Bab 2 Keguguran

1500 Kata
“ Si Alina ngigau kali? Memangnya dia mampu hidup diluar sana. Kamu harusnya bersyukur, karena adikku masih baik tidak menceraikanmu…kamu pikir bisa apa tanpa keluarga kami, hah?” Lucy pun menimpali perkataan Sinta kakaknya. Nawan mengibas – ngibaskan tangannya. “ Sudalah Alina, kamu jangan banyak bertingkah. Sebainya cepat kerjakan semuanya seperti biasa, dan aku tidak akan menceraikan kamu.” Nawan begitu yakin, kalau Alina tidak akan pernah membantahnya lagi. Karena Nawan tahu betul siapa Alina. Seorang yatim piatu yang hidup dipanti asuhan, dan mendapatkan bisa mendapatkan hidup layak setelah menikah dengannya. Jadi, mana mungkin Wanita miskin seperti Alina mau membantah perintah darinya sebagai suami, dan juga Tuan Muda dari keluarga Mahendra. “ Kalau begitu, suruh saja Sintya yang memasakan air untukmu. Karena mulai hari ini, aku sudah tidak ingin lagi menjadi istri kamu. Jadi, cepat ceraikan aku sekarang juga, atau aku akan menggugatnya melalui kantor hukum.” Perkataan Alina mengejutkan semua orang. Mereka tidak menyangka, kalau Alina yang dianggapnya lemah itu, ternyata berani mengambil Tindakan tegas. Dan tentu saja hal ini akan mencemarkan nama baik keluarga Mahendra, kalau sampai Alina menggugat perceraian dengan Nawan melalui kantor hukum. “ Sial! Berani kamu mengancamku, hah!?” Mata Nawan terbuka lebar, melotot menatap Alina yang begitu tenang berdiri dihadapannya. “ Baik, kalau memang itu maumu. Alina Basita, Mulai Detik ini juga, kamu sudah bukan lagi istriku. Sekarang, pergi dari sini.” Alina pun terpejam setelah mendengar kata cerai yang diucapkan oleh Nawan untuknya. Tidak terasa, ada airmata yang mengalir membahasi pipinya saat ini. Entah apa perasaan yang ada dalam hati dan pikiran Alina saat ini? bahagiakah? Atau sedih? Alina menatap wajah suaminya dengan lurus dan berkata. “ Terima kasih, mas. Dan aku janji, sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mempertemukan kamu dengan anakmu kelak saat dia lahir.” Ucapnya sambil berjalan untuk masuk kekamar, mengambil barang – barang miliknya. “ Eh, Eh, Eh…mau kemana kamu?” tahan Lisna menarik tangan Alina. “ Alina mau ngambil barang – barang milik Alina, bu,” jawab Alina sambil menatap wajah mantan mertuanya itu. “ Enak saja! Semua barang itu dibeli oleh hasil uang dari Nawan. Jadi kamu tidak berhak untuk membawa sepotong kain pun dari rumah ini, paham!” bentak Lisna sambil mencekal tangan Alina Dengan keras dan kasar. “ Ibu gak perlu khawatir, karena aku gak butuh barang – barang yang dibelikan oleh mas Nawan. Aku hanya ingin mengambil kalungku, peninggalan kedua orang tuaku, itu saja.” Lisna mendengus kesal mendengar jawaban Alina seperti itu. “ Sombong kamu! Sudah mau jadi gelandangan saja masih banyak gaya,” maki Lisna. “ Cepat ambil, dan pergi dari sini!” Alina tidak lagi berucap, dia segera masuk kedalam kamar dan mengambil kaluang yang tergeletak diatas nakas, lalu makainya. Setelah itu, Alina pun keluar dan berjalan menuju pintu rumah. Tanpa menoleh kebelakang, Alina pun langsung pergi meninggalkan rumah keluarga Mahendra. Alina berjalan ditengah guyuran hujan yang sangat deras. Udara dingin terasa begitu ngilu menusuk tulang – tulang seluruh tubuhnya, tapi Alina tidak memperdulikan. Dia terus berjalan menjauhi kediaman keluarga Mahendra yang saat ini sudah tidak terlihat lagi. Sepanjang jalan Alina terus berpikir, kemana dirinya harus pergi? Sementara Alina sangat tahu, kalau didunia ini tidak memiliki siapapun. Menurut kabar, kedua orang tuanya adalah anak tunggal, hingga tidak memiliki kakak atau pun adik. Untuk kembali kepanti itu hal yang tidak mungkin, karena Alina begitu malu untuk bertemu pengurus panti yang dulu pernah memberikan saran, agar Alina tidak menerima lamaran dari Nawan. “ Kemana aku harus pergi?” lirinya. “ Jangankan untuk menyewa tempat tinggal, untuk sekedar membeli roti pun aku memang tidak punya uang.” Dengan tubuh menggigil karena kedingan, sementara hujan masih belum reda, tapi Alina masih terus berjalan agar semakin jauh dari rumah keluarga mantan suaminya. Tepan disaat Alina sedang berpikir, tiba – tiba sebuah kendaraan terlihat hilang kendali. Dan tentu saja hal ini membuat Alina terkejut. Dia pun mencoba berusaha untuk menghindar agar tidak tertabrak, namun naas sudah terlalu dekat. CIIIIT “ Awas!!!” Terdengar teriakan memberi peringatan pada Alina untuk menghindar. Terlambat bagi Alina untuk bisa menghindar dengan sempurna, hingga dia pun tertabrak oleh bagian sisi mobil tersebut, dan tentu saja hal itu membuat Alina terpental dan terjatuh, hingga tak sadarkan diri. Kejadian itu membuat banyak orang langsung berkeruman ditempat kecelakaan. Mereka mencoba menolong Alina yang tergeletak tidak sadarkan diri. Sementara dari dalam mobil keluar seorang laki – laki berusia sekitar tujuh puluh tahunan, dikawal oleh beberapa orang berjas hitam, dan langsung menghampiri Alina yang masih belum sadar juga. “Apa! Bukankah itu Tuan Gama?” teriak salah seorang dari kerumunan yang langsung bisa mengenali siapa laki – laki Tua itu. “ Iya, Benar, itu Tuan Gama Abimana. Orang terkaya se - Asia,” sahut salah seorang yang juga mengarahkan pandangannya pada Orang Tua yang tiada lain adalah Gama Abimana. Tentu saja semua mengenal siapa Gama Abimana. Seorang yang paling berpengaruh di Asia itu, dan merupakan orang terkaya nomor satu di Asia, dan masuk sepuluh besar orang terkaya di Dunia. Ada dua perusahaan milik Gama Abimana. Yang pertama tentu saja Abimana Enterprise, yang merupakan perusahaan induk, yang berkantor di Abu Dhabi. Sementara di Negara ini Gama Abimana memiliki perusahaan bernama Bima Corp. Langkah Gama berhenti tepat didekat Alina yang masih belum sadarkan diri. Gama pun jongkok untuk memeriksa keadaan Alina. “ Apakah dia tidak apa – apa?” tanya Gama sambil memeriksa keadaan Alina. Gama mengerutkan Alisnya saat melihat ada sesuatu yang melingar dileher Alina. Sesuatu yang tentu saja mengingatkannya pada seseorang. “ Cepat, panggil ambulance!” teriak Gama pada ajudannya terlihat begitu panik. “ Baik, Tuan,” Dengan sigap sang ajudan langsung menghubungi pihak Rumah Sakit, dan memintanya untuk mengirmkan Ambulance kelokasi kecelakaan. “ Ambulance dalam perjalanan, Tuan. Sebaiknya Tuan segera kembali kemobil, dan kita harus segera sampai di Bima Corp, sesuai jadwal yang sudah ditentukan,” ucap sang Ajudan mengingatkan Gama. “ Tidak perlu, batalkan semua pertemuan untuk hari ini. Aku ingin memastikan kalau gadis ini baik – baik saja,” ucapnya begitu tegas, membuat sang Ajudan pun terkejut. “ T – tapi, Tuan –“ “ Tidak ada tapi, jalankan saja perintahku!” bentak Gama memotong ucapan sang Ajudan yang ingin meprotes keputusan Gama. “ B – baik, Tuan.” Sang Ajudan tidak berani membantah, dia pun langsung menghubungi para pengusaha yang merupakan rekanan bisnis keluarga Abimana dan mengabarkan, kalau pertemuan hari ini dibatalkan. Tentu saja hal ini membuat Sebagian orang merasa kecewa, terutama keluarga Wibowo yang sudah berharap benar untuk bisa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan Bima Corp, yang merupakan salah satu perusahaan multinasional dan terbesar di Asia, bahkan sudah merambah ke Sebagian Eropa dan Amerika. Tak lama berselang, Ambulance pun datang. Beberapa petugas medis langsung memberikan pertolongan pertama, dan setelah itu membawa Alina menuju Rumah Sakit yang jaraknya tidak jauh dari tempat kejadian. Gama Abimana pun mengikutinya dari belakang. Entah apa yang mendorong Gama Abimana hingga dia bersikeras ingin memastikan kalau Alina baik – baik saja? Hal inilah yang menjadi pertanyaan dari ajudannya sampai saat ini, namun dia sendiri tidak berani menanyakan hal itu secara langsung. Sesampainya di Rumah Sakit, Alina langsung mendapatkan perawatan oleh tim dokter di ruangan IGD. Tentu saja pihak Rumah sakit akan langsung sigap, mengingat yang memerintahkan mereka adalah Gama Abimana, orang paling berpengaruh di Negeri ini bahkan di Asia dan Sebagian Eropa dan Amerika. Gama terlihat begitu cemas dengan keadaan Alina. Padahal dia itu bukan siapa - siapa Gama, tapi tetap saja raut muka pria berusia diatas tujuh puluh tahun itu terlihat begitu khawatir saat ini. Mungkin karena Alina mengalami nasib seperti ini karena terserempet mobilnya, makanya Gama terlihat begitu merasa bersalah. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan Alina. Dan tentu saja, Gama dengan cepat menghampirinya. “ Gimana keadaanya, dok? Apakah gadis itu baik – baik saja?” tanya Gama terlihat begitu khawatir. “ Kondisinya sedikit parah Tuan. Akibat benturan dikepala, Wanita itu harus mengalami gegar otak ringan. Tapi…” Dokter tidak melanjutkan ucapannya. Dan tentu saja hal itu membuat Gama semakin penasaran. “ Tapi apa? Apakah gadis itu mengalami patah tulang? Atau hilang ingatan?” Dokter pun menggelengkan kepala. “ Tidak, Tuan. Ada hal yang lebih serius yang menimpa Wanita itu.” Dokter menarik nafas sejenak. “ Wanita itu keguguran…” “ Apa!!!” Gama terbelalak saat mendengar kalau Alina mengalami keguguran. ‘Jadi, Wanita itu sedang hamil? Kasihan sekali dia. Gara – gara sopirku tidak hati – hati, akhirnya dia kehilangan janinnya,’ batin Gama dengan penuh penyesalan, karena sudah menjadi penyebab Alina kehilangan calon bayinya. “ Lakukan yang terbaik, Dok! Aku ingin Wanita itu selamat! Karena aku ingin minta maaf secara langsung padanya yang telah menjadi penyebab Wanita itu kehilangan calon anaknya.” Semua terkejut mendengar perkataan Gama. Laki – laki paling berpengaruh di Negeri ini dan juga di Asia itu, ternyata menginginkan pengampunan secara langsung dari Wanita lusuh seperti Alina, yang secara pisik tidak perlu dipermasalahkan, dan cukup menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. " Baik, Tuan." jawab Dokter sambil membungkuk, lalu berjalan kembali memasuki ruangan perawatan Alina, karena rencananya Alina akan dipindahkan keruangan rawat inap pasien.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN