Ganang menatap Nana dengan tatapan bingung dan marah. "Apa maksudnya ini, Nana?" tanyanya dengan suara bergetar.
Nana berkata pada Ganang dengan suara gemetar, "Ya itu, Ayah. Mas Kenzi bermain api dibelakang. Dia tadi kirim pesan padaku ingin membatalkan pernikahannya dan ternyata, dia sama Shakira, Ayah! Aku ga bisa terima ini. Jika aku tak jadi nikah dengan Mas Kenzi, Shakira juga tidak! Aku tidak setuju."
Emanuela, ibu mereka, mendekati Nana dan mencoba menenangkan putrinya. "Nana, tenanglah dulu. Kita nanti bicara dulu dengan mereka, ya."
Namun, Nana menggeleng dengan tegas. "Ga bisa nanti, Bu. Aku ga mau diginiin.” Nana lalu meminta, “ibu telpon Shakira dan minta dia pulang sekarang kalau bisa sama Kenzi karena mereka lagi bersama, kalau tidak aku yang akan bicara dengan mereka. Aku ga bisa menunggu lagi," ucap Nana sambil menangis.
Nana sudah memastikan itu pada rekam kerja Kenzi di kantornya dan rekannya itu mengatakan jika Kenzi belum kembali ke kantor setelah istirahat makan siang.
Sementara itu, Ganang terdiam, wajahnya tampak tegang. Ia berpikir keras, mencoba mencari cara terbaik untuk menangani situasi ini. Emanuela menghela napas panjang, lalu bertanya pada suaminya, “ayah, ibu telepon Shakira saja ya?” Emanuela tak mungkin membiarkan Nana bicara sendiri. Ganang mengangguk tanpa melihat ke arah istrinya itu.
Emanuela pun meraih ponselnya dan mulai menelpon Shakira, berharap mereka bisa menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
Sementara yang terjadi pada Shakira, Shakira sedang duduk di salah satu meja di restoran dekat pantai bersama Kenzi, hari mulai sore, setelah tadi makan siang, keduanya berbelanja. Kenzi membelikan beberapa pakaian untuk Shakira, dan kini mereka sedang menunggu sunset. Hal yang sangat disukai Shakira.
Suasana romantis terasa dengan pemandangan laut yang indah di depan mereka. Kenzi terus memandangi wajah Shakira dengan tatapan kagum, sementara Shakira sibuk minum sambil tersenyum padanya.
"Kak Ken, kayaknya betah banget liatin aku," ujar Shakira sambil tersenyum. Kenzi tersenyum lebar. "Habisnya salah sendiri punya wajah kok cantik sekali." Shakira menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. "Gombal!"
Kenzi meraih tangan Shakira dan berkata dengan serius, "Aku serius. Aku nggak gombal. Aku nggak akan nyesel nikah sama kamu, tiap bangun tidur lihat wajah cantik kamu. Tidur seranjang denganmu, lalu..."
Shakira menempelkan jari telunjuknya di bibir Kenzi. "Stop! Jangan lanjut." Kenzi melahap jari telunjuk Shakira dengan lidahnya, membuat Shakira bergidik. "Idih, jorok." Kenzi tertawa. "Tapi suka kan?" Shakira menggeleng dengan cepat. "Tidak! Itu jorok."
Tiba-tiba, ponsel Shakira berdering, memecah suasana romantis di antara mereka. Shakira meraih ponselnya dan melihat nama ibunya muncul di layar. Ia tampak ragu sejenak, lalu menjawab panggilan tersebut.
Kenzi bertanya, "Siapa, sayang?"
Shakira langsung memberi isyarat agar Kenzi tidak bicara. Kenzi mengangguk, namun suaranya sudah terdengar oleh Emanuela di seberang sana.
"Shakira, kamu di mana sekarang?" tanya Emanuela. Suara deburan ombak terdengar sangat jelas ditelinga Emanuela.
Shakira menjawab dengan tenang, "Aku di restoran dekat pantai, Bu, lagi makan. Ada apa ya, Bu?" Shakira menjawab jujur pertanyaan ibunya. Walau diakhiri pertanyaan yang membuat ia merasa takut. Takut karena ia sedang jalan bersama calon kakak iparnya.
Shakira melihat ke arah Kenzi, memberi isyarat jika ibunya yang menelpon, Kenzi pun mengerti bahwa Emanuela yang menelpon.
Emanuela bertanya, "Kamu makan dengan siapa di sana?" Shakira menjawab cepat , "Sama Olive, Bu." Olive adalah salah satu teman Shakira dan Emanuela mengenalnya.
Emanuela menekankan, "Benar sama Olive? Barusan Ibu kok dengar suara laki-laki ya?" Shakira dengan cepat merespon, "Ibu mungkin salah dengar."
Emanuela berkata, "Boleh Ibu bicara dengan Olive?" Shakira memejamkan matanya ia tak sedang bersama Olive saat itu, "Nggak, Bu. Nggak bisa."
Emanuela bertanya tegas, "Kamu lagi sama Kenzi kan? Pulang sekarang. Kalau tidak, Ibu dan Ayah akan marah. Kamu dan Kenzi harus menjelaskan semuanya pada kami, bagaimanapun ceritanya. Kami tunggu di rumah." Panggilan diputuskan Emanuela.
Shakira menatap Kenzi dan berkata, "Kita ketahuan, Kak." Kenzi menautkan alisnya. "Ibu dan Ayah tahu kita berhubungan?"
Shakira mengangguk. Kenzi meraih tangan Shakira dan berkata, "Kita hadapi bersama, lebih cepat lebih baik."
Shakira tersenyum meskipun dia sedikit ragu. "Baiklah, Mas," ujarnya pelan, merasa sedikit lega karena Kenzi ada di sisinya untuk menghadapi masalah ini bersama.
Setelah panggilan suaranya dengan Shakira berakhir, Emanuela menatap Ganang dan Nana dengan wajah serius. "Shakira dan Kenzi akan segera pulang," katanya.
Ganang terdiam, merenung dalam-dalam. Nana, yang sudah emosional, berkata dengan nada tinggi, "Awas ya mereka!"
Ganang melihat ke arah Nana dengan tatapan dingin dan berkata tegas, "Bersikaplah tenang. Kamu kan berpendidikan tinggi, atur emosimu. Shakira adalah adikmu. Kita dengar dulu cerita mereka. Belum tentu juga Shakira dan Kenzi salah dalam hal ini."
Perkataan Ganang sukses membuat Nana sakit hati. Bagaimana bisa ayahnya mengatakan jika mungkin saja mereka tidak salah? Sudah jelas-jelas Kenzi adalah calon suaminya, tapi malah berhubungan dengan adiknya. Air mata mulai menggenang di mata Nana, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan ayahnya.
"Ayah, ini tidak adil," kata Nana pelan namun dengan nada penuh kekecewaan.
Ganang menghela nafas panjang. "Nana, kita perlu dengar penjelasan mereka dulu. Setelah itu, kita putuskan langkah selanjutnya," jawabnya dengan suara yang mencoba menenangkan.
Nana hanya bisa menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit di hatinya.
Setelah menunggu beberapa menit, suara mobil berhenti di depan rumah. Menandakan ada yang datang. Emanuela melihat keluar lalu berkata, “mereka sudah datang.”