9 - jalan hidupku

463 Kata
suara isakan tangis mengalun keseluruh ruangan, teedengar begitu pilu dan menyayat setiap pendengar yang mampu menangkap suara itu. namun suara tangis pilu, tak akan pernah terdengar, atau tapatnya tak akan pernah di keluarkan oleh piliknya di sembarang tempat, cukup dirinya saja yang merasakan ini sendiri. Eca si pemilik tangis itu, tengah terduduk di atas ranjang dengan tangan memeluk kedua kakinya, menangis tersendu. bukan tak ada alasan kenapa dirinya mengeluarkan buliran air mata itu. marna semua yang ia lakukan tentu saja memilili alasan tersendiri, dan semua alasannya tentu saja Rio, pria yang telah berhasil mebuat hatinya terluka cukup dalam. Eca terdiam, mengumpulkan kepingan ingatan yang telah ia lalui bersama kekasih hatinya itu. kesenangan, keceriaan dan kebahagiaan selalu saja ia rasakan nika bersama Rio, tapi kenapa?. kenapa pria b******k itu dengan teganya membuat kepercayaan dal dirinya hancur?. bahkan seolah belum cukup menyakiti hati kecilnya itu. Rio kembali melakukan hal yang membuat hatinya kembali tercabik, fakta tentang dirinya yak tak pergi dari negara ini dan menyewa seorang untuk mengaku menjadi supir dan menyampaikan pesan yang sukses membuat ayahnya murka, dan tentang dendam seorang Rio pada keluarganya, begitu mengguncang dirinya. semua kabar dan informasi yang ia dapat bukan kabar sembarang, karna Eca sendirilah yang mendengar itu dari mulut Bibi Rio. bahkan malam itu, Eca yang begitu terpukul dengan informasi yang ia dapat, saat ia memberanikan diri untuk masuk ke dunia yang sama sekali ia hindari selama ini, dunia malam yang selalu menjadi larangan keras oleh ayahnya. namun malam itu ia tak peduli tentang kemurkaan ayahnya, Eca dengan perasaan hancurnya menginjakan kaki ke dalam sebuah tempat yang mungkin bisa melupakan sakitnya perasaan itu. namun sayang, harapan kembali menjadi sebuah angan, mencoba untuk melupakan sakit hatinya dengan meminum beberapa minuman beralkohol, di tempat itu pula ia melihat sosok menjijikan bak binatang yang tak punya malu tengah menggandeng dua orang perempuan sekaligus, berkumpul bersama ke empat temannya yang tentu saja Eca tau siapa mereka. tertawa lepas tanpa perasaan bersalah sedikit pun, belum lagi perkataan pedas dan makiaan yang tentu saja di tujukan pada dirinyabuat Eca yang kala itu tengah di landa sakit hati mberanikan diri untuk mendengar semua perkataan pria berengsek itu. terlanjur basah kenapa gal selaian nyemplung aja. terlanjur sakit hati kenapa gak sekalian tau dari mulut busuk otu sekalian. itulah yang dipikirkan Ecaalam itu. bahkan dengan beraninya Eca bergerak mendekat dan duduk tepat di belakang sofa yang tengah Di duduko oleh Rio, pria berengsek yang menjadi tersangka utama sakit hatinya "Ca, mau kemana kamu?" "Eca tunggu!, ini udah larut, kamu mau kemana lagi?" "Kenapa?, lo gak suka gua pergi malem hah!" "Bukan, bukan gitu. Tapi ini udah malem Ca, dan kamu perempuan. Gak baik keluar malem kayak gini" "Terus?, apa peduli lo?, lo gak berhak buat ngatur hidup gua. Ini hidup gua dan lo gak perlu ikut campur
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN