berharap seseorang itu kembali dengan melupakan semua yang telah ia perbuat. Jovanka bertingkah seolah-olah dia yang selama ini tersakiti. Sifat egoisnya, yang menuntun dia dengan rasa tak peduli. “Pagi, Tuanku.” Makhluk tinggi besar yang selama ini setia menemani