Bimbang

1851 Kata

Syabil mengubah posisi duduk setelah mengucap salam di akhir salat Ashar yang ditunaikannya. Dalam zikirnya, pikiran tentang Inara masih berkelebat. Ia sejujurnya tidak tenang jika memikirkan sang istri tengah makan bersama Arfa. Sosok yang menjadi pengganjal utama dalam menyentuh hati Inara. “Astagfirullah,” ucap Syabil lirih seraya mengacak rambutnya. Setelah pernyataan cinta kemarin, sebenarnya Syabil sudah cukup tenang. Ia tidak membutuhkan jawaban dari Inara. Status mereka sebagai suami istri sudah menjadi jawaban yang sangat jelas. Syabil hanya ingin Inara mengetahui perasaan terpendamnya. Apalagi sikap Inara setelah itu dirasakannya berbeda. Syabil tersenyum bahagia mengingat peristiwa semalam. Ia termasuk nekat melakukannya. Pemuda itu memeluk sang istri dari belakang saat Inara

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN