Bab 4 Mereka Adalah Bagianku

1600 Kata
Alina terdiam sejenak, kemudian berkata. “ Tapi, kakek tidak perlu melakukan hal seperti itu.” ucapan Alina tentu saja membuat sang kakek terkejut. “ Apa maksud kamu, Nak?” tanya Gama sambil mengerutkan kedua alisnya. “ Dalam hal ini, aku yang disakiti oleh mereka bukan kakek.” Alina memejamkan mata sejenak. “ Dan sudah tentu, urusan memberikan pelajaran pada mereka adalah urusan aku, dan hanya aku yang berhak membalas semua sikap buruk mereka padaku.” Gama mengelus rambut Alina dan menyeka airmata sang cucu yang tak henti mengalir. Hatinya begitu geram melihat sang cucu yang diperlakukan tidak adil oleh keluarga Mahendra. “ Nak…Kamu adalah bagian dari kakek. Kamu adalah pewaris tunggal keluarga Abimana, dan sudah menjadi kewajiban kakek untuk ikut campur dalam urusan ini. Kakek tidak akan membiarkan siapapun menghina dan menyakiti bagian dari keluarga Abimana.” Alina kembali menatap wajah sang kakek sambil tersenyum. “ Aku tahu itu, Kek. Dan aku bersyukur karena punya kakek yang akan menjagaku mulai saat ini.” Alina menjeda sejenak. “ Tapi, aku hanya ingin melihat semua musuhku hancur oleh tanganku sendiri.” Alina menajamkan pandangannya. “ Dari dulu aku selalu mengerjakan apapun sendiri dan tidak ingin merepotkan siapapun.” “ Itu dulu. Sekarang sudah berbeda,” ucap Gama sambil menautkan alisnya. “ Dulu kamu tidak memiliki siapa – siapa untuk diminta pertolongan. Dulu tidak ada yang mau melindungi kamu, Nak. Tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Kamu sudah menjadi tanggung jawab Kakek sepenuhnya. Jadi, biarkan Kakek yang menyelesaikan masalah ini dengan cara kakek.” Alina menggelengkan kepala. “ Tidak, Kek. Biar aku saja yang mengurus keluarga Mahendra dan Keluarga Wibowo.” Sorot mata tajam menggambarkan kalau Alina begitu yakin dengan perkataanya. “ Intinya, Membalas perbuatan keluarga Mahendra adalah urusanku, kakek cukup memberikan arahan saja padaku, dan biarkan aku yang bertindak.” Gama terdiam sesaat sambil menatap wajah sang cucu yang terlihat begitu yakin akan mampu melakukan pembalasan atas Tindakan keluarga Mahendra padanya. Dan pada akhirnya Gama pun mengangguk. “ Baiklah, kakek akan mendukung semua keputusanmu,” ucapnya setuju dengan keputusan Alina. “ Sekarang kamu istirahat, kakek akan menjaga kamu disini sampai kamu sembuh,” tambahnya. Alina menggelengkan kepala. “ Tidak, kek, sebaiknya kekek pulang dulu dan beristirahat dirumah saja, disini aku akan baik – baik saja, karena ada suster yang merawat.” Alina menoleh kearah Danar. “ Paman Danar…Tolong anter kakek pulang dulu, dan suruh untuk istirahan, aku takut nanti kakek jatuh sakit.” “ Tentu saja, Nona,” jawab Danar. “ Apa yang dikatakan Nona Muda memang benar Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja, saya akan meminta beberapa pelayan untuk menjaga Nona muda disini.” Gama menggelengkan kepala, tangannya mengelus wajah Alina. “ Tidak, Nak, Kakek tidak akan meninggalkan kamu disini sedirian, Nak,” tolak Gama enggan untuk berpisah dengan sang cucu yang baru saja dipertemukan itu. “ Apakah kakek sayang sama aku?” Gama mengangguk, “ Tentu saja, Nak. Kamu adalah kebanggaan kakek sekarang. Makanya kakek tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu. Unuk itu, kakek tidak akan meninggalkanmu disini sendirian.” Alina tersenyum menengar jawaban sang kakek. Lalu dia kembali berkata. “ Kalau memang kakek sayang sama aku, maka kakek harus nurut sama aku. Kakek harus pulang dan beristirahat, aku tidak mau kalau sampai kakek kecapaian dan ngedrop akibat terus mengkhawatirkan aku.” Gama terdiam mencoba mencerna perkataan sang cucu. Dan setelah sekian lama terdiam, akhirnya Gama kembali berkata. “ Danar, Suruh Mandy dan Thomas datang kemari, sekarang!” “ Baik, Tuan.” Tanpa harus dua kali memerintah, Danar pun segera menghubungi Mandy dan memintanya untuk datang. Hanya butuh waktu dua puluh menit dari kantor Bima Corp ke Rumah Sakit, dan Mandy pun kini sudah berada di hadapan Gama. Begitu juga dengan Thomas keduanya sudah berdiri dihadapan Gama. Wanita berusia sekitar tiga puluh tahun itu tampak terlihat cantik dengan mengenakan celana bahan warna hitam, dan sepatu hak tinggi serta kemeja warna putih. Dia begitu horman berdiri dihadapan Gama dan telah siap menerima perintah dari sang big bos. “ Mandy, perkenalkan ini cucuku Alina.” Mandy menoleh lalu membungkuk pada Alina, “ Senang bertemu dengan anda Nona.” Alina hanya mebalasnya dengan senyum. Ada rasa kagum dengan penampilan Mandy yang begitu sempurna sebagai seorang wanita. Andai saja dirinya bisa berpenampilan secantik itu, tentu saja Nawan tidak akan pernah mencampakannya dan menggantikan posisinya sebagai istri dengan Wanita lain seperti Sintya Wibowo. “ Mulai hari ini, aku mengangkat cucuku sebagai Presiden Direktur Bima Corp. Dan kamu aku beri tugas untuk terus menampinginya dan membimbingnya, paham?” Mandy langsung mengangguk. “ Tentu saja saya paham Tuan. Saya akan menjaga Nona Alina serta membimbingnya dalam menjalankan perusahaan.” “ Bagus, sekarang, aku titipkan Cucuku padamu, jaga dia disini sampai sembuh. Aku akan kembali ke Abu Dhabi. Bawa dia padaku saat Alina sudah benar – benar siap untuk menjadi President Direktur Abimana Enterprise.” Gama menoleh kearah Thomas “ Dan kamu Thomas, Jaga keselamatan cucuku, sekalian terus cari keberadaan Shafira sampai ketemu.” “ Baik, Tuan.” Mandy dan Thomas mengangguk. Gama Abimana pun kembali focus pada sang cucu. Dan pada saat dirinya hendak mengucapkan sesuatu, Alina sudah terlebih dulu berkata. “ Maaf kakek. Apakah kakek tidak salah dengan menyerahkan perusahaan sebesar Bima Corp padaku?” Alina tidak bisa menerima semua ini. Alina sangat sadar, kalau pendidikannya pun hanya sebatas SMA saja, dan tentu tidak memiliki kemampuan apapun dalam bidang management memimpin sebuah perusahaan yang sudah Multinasional seperti Bima Corp. Sungguh tidak pantas baginya kalau harus menjadi President Direktut Bima Corp, karena sudah bisa dipastikan dia tidak akan mampu membawa kemajuan bagi perusahaan. Apalagi Alina pernah dengar, kalau karyawan Bima Corp dikantor pusat saja sudah sekitar tiga ribu orang. Belum lagi karyawan yang tersebar dihampir seluruh propinsi Negeri ini, yang merupakan anak perusahaan Bima Corp. “ Nak, Suatu hari nanti, semua perusahaan milik kakek akan menjadi milikmu. Dan untuk itulah, kakek meminta kamu memimpin perusahaan sekecil Bima Corp, sebelum nantinya kamu akan memimpin perusahaan yang lebih besar, yaitu Abimana Enterprise.” Apa Bima Corp perusahaan kecil? Dengan memiliki anak perusahaan hampir diseluruh Propinsi di Negeri ini masih dibilang perusahaan kecil? Yang benar saja, bagaimana keadaan perusahaan induknya Abimana Enterprise? Alina terbelelak mendengar perkataan Gama Abimana yang menganggap kalau Bima Corp adalah perusahaan kecil. Walau pun Alina hanya tinggal di panti asuhan, tapi Alina sendiri sudah banyak mendengar tentang Bima Corp. Bahkan dirinya pernah berharap bisa bekerja diperusahaan sebesar itu. “ Tapi, kek? Apa tidak ada orang lain untuk memimpin perusahaan itu?” Gama Abimana pun menggeleng, “ Tidak, Kakek hanya punya anak satu, yaitu ibumu. Dan ibumu juga punya anak satu yaitu kamu. Jadi sudah pas kalau kakek menyerahkan salah satu perusahaan seperti Bima Corp pada cucu kakek satu – satunya,” jawab Gama menegaskan. “ Kakek harap, kamu mau belajar banyak dari Mandy dalam memimpin perusahaan. Dan bila tiba waktunya nanti, maka kakek akan menunggumu di Abu Dhabi. Karena pusat perusahan kekek terbesar ada disana. Yaitu Abimana Enterprise,” jelasnya kembali. Sepertinya keputusan sang kakek tidak bisa dirubah lagi, Alina pun mengalihkan pandangannya pada Mandy, dan meminta jawaban, apa yang harus dilakukannya. “ Nona gak perlu khawatir, saya akan selalu mendampingin Nona dalam menjalankan perusahaan. Saya sangat yakin, kalau dalam tiga bulan saja, Nona sudah bisa menjalankan perusahaan dengan baik.” Alina menarik nafas panjang. Perkataan Mandy barusan sedikit membuatnya lega, karena dia tidak harus sendirian dalam menjalankan perusahaan sebesar Bima Corp. Sambil mengangguk, Alina pun berkata. “ Baiklah, Kek, Alina janji, Alina akan bekerja keras untuk kemajuan Bima Corp. Alina akan terus belajar dan belajar bagaimana caranya menjadi pemimpin perusahaan yang baik, bertanggung jawab, dan bisa memberikan yang terbaik buat perusahaan.” Gama tersenyum puas mendengar jawaban sang cucu. Tangannya kembali mengelus rambut Alina dengan lembut. “ Kakek percaya, kamu pasti bisa membanggakan kakek. Dan sekarang, kakek harus kembali ke Abu Dhabi. Kakek akan menunggu kamu dan ibumu disana.” Alina mengangguk lalu berkata. “ Tadinya, Alina ingin sekali mendengar kisah dari kakek, kenapa mamah pergi dan meninggalkan kakek? Apa yang sudah terjadi pada kalian berdua?” ucap Alina sambil menjeda sejenak. “ Tapi, melihat kakek begitu yakin kalau mamah masih hidup, Alina lebih memilih menanyakan langsung sama mamah nanti disaat mamah sudah ditemukan. Dan Alina janji, Alina tidak akan tinggal diam. Alina akan terus mencari mamah sampai ketemu, dan membawanya kembali kepangkuan kakek.” Gama Abimana pun tersenyum. Lalu memeluk Alina. “ Jaga diri baik – baik. Dan jangan lupa, terus berkomunikasi dengan kakek diwaktu senggang.” Gama Abimana pun mencium kening Alinan. “ Kalau kamu sudah menemukan mamah kamu, maka hubungi kakek. Dan kakek akan kembali tinggal disini seperti dulu lagi. Kakek pergi dulu.” Setelah selesai melepas kerinduannya dengan sang cucu, Gama Abimana pun memutuskan untuk kembali ke Abu Dhabi. Semenjak pertengkaran dengan Shafira dan membuat putrinya itu pergi meninggalkannya, Gama Abimana pun memutuskan untuk memindahkan semua aset kekayaannya ke Abu Dhabi, dan menetap didana sampai saat ini. Alina menatap punggung sang kakek dengan mata lelehan airmata yang membasahi wajahnya. Tidak bisa dipungkiri, kalau masih ada perasaan rindu dalam hatinya pada sang kakek. Alina tidak menyangka, kalau permintaanya agar sang kakek beristirahat, malah membuatnya pergi jauh dan entah kapan akan kemabali lagi. Namun dibalik itu semua, Ada sesuatu yang membuat semangat Alina kembali tumbuh. Keyakinan sang kakek kalau mamahnya diyakini masih hidup. Karena sudah sejak lama Alina pun merasakan hal itu. Alina yakin, kalau mamahnya memang masih hidup, dan saat ini entah berada dimana, dan apa yang terjadi pada mamahnya itulah yang tidak diketahui. ‘Alina janji, Alina akan cari mamah sampai ketemu, karena Alina dan Kakek sama – sama memiliki keyakinan, kalau mamah masih hidup,’ batinnya sambil memejamkan mata. Sedangkan Thomas berjaga diluar kamar, sementara Mandy menemani Alina di dalam kamar rawat inap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN