Davin melirik Nana sesekali, menyadari kesedihan yang tersirat di wajahnya. Ia tahu momen ini pasti sulit bagi Nana, dan ia ingin melakukan apa pun untuk membuatnya merasa lebih baik.
Dengan lembut, Davin menyentuh tangan Nana yang diletakkan di pangkuannya, menggenggamnya dengan penuh kehangatan.
“Mbak Nana, kamu gak sendirian lagi,” ujar Davin dengan suara lembut, matanya menatap penuh kasih pada gadis di sampingnya. “Aku di sini, untuk selalu ada buat Mbak. Mulai sekarang, semua yang terjadi kemarin biarlah jadi masa lalu. Yang penting, Mbak punya masa depan yang lebih baik di depan mata.”
Nana menoleh, menatap Davin dengan mata yang masih berkilat oleh rasa haru. Kata-kata Davin selalu mampu menenangkannya, memberikan kekuatan di saat ia merasa rapuh. “Aku cuma... gak nyangka semu
