{Rindu itu kembali meresahkan hati Tuan..., meski lama sekali tak ku hiraukan, ataupun tidak pernah kudengar jeritnya lagi. Namun tetap saja dia masih memelas menuntut temu. Aku memahami akhir cerita kita Tuan...., percayalah, aku sudah mencoba untuk mengerti meski nurani masih meraba..., setidaknya aku pernah berpura-pura lupa bahwa kita pernah merangkai mimpi yang sama. Namun sejauh manakah aku bisa mendustai hati ini Tuan...? Aku tidak tahu. Sejatinya tidak sepenggal pun tentangmu luput dari kalbuku, Tuan...., tentang mimpi-mimpi yang pernah kita ukir di bawah langit malam dan semesta menjadi saksinya..., tentang sebuah cerita yang pada akhirnya harus kita akhiri sebagai kata pernah. Lantas apa kau pikir aku tidak berharap agar kau kembali singgah, dan membasuh rindu ini? Jujur, iya,