Sky sangat mencintai Angelina, begitu juga sebaliknya. Angelina pun sangat mencintai Sky. Sky adalah cinta pertama dia. Cinta dalam artian yang sesungguhnya, cinta yang memungkinkan untuk bersama , tapi mungkin itu dulu, dulu sebelum dia benar-benar kecewa dan terluka separah ini, karena cinta ambigu seorang Sky Adiatma Herlambang.
Angelina sudah tidak lagi bisa menghitung seberapa sering Sky mengatakan cinta padanya, akan tetapi dua tahun terakhir ini Angelina benar-benar tidak bisa merasakan getar itu pada laki-laki ini, getar cinta dan kedamaian seperti awal mereka memadu kasih. Hanya rasa sakit dan sakit yang terus saja Angelina rasakan meskipun saat ini Sky sedang mengucapkan kata cinta yang begitu indah di daun telinganya.
Saat itu Angelina benar-benar masih terlalu polos untuk memahami sebuah hubungan yang serius dengan laki-laki dewasa sekelas Sky Adiatma Herlambang. Dia percaya begitu saja dengan ungkapan cinta yang begitu menggebu dari laki-laki itu, hingga malam itu dia dengan sukarela menawarkan tubuhnya untuk menenangkan Sky yang kala itu sedang dipengaruhi obat laknat akibat meminum alkohol yang sudah dicampur kan obat tersebut. Sky pikir itu adalah jebakan, jebakan yang seseorang lakukan untuk memperdaya Sky. Bukannya mencari wanita pelampiasan lain untuk menuntaskan hasratnya Sky justru pulang ke mansionnya dan berakhir di kamar Angelina yang kala itu sedang menjadi tawanan di mansionnya.
Malam itu, Sky memang meminta secara baik-baik pada Angelina , dan Angelina yang memang tidak mengerti dengan apa yang Sky inginkan kala itu, langsung mengangguk setuju untuk membantu Sky melebur rasa tersiksanya karena hasrat yang lebih mendominasi dari logika. Rasa sakit itu sudah pasti Angelina rasakan, bahkan Angelina masih mengingat sampai saat ini bagaimana rasanya malam itu. Nyaris tiga hari Angelina tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya ketika harus diperawani oleh Sky. Namun setelah itu Sky justru mengutarakan perasaan cintanya pada Angelina muda yang kala itu masih berstatus siswa SMA semester akhir.
"Aku merindukan mu, Enji. Sangat merindukanmu!" Bisik Sky dan sedetik berikutnya Angelina justru kesulitan menelan nafasnya sendiri karena sebenarnya dia tahu arti kata merindukan yang baru saja Sky ucapkan padanya dan sungguh, Angelina benar-benar sedang sangat letih untuk sekedar menuntaskan rasa rindu laki-laki itu. Letih jiwa raga , karena itu artinya penyiksaan akan segera dia hadapi.
"Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." Kembali Sky berbisik saat dia merasa Angelina tidak merespon ungkapan rindu yang baru saja dia utarakan pada wanita itu, dan hanya rasa kaku yang turut dia rasakan di tubuh Angelina.
Sky merasa ada ketegangan yang sangat kuat di tubuh Angelina. Rasa tegang karena takut, padahal sejauh ini Sky tidak pernah merasa menyakiti Angelina karena dia memang benar-benar sangat mencintai wanita itu, bahkan saking cintanya Sky pada Angelina, Sky tidak rela jika Angelina berinteraksi lebih dengan laki-laki lain, meskipun terkadang laki-laki itu adalah kedua saudara Angelina.
Sky lantas membalik posisi tubuh Angelina untuk menghadapnya, dan sesaat Angelina menarik nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan, se pelan yang dia bisa, agar reaksinya itu tidak di sadari oleh Sky.
"Hey, are you Oke?" Tanya Sky setelahnya dan Angelina buru-buru menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman sembari mengangguk untuk memberi jawaban pasti pada laki-laki itu, Sky.
"Iya. Aku baik-baik saja. Hanya saja ada rasa lelah karena seharian ini ketiga keponakanmu benar-benar membuatku letih. Mereka tidak ingin lepas dari punggung dan pinggangku. Mereka terus merengek minta digendong ke sana kemari, dan aku tidak bisa menolaknya." Jawab Angelina memberi alasan yang sekiranya bisa meredam emosi Sky. Angelina yakin jika dia mengkambing hitamkan ketiga Putri kembar Amora, Sky tidak akan punya cara untuk mendebat atau menyanggahi pernyataannya atau sekedar menganggap ucapannya hanya sebagai alasan semata , meskipun itulah fakta yang sebenarnya. "Oh mereka sangat menggemaskan Sky. Seharusnya tadi kau juga melihat mereka ketika berebut ciuman dariku. Mereka juga merengek ingin ikut saat aku mengatakan harus pergi tadi, tapi tentu saja aku tidak bisa membawanya kemari , bukan!" Sambung Angelina dan kali ini ada senyum yang turut terbit di kedua sudut bibir Sky dan sungguh itu terlihat sangat manis di mata Angelina.
Meskipun hubungan mereka sudah sejauh ini, nyatanya Angelina tidak selalu melihat laki-laki itu dengan senyum semanis saat ini, dan rasanya memang sangat luar biasa bagi Angelina jika bisa membuat seorang Sky tersenyum.
Sky menarik pinggang Angelina untuk lebih merapat di tubuh bagian depannya, memeluknya dengan tekanan sedang sembari mengangkat ujung dagu wanita itu untuk mendongak ke arahnya. Sky lantas menundukkan wajahnya untuk menjangkau belah bibir ranum Angelina lalu melumatnya dengan tekanan lembut dan basah.
"Aku sudah lama tidak melihat mereka. Terakhir, itu saat ulang tahun mereka yang ketiga, dan saat itu mereka justru menangis saat aku gendong." Balas Sky, dan kali ini Angelina yang justru tersenyum menanggapi pernyataan laki-laki ini.
"Apa kau menyukai mereka?" Tanya Angelina dengan intonasi suara yang terdengar sangat lembut dan penuh harapan, dan Sky juga langsung mengangguk dengan senyum tipisnya, senyum yang nyaris tidak terlihat oleh Angelina.
"Iya. Aku menyukai mereka, karena mereka adalah keponakanku, tapi,,,,!" Sky menjeda kalimatnya dan Angelina memperhatikan air muka laki-laki itu.
"Tapi apa?" Kutip Angelina untuk kalimat yang tidak selesai Sky ucapkan, dan detik yang sama Sky justru melepaskan pelukannya di pinggang Angelina, lalu berbalik menuju sofa ruang tengah unit itu. Angelina menatap tidak mengerti dengan sikap Sky kali ini, akan tetapi Angelina justru mengikuti langkah Sky ke arah sofa, seolah menunggu jawaban pasti laki-laki itu terkait seorang anak.
"Tapi untuk memilikinya, sepertinya, tidak Angelina." Jawab Sky dan detik yang sama Angelina justru terlihat menahan nafasnya, kecewa dengan jawaban tidak terduga dari laki-laki yang hampir delapan tahun ini menjalin hubungan spesial dengannya.
Masih pantaskah Angelina berpikir jika hubungannya dan Sky itu adalah hubungan spesial? Sepertinya tidak. Karena sejauh ini Angelina tidak pernah merasakan kedamaian yang dulu dia rasakan ketika bersama Sky. Hanya rasa takut dan rasa sakit yang kerap kali Angelina rasakan setiap kali menatap ke dalam manik mata Sky yang dulu selalu menjadi penenang kegelisahannya.
Mendadak bola mata Angelina terasa nyeri dan panas, pernapasannya juga ikut terasa sesak, dan detik yang sama pandangan Angelina justru terasa kabur. Angelina merasa sakit dengan jawaban Sky yang sepele tadi, kelopak matanya mendadak terasa berair. Buru-buru Angelina mendongak untuk meredam perasaan itu, menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan. Kembali melakukan hal yang sama berharap rasa sesak dan panas di kedua kelopak matanya bisa segera mereda dan air asin itu tidak jatuh dari kelopak mata itu.
"Why?" Tanya Angelina terdengar lemah, tapi Sky justru menggeleng , karena sebenarnya dia juga tidak tahu apa alasan dia tidak menyukai anak-anak.
"Entahlah. Aku hanya tidak begitu menyukai anak-anak, tapi tentu saja aku menyukai keponakanku." Jawabnya terdengar datar, dan kali ini Angelina juga pilih duduk di ujung sofa yang juga Sky duduki.
Angelina langsung terdiam dengan jawaban Sky yang benar-benar tidak terduga, pandangannya justru menerawang ke kejadian manis yang dulu pernah dia dan Sky lewati, dan kini hanya tersisa rasa tertekan yang teramat berat. Ingin melepaskan diri, tapi langkah terasa berat, dan tangan seolah terikat, mata tertutup, lisan pun tak kuasa bersua.
Mengadu, pada siapa? Bercerita artinya cari perkara, dan Angelina tidak ingin petaka justru menyapa orang-orang yang dia kasihi. Tidak. Namun memendam nya sendiri, rasanya Angelina juga sudah tidak lagi mampu.
Angelina menarik punggungnya untuk bersandar di punggung sofa, menarik nafas sebanyak yang bisa ditampung oleh rongga dadanya, kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan. Kembali melakukan hal yang sama berharap rasa sesak dan sakit di dadanya bisa segera di ganti dengan rasa lega, meskipun Angelina tahu jika hal itu percuma dia lakukan karena sebenarnya akar dari rasa sakitnya adalah pikiran dan logikanya sendiri.
"Oh,,," hanya kata Oh yang berhasil lolos dari bibir Angelina. Dia tidak bisa berbicara lebih karena bisa dipastikan suaranya akan bergetar.
"Kenapa?" Tanya Sky saat menoleh ke arah Angelina dan sedetik berikutnya Angelina juga berusaha menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk senyuman sebelum akhirnya dia juga menggeleng sambil menatap manik mata elang laki-laki itu, Sky.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya pendapatmu tentang anak-anak, tapi sepertinya jawaban tadi sudah sangat jelas." Jawab Angelina terdengar datar, dan kali ini Sky sendiri yang justru terdengar menghela nafas dalam diam kemudian laki-laki itu menarik tubuhnya untuk jatuh dan berbaring di sofa dengan berbantalkan pangkuan Angelina.
"Aku tidak suka topik pembicaraan kita, Enji. Aku tidak pernah suka jika ditanya perkara anak-anak." Ucap Sky sambil mendongak ke arah Angelina, dan Angelina masih terlihat menahan senyumnya agar terlihat baik-baik saja di depan Sky.
"Baiklah. Maaf. Maaf jika aku justru membahas anak-anak." Ucap Angelina pada akhirnya. "Ah, ini karena ketiga keponakan ku yang cantik." Sambung Angelina lagi sambil melepas nafasnya.
Sky membalik posisi tidurnya dengan menghadap ke perut Angelina, dia lantas menyembunyikan wajahnya di sana dan memeluk selingkar pinggang wanita itu. Sesekali Sky menggigit lembut perut datar Angelina sementara Angelina berusaha bersikap manis dengan menyisir rambut ikal laki-laki itu.
"Oh ya, Sky. Apa kita jadi makan malam, jujur aku belum makan tadi saat di rumah Mommy, karena aku tidak ingin membuatmu terlalu lama menunggu!" Tanya Angelina berusaha mengalihkan pikiran Sky dari rasa rindu yang sedari tadi terus dia serukan, karena ternyata Angelina masih belum siap jika harus menerima tubuh Sky untuk tenggelam dan bermain di atas tubuhnya, meskipun saat ini Sky terlihat lebih manis dari biasanya.
"Ah itu. Aku mendadak malas keluar Angelina. Bagaimana jika aku meminta orang restoran untuk datang mengantarkan makan malam kita di sini?" Ucap Sky, masih dengan menyembunyikan wajahnya di perut Angelina dan Angelina seketika menahan nafasnya karena niat dia untuk menghindari keinginan Sky sepertinya akan berakhir gagal total.
"Terserah kau saja Sky. Kau yang punya kuasa, sementara aku, hanya di tuntut untuk patuh dan taat padamu." Balas Angelina, tapi hanya dalam hati.
Sky kembali mendongak, menatap ke arah Angelina yang terdiam saat dia mengatakan jika dia akan meminta pihak restoran untuk membawa makan malam mereka ke sini. Pikir Sky mungkin saja Angelina kecewa dengan keputusannya itu, akan tetapi saat pandangan mereka bertemu, Angelina justru terlihat membagi senyum.
"Apa itu tidak apa-apa? Kita dinner romantis lain kali saja, karena saat ini aku jauh lebih membutuhkanmu dari sekedar makanan-makanan itu." Ujar Sky saat kembali menggigit baju yang Angelina gunakan lalu mendongak untuk melihat reaksi wanitanya, dan lagi-lagi Angelina hanya terlihat membagi senyum. Senyum yang bahkan tidak akan mampu diartikan oleh siapapun yang melihatnya.
Percayalah, wanita adalah makhluk Tuhan yang paling kuat tapi juga sensitif. Dia mampu menyembunyikan lukanya dengan begitu rapi. Dia mampu memanipulasi rasa kecewanya dengan begitu sempurna, dengan senyum yang begitu menawan di bingkai wajah cantiknya, dan hal yang sama juga sedang Angelina tunjukkan.
Sky lantas bangkit dari rebahnya, kemudian duduk merapat di sisi Angelina. Mata terangnya menyorot tegas manik mana keabuan milik Angelina, dan perlahan bibir itu justru menjangkau belah bibir Angelina. Melumatnya dengan lumatan lembut tapi penuh tuntutan, dan Angelina tidak bisa untuk sekedar menolak keinginan Sky itu. Jangankan menolak, untuk sekedar tidak merespon ciuman itu pun Angelina tidak berani , karena jika sampai Sky menyadari hal itu, bisa di pastikan Sky akan melakukannya dengan cara yang sangat kasar.
Tidak sekali dua kali dia menghadapi Sky yang seperti itu, sering, dan percayalah, jika Sky menyetubuhinya dengan kondisi emosi yang sedang meledak-ledak, bisa dipastikan adegan itu akan berlangsung cukup lama dan itu benar-benar ancaman untuk Angelina.
bibir mereka sama-sama melumat dengan rasa nikmat. Meski ada aroma alkohol di mulut Sky , akan tetapi Angelina masih merasakan jika saat ini suasana hati Sky sedang berada di fase normal, jadi sebisa mungkin Angelina akan melakukan dengan cara yang Sky suka, agar Sky bisa segera tenang.
"Ehhmm,,,!" Desis Angelina saat ciuman Sky turun ke telinga dan lehernya, dan Sky justru melumat lembut ceruk leher Angelina untuk membangkitkan gairah wanitanya, mendorong tubuh Angelina untuk jatuh di siku sofa dan Sky langsung menaunginya.
Sky menarik simpul jubah tidur yang membungkus tubuh liatnya, dan ternyata Sky tidak menggunakan apa pun di balik kain sutra merah anggur itu.
"Kau tidak memakai pakaian dalam, Sky. Why?" Tanya Angelina saat membelai kulit d**a , dan perut Sky. Angelina tahu jika Sky tidak pernah asal melepas pakaiannya seperti ini, kecuali jika dia baru habis mandi atau tercinta, dan entah kenapa Angelina justru berpikir jika Sky memang baru selesai melakukan kesenangannya dengan para wanita-wanita yang biasa menghangatkan ranjangnya , sebelum Angelina datang di unit itu. Namun Sky tidak menjawabnya, dia terus saja mencari kenikmatannya sendiri di tubuh Angelina dengan membubuhkan kecupan-kecupan lembut, cenderung panas di seputaran bahu dan d**a Angelina, hingga pada akhirnya Sky bangkit dari atas tubuh Angelina dan segera mengangkat tubuh Angelina untuk dia bawa ke kamar karena Sky tahu benar jika Angelina tidak suka digauli di atas sofa. Maka dari itu, Sky tetap ingin melakukannya dengan cara yang wanita itu sukai meskipun sebenarnya Angelina sudah tidak bisa lagi menikmati setiap sentuhan dan kata cinta yang terus Sky bisikan padanya, dan itu justru membuat Angelina tersesat oleh perasaannya sendiri.